أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Membongkar Kedok Sufisme di Hadramaut Karya : Ali Ba Bakar Bin Yahya Diberi kata pengantar oleh :
1. Asy-Syaikh Alwi bin Abdul Qodir As-Segaf
2. Asy-Syaikh Abu Bakar bin Haddar Al-Haddar
3. Asy-Syaikh Shalih bin Bekhit Maulad-Dawilah
Cetakan pertama 1426 H / 2005 M
Muqaddimah Oleh Asy-Syaikh Alwi bin Abdul Qodir As-Segaf.
Segala puja dan puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita, penghulu kita, kekasih kita dan penyejuk pandangan kita Muhammad bin Abdillah salallahu'alaihi wasallam, yang telah bersabda : "Barangsiapa mengada-ada (sesuatu yang baru) dalam urusan kami ini yang bukan darinya maka (sesuatu yang baru yang diada-adakannya) itu tertolak." [Muttafaqun 'Alaih] Yang juga telah bersabda : "Sesungguhnya aku meninggalkan kalian di atas (jalan) yang putih, malamnya sama dengan siangnya, tiada yang menyimpang darinya sepeninggalku kecuali orang binasa."
"Dan barangsiapa yang hidup diantara kamu dia akan melihat perbedaan yang banyak. Maka hendaklah kalian (berpegang teguh) dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku dan sunnah para khalifah yang berjalan diatas petunjuk yang mana mereka mendapat petunjuk, gigitlah (sunnahku dan sunnah pada khulafa' itu) dengan geraham-geraham (kalian)." (Demikian pula semoga shalawat dan salam itu) tercurahkan kepada keluarga beliau yang suci dan para shahabat beliau semuanya.
Wa ba'du : Bahwasanya al-akh Asy-Syaikh Ali Ba Bakar Bin Yahya -semoga beliau senantiasa diberi taufiq oleh Allah- telah menunjukkan kepada saya sebuah tulisan kecil perihal sufisme di Hadramaut dan sungguh sangat mengejutkan saya apa-apa yang beliau nukil dari kitab-kitab mereka yang disertai dengan penyebutan juz dan halamannya, berupa kisah-kisah dan riwayat-riwayat yang dienggani oleh Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman yang bertauhid (kepada Allah), serta apa-apa yang disebutnya itu berupa penisbatan keistimewaan-keistimewaan Rububiyyah kepada makhluq, diantaranya : 1. Meniupkan ruh pada benda-benda mati, padahal Allah azza wajall berfirman (yang artinya): "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Qs. Al-Israa' : 85)
2. Menghidupkan orang-orang yang telah mati, padahal Allah azza wajall berfirman (yang artinya): "Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu". (Qs. Al-Hajj : 6)
3. Mengatakan kepada sesuatu "Kun Fayakun" (jadilah maka terjadilah)! padahal Allah azza wajall berfirman tentang diri-Nya (yang artinya): "Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia." (QS. Yasiin : 82)
4. Mendakwahkan mengetahui ilmu ghaib, padahal Allah azza wajall berfirman (yang artinya): "(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya." (QS. Al-Jin : 26-27)
5. Menyembuhkan orang-orang yang sakit, padahal Allah azza wajall berfirman melalui ucapan Ibrahim al-Khalil (yang artinya): "Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku," (QS. Asy-Syuaara' : 80)
6. Jaminan surga bagi para murid (orang yang mau mengikuti tarekat mereka, pent). Dan penghapusan berbagai dosa-dosanya dari lauhil mahfudh, serta hal-hal yang serupa dengan keenam hal tersebut diatas.
Semua ini dan lainnya dari berbagai kisah-kisah dan riwayat-riwayat lain tidak berdasarkan pada dalil-dalil naqli (al-Qur'an dan Hadits) dan tidak pula diterima oleh akal, semua itu dinukil oleh asy-Syaikh Ali Ba Bakar (Ali Ba Bakar bin Yahya, pent) dalam tulisannya ini. Kisah-kisah dan riwayat tersebut adalah kekufuran yang nyata, tidak diragukan lagi oleh seorang muslim yang bertauhid. Riwayat-riwayat tersebut tidak boleh diyakini dan tidak boleh diriwayatkan kecual untuk memperolok-olok dan membantah. Dan tidaklah kondisi manusia disana (di Hadramaut) sampai demikian melainkan disebabkan oleh hawa nafsu, kebodohan dan jauhnya dari (ajaran) al-Qur'an dan as-Sunnah.
Namun saya berbeda pendapat dengan penulis buku ini (Syaikh Ali Ba Bakar bin Yahya) dalam masalah yang sering disebutnya berulang-ulang bahwa semua yang disebutnya (berupa penyimpangan) didorong oleh keinginan materialis murni atau propaganda untuk pemasaran dan penggiatan pariwisata religi guna menarik para wisatawan semaksimal mungkin seperti yang beliau ungkapkan.
Dan tentunya orang-orang yang menjadi objek dalam (riwayat dan kisah-kisah itu) berlepas diri dari apa-apa yang dinisbatkan (disandarkan) kepada mereka : sebab para Rasul dan Nabi pun telah didustakan atas nama mereka. Dan hendaknya para cucu dan pengikut mereka (para habib yang disebutkan dalam dongeng-dongeng itu, pent) berlepas diri pula dari riwayat dan kisah-kisah itu serta menafikan penisbatannya kepada kakek dan panutan mereka itu serta tidak boleh meriwayatkannya untuk membenarkannya.
Dan kewajiban anak terhadap ayah-ayah mereka minimal menafikan kekufuran dari mereka serta membersihkannya dari mereka. Sikap ini termasuk perbuatan birr (bakti) terhadap ayah-ayah mereka. Sebab bukan merupakan kebanggaan sedikitpun tatkala kakek seseorang mendakwakan mampu menghidupkan orang-orang yang telah mati, atau mengetahui yang ghaib atau ia bisa menyatakan pada sesuatu "jadilah maka jadilah sesuatu itu". Wa 'I yaadzu billah (kita mohon perlindungan dari Allah dari itu semua).
Dan sesungguhnya saya mengajak semua anak-anak para Sa'adah (para Sayyid) baik yang berada di Hadramaut dan yang di luar Hadramaut (khususnya di tanah Melayu) untuk kembali pada kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya saw kakek/Datuk mereka Muhammad bin Abdillah salallahu'alayhi wasallam sesuai dengan manhaj (jalan) para salaf pendahulu mereka yang shalih, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ridlwanallahu 'alayhim ajma'in serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
MUQADDIMAH Asy-Syaikh Abu Bakar bin Haddar al-Haddar
Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam. Kami mengucapkan shalawat dan salam kepada "yang diutus" bagi alam semesta, Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabat beliau semuanya serta orang-orang yang berjalan diatas jalan mereka dan melaksanakan sunnah mereka sampai hari kiamat.
Amma ba'du :
Bahwasanya saya telah membaca tulisan Asy-Syaikh Ali Ba Bakar Bin Yahya yang diberi judul "Hadzihi Hiyash Shufiyyah fi Hadramaut" (Membongkar kedok sufisme di Hadramaut) maka kudapati buku tersebut sangat bagus pada bidangnya dan isinya sangat bermanfaat. Tulisan tersebut telah menelanjangi mereka para sufi itu tentang hal-hal yang mereka dakwakan berupa kekeramatan, menyingkap aib mereka dan menjelaskan berbagai kesesatan mereka dan kami berlepas diri kepada Allah dari itu semuanya. Dan meskipun saya sepakat dengan Asy-Syaikh Ali Ba Bakar Bin Yahya tentang apa-apa yang beliau ceritakan perihal orang-orang sesat itu, namun saya berbeda dengannya tentang sebab yang menyebabkan mereka terjerumus dalam keadaan ini.
Maka, bisa jadi karena kejahilan yang bertumpuk selama bertahun-tahun menyebabkan mereka terjerumus dalam kondisi tersebut plus disebabkan sedikitnya ulama Rabbani yang memiliki aqidah yang benar.
Kami memohon kepada Allah azza wajall dengan nama-nama-Nya yang terbaik dan sifat-sifat-Nya yang termulia semoga Dia mengembalikan kita dan mereka semua kepada al-hak dan semoga dia mengilhami kepada kita petunjuk dan menampakkan kepada kita bahwa yang hak itu hak serta menganugerahkan kepada kami untuk mengikutinya dan menampakkan kepada kami bahwa yang batl itu batil serta menganugerahkan kepada kami untuk menjauhinya. Sesungguhnya Dia-lah yang mengurusi itu yang Maha Kuasa untuk melaksanakannya.
Ditulis oleh Abu Bakar bin Haddar bin Ahmad al-Haddar Hadramaut - Inat Jumadul ula 1426 H.
Lanjutan Membongkar kedok sufisme di Hadramaut Segala puji bagi Allah yang telah berfirman : Artinya "Dan Demikianlah kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa." (QS. al-An'aam : 55), Dan yang telah berfirman pula : Artinya "Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih." (QS. At-Taubah : 34).
Semoga shalawat serta salam terlimpahkan kepada Rasulullah salallahu'alayhi wasallam yang bersabda : "Sesungguhnya saya takut kepada para pemimpin yang menyesatkan akan menimpa umatku". [Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya] ini adalah hadits yang shahih. Dan yang telah bersabda : "Para dai yang menyeru kepada pintu-pintu neraka jahanam, barang siapa yang memenuhi panggilan mereka, niscaya para dai-dai tersebut akan melemparkannya ke dalam jahanam", kemudian Hudzaifah ibnul Yaman (sahabat periwayat hadits ini) berkata : 'Siapakah mereka itu wahai Rasulullah, jelaskan sifat-sifat mereka kepada kami? Rasulullah salallahu'alahi wasallam bersabda : "Mereka adalah suatu kaum dari jenis kulit kita dan berbicara dengan bahasa kita". [Diriwayatkan oleh Muslim].
Wa ba'du :
Inilah tulisan yang ringkas, didalamnya ada penjelasan tentang sebagian aqidah Shufiyyah Ash-Shufiyyah : Mereka dinamakan demikian, untuk penisbatan atas pemakaian kain shuuf (wool), sebagai tanda menjauhi dunia, ada juga yang berpendapat lain. Mereka sendiri terpecah belah menjadi beberapa kelompok dan golongan, bersatu dan berselisih baik di dalam urusan yang bersifat pokok maupun yang bersifat cabang. Akan tetapi tasawuf dimulai dengan sikap zuhud di dunia dan mengkhususkan diri untuk beribadah, kemudian berubah menjadi suatu bentuk gerakan yang dingin dan dengungan-dengungan yang aneh, kemudian berubah lagi menjadi suatu kezindikan dan penyimpangan, sebagaimana yang ada pada al-Hallaj, Ibnul Faaridh, Ibnu 'Aroby dan selain mereka yang termasuk orang-orang sesat dari kalangan kaum sufi.
Diantara mereka ada orang-orang yang benar-benar zuhud dan banyak beribadah. di Hadhramaut (Yaman-pent.) yang kami ambil dari buku-buku dan sumber-sumber rujukan mereka sendiri. Pada pembukaan ini akan saya sebutkan di hadapan saudaraku pembaca sebagian contoh, yang dianggap oleh orang-orang sufi sebagai salah satu karamah orang-orang yang sholeh.
Contoh yang kesatu :
Di dalam buku "Tadzkiirin Naas" ada perkataan Ahmad bin Hasan Alatas yang dikumpulkan oleh Abu Bakar Alatas bin Abdillah bin 'Alwy al-Habsyi (1393 H), adapun teksnya sebagai berikut : Sayyidi (Tuanku) (Maksudnya : Ahmad bin Hasan Alatas) bercerita tentang al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya bahwasanya ketika beliau sampai di kota Malibar, beliau menemui al-Habib 'Alwy bin Sahl dan di dalam rumahnya beliau melihat gambar-gambar burung dan seekor ayam jantan dan juga yang lainnya. Lalu …. Al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya berkata : Wahai tuanku, sesungguhnya kakek kalian bersabda : "Pada hari kiamat nanti para pemilik gambar-gambar akan dipaksa untuk meniupkan ruh ke dalam gambar-gambar tersebut". Al-Habib 'Alwy bin Sahl berkata : Apakah anda masih memiliki perkataan lain selain perkataan ini? Al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya menjawab : Tidak. Lalu dia mengatakan : Maka Al-Habib 'Alwy bin Sahl meniup gambar-gambar tersebut dan tiba-tiba ayam jantan berkokok dan burung-burung berkicau. Maka al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya menyerahkan keadaan tersebut dengan pasrah kepada Al-Habib 'Alwy bin Sahl. [buku "Tadzkiirin Naas" hal. : 155].
Subhanallahu (Maha Suci Allah) Yang Maha Agung !!! Dongeng ini telah mengingatkanku dengan kisah Namrud yang mendebat nabi Allah, Ibrahim, sehingga dia mengaku bisa menghidupkan dan mematikan : "Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) Karena Allah Telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) Telah roboh menutupi atapnya. dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri Ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, Kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu Telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan Lihatlah kepada keledai kamu (yang Telah menjadi tulang belulang); kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan kami bagi manusia; dan Lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, Kemudian kami menyusunnya kembali, Kemudian kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala Telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang Telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Dan (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman : "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku Telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, Kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah : 258-260)
Wahai saudaraku pembaca yang budiman, marilah kita renungkan dongeng ini. Ketika al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya menemui seorang yang disangka sebagai wali, dan dia melihat ada kemungkaran yang tergantung pada rumah sang wali, lalu dia mengingkarinya seraya mengingatkan sang wali tadi dengan hadits : "Barang siapa menggambar satu gambar di dunia, dia akan dituntut pada hari kiamat untuk meniupkan ruh ke dalam gambar tersebut, dan dia pada saat itu tidak bisa meniup". [HR. Al-Bukhari (2112, 5618), Muslim (2110) dari Ibnu Abbas radliallahu'anhu]
Begitu banyak hadits-hadits yang mencela gambar-gambar, seperti hadits : "Manusia yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat nanti adalah para penggambar". (HR. Al-Bukhari (56o6), Muslim (2109) dari Ibnu Mas'ud) Hadits : "Allah melaknat para penggambar". (HR. An-Nasai (9785), Ibnu Hibban (2110) dari Ibnu Abbas, dengan lafadz : "Sesungguhnya Allah akan mengadzab para penggambar". Di dalam hadits Qudsi : "Siapakah yang lebih dhalim dari seorang yang meniru ciptaanku, maka hendaklah dia menciptakan sebutir biji, maka hendaklah dia menciptakan sebutir jagung, maka hendaklah dia menciptakan sebutir gandum" (HR. Al-Bukhari (1999, 4886,5616), Muslim (2107) dari Ibnu 'Aisyah tanpa penyebutan anjing), atau sebagaimana yang beliau katakan.
Suatu ketika Nabi salallahu'alayhi wasallam masuk ke dalam kamar 'Aisyah, lalu beliau melihat didalamnya ada bantal yang bergambar, maka beliau berdiri di depan pintu dan tidak mau masuk. 'Aisyah menceritakan: 'Saya melihat pada wajah beliau tampak kemarahan dan kebencian, maka saya bertanya : Wahai Rasulullah, dosa apa yang telah saya perbuat? Beliau berkata : Kenapa bantal ini? 'Aisyah menjawab : Ini adalah bantal yang saya bawa untuk anda, agar anda bisa menggunakannya sebagai bantal serta beristirahat diatasnya. Maka Nabi bersabda : "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya para pembuat gambar-gambar ini akan disiksa pada hari kiamat seraya dikatakan kepada mereka : Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan". Kemudian beliau melanjutkan : "Sesungguhnya para malaikat tidak akan masuk ke dalam suatu rumah yang didalamnya ada anjing atau gambar". 'Aisyah berkata : Maka saya merobek-robek gambar-gambar tersebut.
Maka yang wajib dilakukan oleh al-Habib ini ketika dinasehati dan diingatkan tentang sebuah hadits adalah dia menaati perintah Rasulullah tersebut dan segera membuang gambar-gambar tersebut, jika dia benar-benar termasuk golongan orang-orang yang shalih : Firman Allah yg Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan." (QS. Al-Anfaal : 24)
Akan tetapi yang terjadi adalah dia menolak hadits Rasulullah tersebut dengan cara yang buruk melalui perkataannya : Apakah anda masih memiliki perkataan lain selain perkataan ini? Apakah ini, akhlaqnya para sahabat? Apakah ini, akhlaqnya kaum mukminin? Yaitu bahwasanya mereka tidak beradab ketika mensikapi hadits-hadits nabi mereka, kemudian setelah itu meniup gambar-gambar tersebut, maka serta merta ayam jantan berkokok dan burung-burung berkicau.
Maka saya katakan pertama : Ketahuilah bahwasanya laknat Allah itu akan menimpa para pendusta. Saya sama sekali tidak meragukan bahwasannya dongeng ini hanyalah bohong belaka, karena mereka ini amat terkenal kebohongannya dan sama sekali tidak takut untuk berbohong.
Jika seandainya dongeng ini benar, maka yang disangka wali tersebut hanyalah seorang tukang sihir, dan dia telah menyihir mata orang yang menasehatinya, serta memberikan suatu khayalan bahwa ayam jantan berkokok dan burung-burung berkicau. Dan janganlah anda sampai terperdaya oleh perkataan sebagian pengikutnya: Sesungguhnya keajaiban ini merupakan karamah orang-orang yang shalih. Bagaimana bisa orang seperti ini adalah seorang yang shalih? Padahal dia sekarang ini sedang bermaksiat dan menyelisihi Rasulullah dengan menggantungkan gambar-gambar tersebut. Jika dia bermaksiat dan menyelisihi perintah Rasulullah shollAllahu'alaihi wasallam, dan melanggar salah satu larangan syariat, maka bagaimana mungkin orang seperti ini dimuliakan oleh Allah dengan menghidupkan yang mati!!! Tidak diragukan lagi bahwa kisah ini merupakan bualan para pendusta, atau kreativitas para tukang sihir.
Kemudian Ahmad bin Hasan Alatas pada penghujung dongeng tersebut berkata : "Maka al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya menyerahkan keadaan tersebut dengan pasrah kepada Al-Habib 'Alwy bin Sahl". Sikap inilah yang sebenarnya mereka inginkan, mereka adalah orang-orang yang fasik dan suka berbuat maksiat, akan tetapi bergaya sebagai para wali. Mereka menginginkan agar manusia tidak mengingkari perbuatan mereka, bahkan agar manusia benar-benar pasrah menghadapi keajaiban-keajaiban dari setan ini, serta membuat alasan bahwa keajaiban-keajaiban mereka tersebut adalah karamah yang dimiliki oleh orang-orang yang shalih.
Suatu hal telah kita kenal dari perjalanan hidup mereka bahwasanya keshalihan ada di suatu lembah sedangkan mereka berada di lembah yang lain yaitu (mereka jauh dari keshalihan). Keshalihan tidak cukup hanya dengan pengakuan seseorang, dan dia mengaku-ngaku sebagai salah satu orang shalih, sedangkan perbuatan dan sepak terjangnya sangat bertentangan dengan keshalihan.
Karamah itu sendiri bukanlah seperti kemampuan sihir yang dimiliki oleh para tukang sihir, yang setiap kali para tukang sihir tersebut ingin menampakkannya maka mereka mampu melakukannya. Sedangkan karamah merupakan anugerah dari sisi Allah untuk memuliakan para wali-Nya tanpa diniatkan atau tidak, tantangan, kemampuan dan pengetahuan dari para wali Allah tersebut.
Contoh yang kedua :
Di dalam buku "al-Jawaahir" tentang manaqib (Kaum sufi banyak sekali menulis manakib dan berbagai kekeramatan para Syaikh mereka. Fungsinya adalah memperkuat keyakinan masyarakat umum terhadap para Syaikh tersebut, sehingga dengan itu akan semakin banyak kegiatan ziarah ke kuburan-kuburan mereka, dan akan menjadi banyak juga upeti yang dipersembahkan. Dan orang yang paling diuntungkan dalam hal ini adalah para juru kuncinya. Secara umum, para juru kunci tersebut adalah cucu-cucu Syaikh atau kerabat-kerabat mereka, kemudian mereka akan berbagi hasil, dan kadang-kadang terjadi perselisihan di antara mereka dalam urusan pembagian keuntungan, sehingga mereka saling bersitegang, gontok-gontokan dan mencari penyelesainnya kepada pihak lain di luar golongan mereka, sebagaimana yang akan anda buktikan sebentar lagi….)
asy-Syaikh Abu Bakr Taajul Akaabir, cetakan Darul Fikr al-Hadiits di Kairo, pada halaman : 28. Manakib ini dikumpulkan oleh Abdullah bin Ahmad al-Haddaar tahun 1391 H, dan dia adalah cucu yang keempat dari asy-Syaikh Abu Bakr bin Salim (yang dikenal dengan bangsa Bin Syeikh Abu Bakar).
Sang pengarang, Abdullah bin Ahmad al-Haddaar berbicara tentang asy-Syaikh Abu Bakr bin Saalim, seraya menyebutkan namanya, kemudian tempat dan tanggal lahirnya, dia juga menyebutkan siapa saja guru-gurunya serta menyebutkan berbagai pujian dari para ulama yang semasa dengannya.
Kemudian dia menyebutkan sebuah pembahasan dengan judul : "Pujian para ulama terhadap Syaikh Abu Bakr bin Saalim sebelum kelahirannya dari jalan Kasyf (menyingkap tabir ghaib)" Di antara orang yang memuji asy-Syaikh Abu Bakr bin Saalim sebelum kelahirannya adalah as-Sayyid al-Wali al-Mukaasyif al-'Aarifbillah Ahmad bin 'Alwy al-Majdzuub bin Abdirrahman as-Saqqaaf yang tinggal di daerah Maryamah, dikubur di kota Tarim, dia juga pernah mendatangi pinggiran kota 'Inaat arah barat daya sebelum kemakmurannya, daerah itu dipenuhi oleh pohon-pohon dan bebatuan yang banyak, baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Kemudian dia berdiri di tempat itu seraya mengatakan : (Akan lahir seorang anak yang akan memiliki kedudukan yang tinggi, dia akan tinggal di sini dan akan menolong masjid-masjidnya, tempat shalatnya, sebagaimana yang ada di buku "Faidhil Asraar") Di dalam buku "Az-Zahrul Baasim fi Rabaa al-Jannaat" yang dikarang oleh al-'Allaamah al-Muhaqqiq asy-Syaikh Abdullah bin Abu Bakar Qadary Basy'aib, dia mengatakan : (Disinilah, sesungguhnya as-Sayyid 'Alwy yang telah disebutkan diatas, mengatakan : (Inilah masjidnya, dan dia akan shalat disini, serta akan tinggal di tempat ini, seraya menunjuk ke arah sebagian lokasi. Ini rumah-rumah dan tempat tinggalnya, maka benar-benar asy-Syaikh Abu Bakr Saalim membangun rumah-rumah dan masjid pada lokasi yang telah ditunjukkan oleh as-Sayyid 'Alwy).
Di dalam buku "Majmu'atus Sayyid al-'Allaamah al-Kabiir al-Imam 'Ali ibn Muhammad al-Habsyi" secara ringkas dia mengatakan : Pada permulaan tanah al-Mushif di kota al-Qasam al-Imam al-'Aarif billah Shahibul Kasyf al-Jaly al-Khariq al-Habib Muhammad bin Ahmad Jamalullail menunjuk ke arah kota 'Inaat seraya mengatakan : Nah disinilah akan muncul keturunan kita, tempat-tempat ziarah, dan kubah-kubah. Perkataan ini sebelum kelahiran asy-Syaikh Abu Bakr bin Saalim radhiallahu'anhum ajma'in). Syaikhul Haqiqah dan Imaamut Thariqah serta Raja, berkata : semua wali pada masanya yaitu al-Habib Abu Bakar bin Abdillah al-'Iddrus penguasa 'Adn berkata: Purnama kebahagian telah dekat kemuculannya Dan benar-benar akan nampak Jika dia telah muncul, maka bintang-bintang yang meluncur akan mentaatinya Meskipun agak terlambat Cabang dan pokok pertumbuhan akan bersatu Sedangkan bunganya akan berbuah. Yang di maksud di dalam bait-bait syair ini adalah asy-Syaikh Abu Bakr bin Saalim berdasarkan kasfyf rabbany (penyingkapan ketuhanan).
Asy-Syaikh Abu Bakr bin Salim menyenandungkan sebuah syair untuk mengingat kenikmatan dan dukungannya dalam hal penyingkapan ghaib yang dilakukan oleh para imam tersebut, semoga Allah menjadikannya bermanfaat sebagai suatu penetapan dan pengakuan: Cahaya purnama telah menyinari langit dan bumi Sungguh telah disebutkan keutamaanku sebelum aku disebut
Allahu Akbar!! Wahai hamba-hamba Allah! Abu Bakr bin Saalim, yang dilahirkan pada tahun 919 H, di kota Tarim, telah dipuji oleh para ulama sebelum kelahirannya?! Apa sih jasa-jasa Abu Bakr bin Saalim yang kekal?! Apakah dia memerangi Ramawi, Parsia, lalu menghancurkan kekuatan mereka?! Apakah dia telah mendirikan Khilafah Islamiyyah?! Apakah laut menjadi terbelah karenanya?! Sebagaimana laut telah terbelah karena nabi Musa dan bani Israel?!
Kemudian, apakah pujian-pujian seperti ini, diperoleh juga oleh orang-orang yang lebih mulia darinya?! Seperti khalifah yang zuhud Umar bin Abdul 'Aziz, dan para pemimpin petunjuk lainnya, semisal : Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah, Shalahuddin al-Ayyubi?! Lebih dari itu.
Orang-orang yang memuji Abu Bakr bin Saalim dengan pujian yang selangit ini, sebelum kelahirannya, apakah mereka mendapatkan wahyu dari langit?! Apakah malaikat Jibril telah turun dari langit, kemudian mewahyukan hal ini kepada mereka?!…. Jawabannya : Tidak!!! seribu kali tidak!!!
Karena wahyu telah terputus dengan wafatnya Rasulullah salallahu'alayhi wasallam, dialah penutup para nabi dan rasul, dan tidak ada nabi setelah beliau. Jadi, bagaimana mereka bisa mengetahui hal-hal seperti ini? Apakah mereka mempunyai ilmu ghaib?! Allah Ta'aala berfirman : Artinya "Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan." (QS. an-Naml : 65)
Allah azza wajall berfirman : Artinya "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS. al-An'aam : 59)
Allah azza wajall berfirman : Artinya "Katakanlah : Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) Aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) Aku mengatakan kepadamu bahwa Aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (QS. Al-An'am:50]
Allah azza wajall berfirman : Artinya "Katakanlah : "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan sekiranya Aku mengetahui yang ghaib, tentulah Aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan Aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al-A'raaf : 188)
Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar radliallahu'anhu, dari Nabi salallahu'alayhi wasallam, bahwasanya beliau bersabda : Artinya "Kunci-kunci keghaiban itu ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Tidak ada yang mengetahui apa yang disembunyikan oleh rahim-rahim kecuali Allah. Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari kecuali Allah. Tidak ada yang mengetahui kapan datangnya hujan kecuali Allah. Tidak ada satu jiwapun yang mengetahui di belahan bumi yang mana dia akan mati kecuali Allah. Tidak ada yang mengetahui kapan datangnya hari kiamat kecuali Allah".
Renungilah sabda Nabi salallahu'alayhi wasallam di dalam hadits ini yang berbunyi : "Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari kecuali Allah". Jika Utusan umat manusia yang jujur lagi terpercaya mengatakan : Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari kecuali Allah. Maka bagaimana bisa, Abdullah al-Haddar mengaku-ngaku bahwa ada banyak pujian terhadap Abu Bakr bin Saalim sebelum kelahirannya dan sebelum dia keluar dari perut ibunya.
Seorang penyair jahiliyah mengatakan : Dan saya mengetahui ilmu hari ini dan kemaren Akan tetapi tentang kejadian esok hari saya buta. Demi Allah! tiada ada sesembahan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya kecuali Dia. Seandainya kedajjalan (kebohongan) ini tidak tertulis di depan mata saya, niscaya saya tidak akan mempercayai bahwa seorang yang berakal mau mengucapkannya, lebih-lebih menuliskannya di dalam sebuah buku, kemudian dia membagi-bagikannya kepada manusia.
Ketika Abu Hayyan al-Andalusy -penulis tafsir "al-Bahru al-Muhith"- menafsirkan firman Allah ta'aala : "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)." (QS. Al-An'aam : 59)
Beliau berkata : Inilah pembatasan : bahwasanya tidak ada yang mengetahui dan melihat kunci-kunci tersebut selain Allah ta'aala. Dari orang-orang yang menisbatkan diri mereka kepada kain wool (sebagai tanda kezuhudan, alias sufi), sungguh telah muncul berbagai pengaku-ngakuan akan pengetahuan mereka tentang hal-hal yang ghaib, mereka juga mengaku-ngaku mengetahui balasan yang akan diterima oleh para pengikutnya, yaitu bahwasanya para pengikut tersebut pasti akan masuk surga bersama dengan tokoh-tokoh sufi mereka. Hal ini mereka beritakan di atas mimbar-mimbar, dan tidak ada seorangpun yang mengingkarinya. Ini semua bersamaan dengan hakekat keadaan mereka yang tidak berilmu, akan tetapi tokoh-tokoh sufi tersebut menipu manusia seakan-akan mereka mengetahui hal-hal yang ghaib.
Di dalam shahih Muslim ada riwayat dari 'Aisyah radliallahu'anha : "Barangsiapa menyangka bahwa Muhammad memberitakan apa yang akan terjadi esok hari, maka sungguh dia telah membuat kebohongan yang paling besar atas nama Allah". Dan Allah Ta'aala berfirman : Artinya "Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah."" (QS. An-Naml : 65)
Sungguh pengaku-ngakuan dan dongeng-dongeng seperti ini amat banyak di negara Mesir, hal ini dilakukan oleh manusia-manusia yang berakal anak-anak, dijuluki dengan julukan syeikh, padahal mereka tidak mampu mengetahui hal-hal yang terjangkau oleh akal dan yang ada pada nash-nash dalil. Mereka juga telah kalah di hadapan para penuntut ilmu : Mereka begitu banyak mengaku-ngaku perkara agung Yang belum pernah dimiliki oleh Ibrahim dan Musa Padahal dia adalah seorang yang dungu diantara mereka Dia melihat lauhulmahfudz dengan nomor-nomor Maka ilmu mendatanginya dengan sangat mudah Lalu dia mengetahui sesuatu sebelum terjadinya Sungguh akalku pasti terbelenggu, jika aku Tidak mempercayai bahwa ini adalah kebohongan yang besar.
Contoh yang ketiga :
Penulis buku "al-Masyra' ar-Rawy" (Buku "al-Masyra' ar-Rawy fi Fadhooil Aali Baa'alwy" ) penuh dengan dongeng-dongeng khurafat. Seandainya ada seorang penuntut ilmu yang mumpuni, mau mengkhususkan diri untuk membacanya, lalu mengeluarkan darinya dongeng-dongeng khurafat, kemudian membantahnya dengan metode ilmiah, niscaya didalamya ada kebaikan yang besar).
Menyebutkan bahwasanya asy-Syaikh Abdullah Ba'abbaad bertanya kepada 'Alwy bin al-Faqiih al-Muqaddam tentang yang dia lihat melalui kasyf (penyingkapan tabir ghaib) setelah bapaknya wafat, maka 'Alwy bin al-Faqiih al-Muqaddam berkata : "Nampak bagiku tiga perkara : Saya menghidupkan dan mematikan. Saya mengatakan kepada sesuatu : "kun (jadilah)", maka akan jadi. Dan saya mengetahui perkara yang akan terjadi". [Dinukil dari buku "Ziaroh Hud 'alaihissalaam lisy-Syaikh Ahmad al-Mu'allim" (kunjungan nabi Hud 'alaihissalaam kepada asy-Syaikh Ahmad al-Mu'allim-pent.]. Abdullah Ba'abbaad berkata : "kami menghadap yang lebih dari ini semua" (2/21).
Wahai umat Islam -betapa dahsyatnya-, dengarkanlah! Apa yang dikatakan oleh 'Alwy bin al-Faqiih al-Muqaddam bahwasanya dia bisa menghidupkan dan mematikan dengan seizin Allah. Dia juga mengatakan kepada sesuatu : "kun (jadilah)", maka akan jadi, serta dia juga mengaku mengetahui perkara yang akan terjadi.
Adapun yang pertama :
maka dia menjadi seorang Namrud (Jika memang benar dia yang mengatakan hal ini, maka dialah Namrud. Namun apabila bukan dia yang mengatakannya, maka kita tidak akan mendhaliminya.) yang lain, dan betapa banyak Namrud-Namrud di kota Hadhramaut (Yaman), serta termasuk golongan Namrud yang pertama adalah Al-Habib 'Alwy bin Sahl yang telah meniupkan ruh ke dalam gambar seekor ayam jantan dan burung-burung, sebagaimana yang telah kita bicarakan.
Adapun yang kedua :
maka dia telah berusaha menyaingi berbagai kekhususan Rabb semesta alam, Allah Ta'aala berfirman : Artinya "Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, dia berkuasa. dan dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya : "Jadilah!" Maka terjadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. Yasin : 81-83]. Sama sekali tidak diragukan bahwa perkataan ini lemah dan kebatilannya amat jelas, bahkan ini merupakan aib yang amat besar bagi suatu kaum, yang terbongkar kesesatan mereka, sehingga tidak perlu lagi dibantah dan didiskusikan. Akan tetapi hukuman atas orang seperti ini adalah diperintahkan untuk bertaubat jika mau bertaubat, dan jika tidak mau bertaubat maka harus dibunuh.
Adapun yang ketiga :
Yaitu perkataannya "dia juga mengetahui perkara yang akan terjadi" maka telah kita bicarakan ketika kita membahas tokoh mereka yang menyatakan bahwasanya para ulama telah memberikan pujian kepada Abu Bakar bin Saalim sebelum kelahirannya. Wahai saudaraku pembaca yang budiman, tiga contoh ini sudah cukup untuk membuktikan kesesatan kaum ini, dan bahwasanya mereka meniti suatu jalan yang berbeda dengan yang ditempuh oleh pemuka para utusan Allah, (Nabi Muhammad salallahu'alayhi wasallam). Jika anda ingin lebih luas mengetahui apa yang ada pada kaum ini, silahkan anda baca tulisan singkat ini, yang akan menyingkap hakekat kaum tersebut, dan juga akan menjelaskan tipu daya setan yang mereka miliki, serta berbagai metode makar mereka. Allahlah yang memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Ditulis oleh: Ali Ba Bakar bin Yahya Maraji': Majalah adz-dzakhirah
Muqaddimah Asy-Syaikh Shaleh bin Bakhit bin Salim Muala Dawilah
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah kepada kami untuk memeluk agama Islam "Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk." (QS. Al-A'raf : 43) Demikian pula Dia telah mengajarkan kepada kita al-Hikmah (Sunnah Rasulullah salallahu'alayhi wasallam) dan al-Qur'an serta menjadikan kita sebagai umat terbaik yang ditampakkan kepada manusia, dan mengenakan kepada kita pakaian ketaqwaan sebaik-baik pakaian. Aku memuji-Nya (Yang Maha Suci), aku bersyukur kepada-Nya, bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya. Dan aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang hak kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah, uluhiyah dan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Aku bersaksi pula bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya, Rasul-Nya dan manusia terpilih diantara makhluq ciptaan-Nya. Dia adalah sebaik-baik manusia untuk manusia, lentera yang menyala, cahaya serta pelita, rahmat dan kesejukan. Semoga shalawat dan salam-Nya senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarganya dan para shahabatnya serta orang-orang yang berjalan diatas jalan mereka dan mengikuti jejak mereka sampai hari kiamat kelak.
Wa ba'du :
Bahwasanya bencana tashawwuf benar-benar telah merebak dan membesar di Timur dan di Barat, menimpa berbagai belahan umat. Sampai-sampai hampir tiada suatu lembah dan suatu bukitpun yang lengang dari bencana tasawwuf ini. Tasawwuf ini, meskipun sebuah peringatan sial dan petunjuk kepada penyimpangan. Namun demikian menurut orang-orang yang bodoh dan lalai ia adalah tolak ukur/barometer bagi sebuah pembenaran dan pengakuan [sebuah kebenaran, pent].
Dan bukan ini tempatnya untuk menjelaskan kebrobrokan barometer ini. Dan cukuplah bagi saya ayat yang termaktub dalam al-Qur'an : "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah". (QS. Al-An'am : 116). Dan firman Allah (yang artinya) : "Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya." (QS. Yusuf : 103)
Sebagaimana saya-pun tidak bermaksud dengan bala ini tashawwuf mawalid dan hadrah karena hal itu terlalu kecil untuk menyingkap kepalsuannya dan menjelaskan kebatilannya serta keterputusannya dari agama Allah dan petunjuk Rasulullah. Dan tidak pula saya maksudkan dengan bala ini, tasawwuf suluk, ar-riyadhah dan akhlaq, karena semua umat dimuka bumi ini ikut andil padanya, ia dibutuhkan menurut pendapat orang-orang berakal dialam ini.
Sementara manusia dalam tasawwuf suluk, riyadhah dan akhlaq ada yang meremehkannya dan ada pula yang bersungguh-sungguh [melaksanakannya]. Dalam masalah ini orang-orang yang mendapat taufiq dan mengikuti petunjuk, mereka berjalan diatas jalan Al-habib Al-Musthafa yang mana beliau telah dibina oleh Rabbnya sebaik-baik binaan dan mensucikannya serta mengindahkan. "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qolam:4)
Sementara orang-orang selain mereka menaiki/menempuh jalan-jalan dan madzhab-madzhab lain, lalu mereka-pun berbuat jelek dan berbuat baik, berbuat yang benar juga berbuat yang salah. Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". (QS. Al-Israa' : 84). Dan tidak juga yang saya maksudkan dengan bala disini adalah tasawwuf zuhud, karena orang-orang yang zuhud begitu mulia lagi bertakwa, begitu benar lagi suci, mereka rela berlapar-lapar dan tidak mengenakan alas kaki serta menyendiri dan mengasingkan diri dari manusia : "Apabila ia berada di pos penjagaan-ketika perang- ia terus menjaga, dan apabila ia di garis belakang pertahanan ia terus disana, apabila ia meminta izin tidaklah diizinkan dan apabila memberikan perantara tidak diterima perantaraannya".
Mereka menganggap karomah sebagai sebuah peringatan dan ancaman, penghormatan sebagai sebuah tipuan, pujian sebagai sebuah ujian dan fitnah, walaupun mereka memperoleh itu semua. Barangsiapa yang mencintai mereka, maka haruslah lebih mencintai kebenaran diatas cintanya kepada mereka, perkataan mereka bisa diterima juga disa ditolak, mereka tidak mendakwakan bahwa diri mereka ma'shum, dan tidaklah yang mengaku ma'sum kecuali ia termasuk pembohong atau orang yang menyimpang. Sesungguhnya yang aku maksudkan disini adalah sufisme yang merupakan sebuah musibah dan ancaman , yang mana mereka [orang-orang tasawuf] tersebut bersembunyi dari fenomena -fenomena yang telah kami singgung diatas. Yang mana mereka itu menyembunyikan dalam hati mereka hal-hal yang bertentangan dengan apa yang mereka tampakkan.
Allah telah berfirman (yang artinya) : "Dan sesungguhnya kamu dapat mengenal mereka dari hiasan perkataan mereka." (Muhammad : 30) Allah juga berfirman (yang artinya) : "Mengapa kamu mencampurkan yang hak dengan yang batil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui." (Ali Imran : 71) Sufisme yang berbentuk paganisme dan penyatuan aliran-aliran kepercayaan syirik.
Sufisme yang meyakini "Al-Hulul" (Al-hulul menurut kaum sufi adalah : Bahwasanya Allah memilih sejumlah tubuh manusia kemudian bersemayam (hulul) disana sehingga tubuh-tubuh tersebut memiliki esensi ketuhanan, lepas dari esensi ke"manusiaan"nya, seperti tubuh orang-orang yang arif dari kalangan para wali dan orang-orang yang suci jiwanya.
Ini adalah persangkaan kelompok hululiyah, 'abdul qoohir Al-Baghdadi menyebutkan bahwa hululiyah memiliki sepuluh sekte yang berinduk kepada ekstremis rafidhah, Ibnu Taimiyah membaginya kedalam dua kelompok, yang pertama : mereka yang menyebutnya sebagai hulul khusus, ini adalah pendapat para penganut Kristen Nestorian dan ekstremis rafidhah yang mengatakan bahwasanya Allah bersemayam di tubuh 'Ali bib Abi Thalib dan para imam Ahlil-bait juga sebagian ekstremis lainnya yang mengatakan bahwa Allah bersemayam di tubuh para waliNya .( Mu'jam Mushtotholah As-shufiyah hal.86, Al-farqu bainal firoq 253,Majmu' fatawa 2/171-172. Dinukil dari Ma'aalimil jarh wa ta'dil karya Abu 'Abdurrohman Muhammad Al-mahdi.) dan meyakini bahwa Allah bersatu dengan makhluknya, dan paham-paham sufistik yang lancang dan melenceng. Sufisme yang penuh dengan kedustaan, khurofat (cerita-cerita bohong) dan tercela. Mereka datangi semua agama yang dianut semua manusia dan pemikiran-pemikirannya dan meminta saling berlomba untuk menutup-nutupi ciri asli agama-agama tersebut . Setelah itu merekapun bergegas untuk memutar balikkan fakta, mencoba meninjau kembali syari'at ini dan mendirikan lembaga-lembaga untuk kemudian menjebak manusia kedalam faham tersebut.
Sebuah bentuk persaingan yang gila-gilaan dan melampaui batas. Yang mana sebahagian dari mereka mengaku mampu untuk merubah apa yang tercatat di lauhul mahfudz, yang lainnya mengaku mampu untuk memadamkan api neraka dan menutupnya. Yang lainnya mengaku sebagai penyanding Allah dan dekat bersama-Nya di Arsy. Maha suci Allah dari itu semua, sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar dari ucapan dan perbuatan yang itu semua tidakklah mungkin muncul dari seorang yang berakal apalagi dari seorang muslim yang beilmu lagi terhormat.
Dari Daud bin Sholih, ia berkata : Aku berkata kepada Abdurrahman bin Mahdi : "wahai Aba Sa'id sesungguhnya di negara kita ini ada orang-orang sufi". Abdurrahman berkata : "Jangan sampai engkau dekati mereka, sesungguhnya kita telah melihat diantara mereka kaum yang suatu hal [sufisme] telah menjadikan mereka gila sedangkan sebahagian yang lain telah menjadi zindiq. Parahnya lagi, mereka menyandarkan perkataan batil dan perbuatan rusak mereka kepada orang-orang terdahulu yang memiliki kemuliaan, seperti penyandaran kebatilan dan pencampuradukan yang mereka buat kepada imam ahli bait, semua itu adalah upaya untuk melariskan yang batil dan menghiasinya.
Adapun orang-orang yang benar dari kalangan Ahlul-bait, maka mereka seperti manusia lainnya yang mencari kebenaran dengan metode dari umat terbaik yaitu para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti dan meneladani mereka. Para ahlul-bait itu mengikuti dan mencontoh dan mereka bukanlah orang-orang yang membuat kebid'ahan dan mengada-ada dalam agama.
Mereka adalah orang yang paling bersemangat mengikuti sunnah dan paling memperhatikan serta terdepan membela sunnah dan orang-orang yang mengikutinya, dari rumah-rumah mereka muncul pengamalan terhadap sunnah dan dengan tenaga -tenaga mereka sunnah ini ditampakkan. Kemudian sesudah itu, mereka ini seperti manusia pada umumnya - selain dalam hal yang Allah memberikan kekhususan bagi mereka -, diantara mereka ada orang alim dan bodoh, ada yang diberi pentunjuk, ada juga yang sesat, ada yang memperoleh hidayah, dan juga ada yang menyimpang, bahkan ada yang muslim dan ada juga yang kafir, "Barangsiapa yang lamban amal perbuatannya maka nasabnya tidak akan dapat mendahuluinya" (Muslim 2699, dari Abu Hurairah) Nasab mereka sebenarnya lebih tepat sebagai sebuah beban daripada sebuah penghormatan, dan sikap mereka yang acuh tak acuh terhadap upaya untuk menyebarkan dan membela sunnah akan menjerumuskan mereka kedalam kehinaan.
Adapun karomah maka ia adalah pokok bahasan tulisan ini, sebagaimana pembahasan lainnya mengenai aqidah. Dimana manusia terbagi antara yang berlebih-lebihan dan yang menyepelekan. Ada yang ke-timur dan ada yang ke-barat, ada yang setuju dan ada yang mengingkari, masing-masing kelompok itu tercela.
Yang benar adalah (sikap tengah) berada diantara sikap berlebih-lebihan dan menyepelekan. Hanya saja cacat yang ada pada orang-orang sufi dalam masalah aqidah ini dapat ditinjau dari beberapa segi :
Pertama :
Mereka suka menggembar-gemborkan masalah karomah. Padahal seharusnya para ahlul 'ilmi memiliki rasa takut dan rendah hati - sebagaimana sikap para salaf- seperti dalam perkataan Umar berikut ini ( Demi Allah.. seandainya aku memiliki emas sebesar bumi ini, akan aku pergunakan untuk menebus diriku ini dari azab neraka sebelum aku menghadap Allah) Adapun mereka, hampir-hampir ada tidak akan mempercayai bahwa yang berbicara tentang karomah ini adalah orang Islam, yang menyerah, mengagungkan dan memuliakan untuk Allah Rabbul Alamin.
Perhatikan perkataan Abu Yazid al-Bustami (tokoh sufi yang sesat dan menyesatkan) ini, ketika ia berkata : Aku berharap agar kiamat itu terjadi, sehingga tempat tinggalku ini terperosok kedalam neraka. Ada seorang bertanya : Mengapa demikian wahai Abu Yazid ? Aku tahu bahwa neraka akan padam jika melihatku sehingga aku menjadi anugerah untuk penghuni neraka yang lain, jawabnya.
Kedua :
Mereka bermain-main dan bersenda gurau dalam masalah karomah ini, bahkan seringkali hanya untuk memuaskan selera dan hawa nafsu saja . seakan-akan salah seorang diantara mereka di restoran atau hidangan, ia meminta apa saja yang diinginkannya. An-nuuri (tokoh sufu sesat) berkata : Ketika aku berada disebuah kolam, ada beberapa orang mendatangiku dan mereka berkata : kami datang kesini untuk memancing ikan , lalu mereka berkata kepadaku : Wahai Abu Hasan (An-Nuuri), tunjukkan kepada kami ikan seberat 3 pound, tidak lebih dan tidak kurang, sebagai hasil ibadah dan kesungguhanmu dalam beramal ! Akupun berkata kepada waliku : Seandainya engkau tidak memberikanku seekor ikan seperti yang mereka pinta maka aku akan menceburkan diriku kedalam kolam ini, lalu keluarlah seekor ikan dan ketika aku timbang ternyata beratnya 3 pound tepat.
Hal seperti ini terjadi karena kebodohan mereka terhadap hikmah dibalik karomah itu sendiri, padahal tujuan dari karomah adalah guna menolong agama Allah, menegakkan sunnah serta mengokohkan agama ini. Bukannya sebagai gurauan, pemuasan terhadap hawa nafsu, pamer otot, menakut-nakuti umat ataupun untuk memperoleh kedudukan dan melariskan objek-objek wisata rohani/religi.
Ketiga :
Penjiplakan cerita tentang karomah, silahkan anda melihat buku-buku peninggalan sufisme dari masa dan tempat yang berbeda-beda niscaya anda akan melihat bagaimana "karomah" mereka ini hanya berkisar seputar permasalahan yang sama, nama dan tempatnya berbeda namun kejadiannya serupa, hal ini dapat anda temukan pada sufisme yang biasa di Hadramaut, Sudan, Mesir atau Maroko bahkan dimana-mana saja (termasuk di tanah Melayu).
Keempat :
Menisbatkan karamah dengan dugaannya : (Diantara mereka ada yang melihat seberkas cahaya di angkasa. Jika terjadi pada bulan Ramadhan maka ia akan berkata : Aku telah melihat lailatul qadar sedangkan jika terjadi pada selain bulan Ramadhan maka ia akan berkata pintu langit telah terbuka untukku). Mungkin saja sesuatu yang diinginkan itu terjadi, lalu ia menyangka hal itu sebuah karamah, padahal bisa saja kejadian yang ia lihat itu sebagai sebuah ujian atau tipu daya Iblis.
Seorang yang berakal tentulah tidak akan mempercayai sepenuhnya hal tersebut walaupun hal itu adalah karamah. Ini semua adalah buah dari sikap terlalu berlebih-lebihan mereka terhadap karamah, sehingga mereka menjadikan tujuan pengikut mereka mencari karamah, padahal yang diperhatikan orang-orang shalih itu adalah mencari keistiqamahan bukan mencari karamah.
Ibnul Jauzi rohimahullahu ta'ala berkata : Iblis telah memasukkan perangkapnya kepada suatu kelompok manusia, dimana mereka membuat dongengan-dongengan tentang karamah-karamah para wali untuk menyokong keadaan mereka, padahal kebenaran tidak membutuhkan sokongan dari kebatilan, dan Allah akan menyingkap perbuatan mereka ini melalui para ulama-ulama sunnah. Mereka akan terus menerus seperti itu sampai-sampai mereka mengaku memiliki sesuatu yang sebenarnya khusus dimiliki oleh Allah saja. Seperti mengetahui hal-hal ghoib dan dapat mengetahui isi lauhul mahfud dan dapat membacanya, serta mengatur alam semesta beserta galaxinya, atau mereka berbuat keharaman lalu mengatakannya sebagai karamah. Ibnul Jauzi rohimahullahu ta'ala melanjutkan : dari Abdul Aziz al-Baghdadi (tokoh sufi sesat), ia berkata : aku membaca hikayah-hikayah sufisme, suatu hari aku naik atap, tiba-tiba aku mendengar suara berkata : "Dan Dia-lah yang melindungi orang-orang yang shalih" (al-Araf : 196) Aku menoleh, namun tidak kujumpai suatu apapun, lalu aku meloncat dari atap dan berdiri di udara.
Komentar saya : ini kedustaan serta mustahil, dan akal akan meragukan kedustaan ini, kalaupun kita menganggap benar maka loncatnya ia dari atap adalah haram, dan dugaannya bahwa Allah akan menolong orang yang melakukan hal terlarang adalah hal batil, Allah berfirman (yang artinya) : "Dan janganlah dirimu menjatuhkan kedalam kebinasaan" (al-Baraqah : 195)
Bagaimana mungkin orang seperti ini adalah seorang yang sholeh, sedangkan ia menyelisihi Tuhannya? Maka dapat diperkirakan bahwa barangsiapa yang memberitakan hal-hal seperti ini maka maka ia dari golongan mereka?! Telah menyempal dalam tubuh sufisme ini suatu kelompok yang serupa dengan mereka dan bersikap sama dengan mereka dalam permasalahan karomah dan dakwaan-dakwaan mereka lainnya yang mereka ini menunjukkan kepada orang-orang awam berbagai kedustaan yang membuat hati orang awam ini mati.
Kelima :
Mereka menjadikan "karomah" sebagai syarat ataupun tanda sebuah kewalian, dan mengantarkan sikap pengagungan dalam hati terhadap orang diberikan karomah, dan melegitimasi, mengkultuskan dan menyetujui apa yang mereka katakan dan apa yang mereka perbuat. Ibnu Taimiyah rohimahullahu ta'ala berkata : Kebanyakan manusia mengalami kerancuan dalam masalah ini, sehingga ia menyangka seorang tokoh tertentu adalah wali Allah, dan wali Allah tersebut dapat diterima seluruh perkataan maupun perbuatannya, walaupun bertentangan dengan al-Qur'an dan sunnah, sehingga orang ini mengikuti tokoh tersebut dan menyelisihi apa yang Rasulullah diutus dengannya, padahal Allah telah mewajibkan kepada seluruh manusia agar membenarkan ajaran yang disampaikannya dan mentaati perintahnya, dan Allah juga telah menjadikan Rasulullah salallahu'alayhi wasallam sebagai pembeda antara wali Allah dan musuh-musuh-Nya, antara penghuni surga dan penghuni neraka, dan antara orang-oarang yang bahagia dan yang celaka, barangsiapa yang mengikutinya maka ia adalah wali Allah yang bertakwa dan tentaranya yang berjaya, serta hamba-hambanya yang sholeh, dan barangsiapa yang tidak mengikutinya maka ia termasuk musuh-musuh Allah yang merugi dan pendosa. Sikap orang seperti ini (yang menyelisihi Allah dan rasulNya namun malah mengikuti tokoh ini) akan menjerumuskannya kedalam dua hal ini : yang pertama, kedalam bid'ah dan kesesatan, kedua, kedalam kekufuran dan kemunafikan. Maka orang seperti ini layak mendapat ancaman dari firman Allah (yang artinya) : "Dan (ingatlah) hari(ketika itu) orang-orang yang dzalim menggigit kedua tangannya(( menyesali perbuatannya)) seraya berkata "aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama rasul. Kecelakaan besarlah bagiku kiranya aku tidak menjadikan sifulan itu sebagai teman karibku. Sesungguhnya ia telah menyesatkan aku dari Al-qur'an ketika al-qu'an itu datang kepadaku, dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia" (al-furqon 27-29 )
Ibnu Taymiyah rohimahullahu ta'ala melanjutkan : Segala orang yang dianggap wali Allah yang menyelisihi ajaran Rasulullah, dan ia diikuti dalam perbuatannya yang menyelisihi syariat itu, dan ia menetapkan bahwa dirinya adalah wali Allah, padahal seorang wali Allah itu tidak akan menyelisihi perintah Allah sedikitpun, seandainya orang ini termasuk diantara wali-wali Allah yang terkemuka, seperti para sahabat dan tabi'in (orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik), maka Allah tidak akan menerima amalan-amalan mereka yang menyelisihi al-Qur'an dan sunnah, lalu bagaimana halnya jika ia tidak termasuk wali Allah? Anda akan menjumpai sebagian dari mereka yang pijakan mereka dalam meyakini bahwa ia adalah seorang wali adalah tersingkapnya kepada mereka perkara-perkara masa depan, atau kejadian-kejadian supranatural seperti menyantet orang hingga mati, atau ia mampu terbang di udara menuju kota mekkah atau tempat lainnya, atau kadang-kadang berjalan diatas air, memenuhi ceret dari udara, atau berbicara hal-hal gaib, atau dapat menghilang dari pandangan manusia, atau ketika seseorang memohon pertolongan kepadanya padaha ia tidak disitu atau bahkan telah mati kemudian pemohon tersebut melihatnya mendatanginya dan mengabulkan permohonannya, atau memberitahukan manusia tentang barang-barang mereka yang dicuri, keadaan orang yang tidak ada dihadapan mereka, atau orang yang sakit, dan berbagai perkara lainnya. Yang menunjukkan bahwa pelakunya merupakan wali Allah, padahal para wali Allah (yang sebenarnya) telah bersepakat dan mengatakan bahwa jika ada seseorang yang mampu terbang atau berjalan diatas air janganlah kita tertipu, sampai kita menyaksikan sejauh mana ia mengikuti sunnah Rasulullah, mengerjakan perintahnya dan menjauihi apa yang dilarangnya. Karomah para wali Allah sesunggahnya lebih agung dari itu semua, ini adalah masalah supranatural, bisa saja pelakunya adalah seorang wali Allah atau bisa saja ia adalah musuh Allah, hal-hal tersebut bisa saja dimiliki oleh orang-orang kafir, orang musyrik, ahli kitab dan orang-orang munafik, dan bisa saja dimiliki oleh para ahli bid'ah bahkan oleh syaitan, maka tidak boleh menduga bahwa barangsiapa yang memiliki sebagian kemampuan tersebut sebagai wali Allah, namun hendaklah seorang wali Allah itu diakui dengan sejauh mana sifat, perbuatan maupun keadaannya yang lain yang sesuai dengan al-Qur'an dan Sunnah, dan mereka dapat dikenali berdasarkan cahaya iman dan al-Qur'an yang mereka miliki dan dengan hakikat keimanan yang ada dalam hati mereka serta syari'at-syari'at Allah yang mereka tampakkan. Dan saya menukil perkataan diatas secara panjang lebar karena begitu berharga dan menyeluruh. Karena dalam masah ini yang terlarang bukanlah cerita tentang karomah-karomah, walaupun cerita tersebut dipenuhi dengan kemungkaran, akan tetapi yang terlarang adalah syariat-syariat, istighasah-isthigasah, ziarah-ziarah, pengkultusan, perayaan-perayaan, mimpi-mimpi, dongeng-dongeng yang dibangun dari karamah-karamah itu, mereka membesar-besarkan keanehan hal-hal tersebut dan menyibukkan manusia dengannya demi mempopulerkan kesyirikan-kesyirikan serta kebidahan-kebidahan yang mereka lakukan, "Maka hati-hatilah kalian terhadap mereka." (at-Thaghabun : 14)
Syaikh Ali Babakar - semoga Allah memberinya taufiq - dalam karya beliau ini memfokuskan pembicaraannya mengenai sejumlah cerita-cerita dusta, khurofat, propropaganda-propaganda sufi, dan kemungkaran-kemungkaran yang mereka nisbatkan atau mereka jiplak, atau riwayat-riwayat dengan sanad yang majhul. Beliau mebongkar itu semua, yang semua itu menunjukkan bahwa sikap beliau, saya yakini sejalan dengan perkataan ibnu Jauzy rohimahullahu ta'ala : Seandainya cerita-cerita tersebut benar datang dari orang-orang shalih maka kita harus menolaknya jika tidak sejalan dengan "al-haq", apalagi kalau hal tersebut hanya dusta belaka, maka kita harus memperingatkan manusia dari hal tersebut, dan sikap seperti ini berlaku kepada siapapun juga….Allah Maha Mengetahui bahwa ketika kami menjelaskan penyimpangan-penyimpangan tersebut semata-mata hanyalah untuk menyucikan syari'at, dan karena didorong oleh rasa cemburu terhadapnya dari berbagai bentuk pengkhianatan, bukan karena didorong oleh rasa benci kepada para pelaku penyimpangan tersebut, karena sesungguhnya kami melakukan ini semua dalam rangka memenuhi amanah ilmiah, para ulama senantiasa menerangkan kesalahan masing-masing mereka dengan tujuan menerangkan kebenaran dan bukan bertujuan menampakkan aib orang yang salah, dan perkataan orang bodoh yang mengatakan seperti ini tidak dianggap : "Bagaimana dia membantah fulan yang zuhud". Karena tunduk itu adalah kepada syariat agama dan bukan tunduk kepada seseorang, bisa jadi seseorang itu termasuk dari kalangan para wali Allah dan calon penghuni surga namun ia mempunyai kesalahan-kesalahan, maka keadaannya itu tidak menghalangi untuk dijelaskan ketergelincirannya …..dst. Banyaknya orang-orang yang berkeyakinan salah seperti ini bukanlah hal penting bagi pengarang kitab ini, - menurut dugaan saya - namun tujuan pengarang kitab ini hanyalah menyingkap penyimpangan mereka, serta menunjukkan kebatilan mereka kepada orang-orang yang mempunyai fitrah yang lurus dan akal yang sehat, yang tertipu dengan ucapan dan hiasan kata-kata mereka, adapun mereka itu adalah seperti apa yang di hikayatkan oleh Ibnul Jauzi rohimahullahu ta'ala tentang syaikh mereka al-Qusyairi (tokoh sufu sesat), yang berkata (dengan kebathilan) : "Hujjah-hujjah sufisme lebih nyata dari hujjah siapapun, dan kaidah-kaidah madzhab mereka lebih kuat dari kaidah-kaidah madzhab manapun, karena manusia itu bisa jadi ia pengikut al-Qur'an dan sunnah atau sebagai pendewa akal pikiran, para syaikh dari golongan sufiyah lebih tinggi derajatnya dari apa yang telah disebutkan ini." Mereka itu tidak berakal, dan tidak mempunyai dasar, bagaimana mungkin petunjuk diharapkan dari orang yang menyingkapkan keadaannya dengan perkataannya yang jelek, semoga Allah menjaga syariat ini dari kejelekan kelompok ini. Barangsiapa yang mengharapkan keselamatan hari esok dan berkumpul bersama para imam yang memperoleh petunjuk dan selamat dari jalan yang sesat, maka ia harus berpegang pada kitabullah, mengamalkannya, dan hendaknya mengikuti Rasulullah salallahu'alayhi wasallam dan para sahabatnya ridlwanullahu 'alayhim ajma'in, dan dan hendaknya melihat ajaran Rasulullah dan para sahabatnya, dan janganlah ia membenci ajarannya baik melalui ucapan maupun perbuatan, dan hendaknya ia menjadikan segala ibadah dan kesungguhannya di atas sunnah Rasulullah dan para sahabatnya, dan berperilaku dengan akhlak mereka, dan sesantiasa semangat untuk berjumpa dengan mereka, karena sesungguhnya jalan yang mereka tempuh adalah jalan yang lurus, yang Allah mengajarkan kita untuk memohon jalan yang lurus ini, dan menjadikan sholat kita berisikan permintaan terhadapnya, Allah berfirman "Tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang yang telah engkau beri ni'mat atas mereka, bukan jalannya orang orang yang engkau murkai dan bukan pula jalan orang orang yang tersesat." Amin (Al-fatihah 6-7) Barangsiapa yang meragukan bahwa Rasulullah salallahu'alayhi wasallam berada diatas jalan yang lurus, sungguh ia telah keluar dari agama ini dan keluar dari jama'ah kaum muslimin. Dan barangsiapa yang mengetahui hal tersebut dan meyakininya serta ridho terhadap Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagi nabinya, dan ia mengetahui bahwasanya Allah telah memerintahkan kita untuk mengikuti nabi-Nya, melalui firmanNya "Ikutilah ia (Muhammad) niscaya kalian akan memperoleh petunjuk" (Al-a'raf 158 ), Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan hal tersebut. Dan sabda Nabi (yangartinya) : "Hendaknya kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin sepeninggalku, gigitlah sunnah dengan gigi geraham kalian, dan hati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru (dalam agama), karena hal itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah tempatnya di neraka" Dan sabda beliau (yang artinya) : "Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad dan sejelek-jelek perkara adalah perkara baru (dalam agama)" Lalu bagaimana halnya dengan orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri dari jalan Nabi, dan berpaling darinya setahap-setahap, dan mencari jalan penyampai kepada Allah dengan selain jalan Nabi, dan mengharap ridha Allah dengan menempuh selain jalannya? Apakah dia melihat jalan yang lebih memberi petunjuk dari Jalan Nabi? Dan mengikuti petunjuk manusia yang lebih mulia dari Rasulullah? Sekali-kali tidak, ia tidak akan mendapatkan selain jalan Allah kecuali jalan syaitan, dan ia tidak akan sampai tanpa jalan Allah melainkan akan mendapatkan kemurkaan Allah, Allah berfirman : "Dan inilah jalan-Ku yang lurus ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikanmu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa" (al-An'am : 153) Dan diriwayatkan dari Nabi bahwasanya beliau menggaris garis yang lurus, lalu bersabda : inilah jalan Allah. Dan beliau menggaris garis yang lain, dan bersabda : "Ini adalah jalan-jalan syaitan, setiap jalan itu ada syaitan yang menyeru untuk menempuhnya, barangsiapa memenuhi seruan syaitan untuk menempuh jalan itu, maka akan dilemparkan kedalam api neraka." (HR Ahmad dan Nasai) Nabi memberitahukan bahwa selain jalan Allah adalah jalan-jalan syaitan, barangsiapa menempuhnya maka akan dilemparkan dalam api neraka, adapun jalan Allah yang telah ditempuh Nabi dan para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat, Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha pada Allah, dan Allah sediakan bagi mereka surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai dan itulah kemenangan yang besar, maka barangsiapa menempuhnya pasti bahagia, dan barangsiapa meninggalkannya pasti akan jauh. Dan jalan Rasulullah salallahu'alayhi wasallam, beserta sunnah, ahklak, sejarah beliau, beserta ibadah-ibadah dan keadaan beliau sudah mashur d kalangan ulama, nampak jelas bagi orang yang cinta untuk mengikuti dan menempuh manhaj beliau, dan kebenaran itu jelas bagi orang yang menghendaki petunjuk dan keselamatannya: "Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya" (al-Kahfi : 17) (Kitab "Fi dzammi ma a'lanahu ahlut tashawwuf" hal 18-21) Dan pengarang kitab ini - semoga Allah memberi petunjuk kepadanya - meminta kepada kami al-fakir untuk menulis muqaddimah ini lantaran kencintaannya kepada ahli-bait, dan kecemburuannya atas mereka karena kebatilan, kebid'ahan dan khurafat telah tersebar dengan nama mereka, sekaligus lantaran keinginannya untuk menjelaskan hakikat kedudukan mereka di tengah banyaknya keyakinan-keyakinan, ucapan-ucapan serta garis keturunan yang ada. Ya Allah perlihatkanlah yang haq itu berupa yang haq dan berilah kami rezki untuk mengikutinya, dan perlihatkanlah yang batil itu batil dan berilah kami rezki untuk menjauhinya, dan janganlah kebatilan itu menyelubungi kami sehingga kami tersesat Dan semoga shalawat, salam serta barakah tercurahkan kepada Muhammad bin Abdillah, keluarga, sahabat dan siapa yang menolongnya. Shaleh bin Bakhit bin Salim Maulad-Dawilah 26/1/1424 H (bersambung Insya Allah) Maraji': Adz-Dzakhirah edisi 18
Membongkar Kedok Sufisme di Hadramaut Karya : Ali Ba Bakar Bin Yahya Diberi kata pengantar oleh :
1. Asy-Syaikh Alwi bin Abdul Qodir As-Segaf
2. Asy-Syaikh Abu Bakar bin Haddar Al-Haddar
3. Asy-Syaikh Shalih bin Bekhit Maulad-Dawilah
Cetakan pertama 1426 H / 2005 M
Muqaddimah Oleh Asy-Syaikh Alwi bin Abdul Qodir As-Segaf.
Segala puja dan puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita, penghulu kita, kekasih kita dan penyejuk pandangan kita Muhammad bin Abdillah salallahu'alaihi wasallam, yang telah bersabda : "Barangsiapa mengada-ada (sesuatu yang baru) dalam urusan kami ini yang bukan darinya maka (sesuatu yang baru yang diada-adakannya) itu tertolak." [Muttafaqun 'Alaih] Yang juga telah bersabda : "Sesungguhnya aku meninggalkan kalian di atas (jalan) yang putih, malamnya sama dengan siangnya, tiada yang menyimpang darinya sepeninggalku kecuali orang binasa."
"Dan barangsiapa yang hidup diantara kamu dia akan melihat perbedaan yang banyak. Maka hendaklah kalian (berpegang teguh) dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku dan sunnah para khalifah yang berjalan diatas petunjuk yang mana mereka mendapat petunjuk, gigitlah (sunnahku dan sunnah pada khulafa' itu) dengan geraham-geraham (kalian)." (Demikian pula semoga shalawat dan salam itu) tercurahkan kepada keluarga beliau yang suci dan para shahabat beliau semuanya.
Wa ba'du : Bahwasanya al-akh Asy-Syaikh Ali Ba Bakar Bin Yahya -semoga beliau senantiasa diberi taufiq oleh Allah- telah menunjukkan kepada saya sebuah tulisan kecil perihal sufisme di Hadramaut dan sungguh sangat mengejutkan saya apa-apa yang beliau nukil dari kitab-kitab mereka yang disertai dengan penyebutan juz dan halamannya, berupa kisah-kisah dan riwayat-riwayat yang dienggani oleh Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman yang bertauhid (kepada Allah), serta apa-apa yang disebutnya itu berupa penisbatan keistimewaan-keistimewaan Rububiyyah kepada makhluq, diantaranya : 1. Meniupkan ruh pada benda-benda mati, padahal Allah azza wajall berfirman (yang artinya): "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Qs. Al-Israa' : 85)
2. Menghidupkan orang-orang yang telah mati, padahal Allah azza wajall berfirman (yang artinya): "Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu". (Qs. Al-Hajj : 6)
3. Mengatakan kepada sesuatu "Kun Fayakun" (jadilah maka terjadilah)! padahal Allah azza wajall berfirman tentang diri-Nya (yang artinya): "Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia." (QS. Yasiin : 82)
4. Mendakwahkan mengetahui ilmu ghaib, padahal Allah azza wajall berfirman (yang artinya): "(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya." (QS. Al-Jin : 26-27)
5. Menyembuhkan orang-orang yang sakit, padahal Allah azza wajall berfirman melalui ucapan Ibrahim al-Khalil (yang artinya): "Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku," (QS. Asy-Syuaara' : 80)
6. Jaminan surga bagi para murid (orang yang mau mengikuti tarekat mereka, pent). Dan penghapusan berbagai dosa-dosanya dari lauhil mahfudh, serta hal-hal yang serupa dengan keenam hal tersebut diatas.
Semua ini dan lainnya dari berbagai kisah-kisah dan riwayat-riwayat lain tidak berdasarkan pada dalil-dalil naqli (al-Qur'an dan Hadits) dan tidak pula diterima oleh akal, semua itu dinukil oleh asy-Syaikh Ali Ba Bakar (Ali Ba Bakar bin Yahya, pent) dalam tulisannya ini. Kisah-kisah dan riwayat tersebut adalah kekufuran yang nyata, tidak diragukan lagi oleh seorang muslim yang bertauhid. Riwayat-riwayat tersebut tidak boleh diyakini dan tidak boleh diriwayatkan kecual untuk memperolok-olok dan membantah. Dan tidaklah kondisi manusia disana (di Hadramaut) sampai demikian melainkan disebabkan oleh hawa nafsu, kebodohan dan jauhnya dari (ajaran) al-Qur'an dan as-Sunnah.
Namun saya berbeda pendapat dengan penulis buku ini (Syaikh Ali Ba Bakar bin Yahya) dalam masalah yang sering disebutnya berulang-ulang bahwa semua yang disebutnya (berupa penyimpangan) didorong oleh keinginan materialis murni atau propaganda untuk pemasaran dan penggiatan pariwisata religi guna menarik para wisatawan semaksimal mungkin seperti yang beliau ungkapkan.
Dan tentunya orang-orang yang menjadi objek dalam (riwayat dan kisah-kisah itu) berlepas diri dari apa-apa yang dinisbatkan (disandarkan) kepada mereka : sebab para Rasul dan Nabi pun telah didustakan atas nama mereka. Dan hendaknya para cucu dan pengikut mereka (para habib yang disebutkan dalam dongeng-dongeng itu, pent) berlepas diri pula dari riwayat dan kisah-kisah itu serta menafikan penisbatannya kepada kakek dan panutan mereka itu serta tidak boleh meriwayatkannya untuk membenarkannya.
Dan kewajiban anak terhadap ayah-ayah mereka minimal menafikan kekufuran dari mereka serta membersihkannya dari mereka. Sikap ini termasuk perbuatan birr (bakti) terhadap ayah-ayah mereka. Sebab bukan merupakan kebanggaan sedikitpun tatkala kakek seseorang mendakwakan mampu menghidupkan orang-orang yang telah mati, atau mengetahui yang ghaib atau ia bisa menyatakan pada sesuatu "jadilah maka jadilah sesuatu itu". Wa 'I yaadzu billah (kita mohon perlindungan dari Allah dari itu semua).
Dan sesungguhnya saya mengajak semua anak-anak para Sa'adah (para Sayyid) baik yang berada di Hadramaut dan yang di luar Hadramaut (khususnya di tanah Melayu) untuk kembali pada kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya saw kakek/Datuk mereka Muhammad bin Abdillah salallahu'alayhi wasallam sesuai dengan manhaj (jalan) para salaf pendahulu mereka yang shalih, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ridlwanallahu 'alayhim ajma'in serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
MUQADDIMAH Asy-Syaikh Abu Bakar bin Haddar al-Haddar
Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam. Kami mengucapkan shalawat dan salam kepada "yang diutus" bagi alam semesta, Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabat beliau semuanya serta orang-orang yang berjalan diatas jalan mereka dan melaksanakan sunnah mereka sampai hari kiamat.
Amma ba'du :
Bahwasanya saya telah membaca tulisan Asy-Syaikh Ali Ba Bakar Bin Yahya yang diberi judul "Hadzihi Hiyash Shufiyyah fi Hadramaut" (Membongkar kedok sufisme di Hadramaut) maka kudapati buku tersebut sangat bagus pada bidangnya dan isinya sangat bermanfaat. Tulisan tersebut telah menelanjangi mereka para sufi itu tentang hal-hal yang mereka dakwakan berupa kekeramatan, menyingkap aib mereka dan menjelaskan berbagai kesesatan mereka dan kami berlepas diri kepada Allah dari itu semuanya. Dan meskipun saya sepakat dengan Asy-Syaikh Ali Ba Bakar Bin Yahya tentang apa-apa yang beliau ceritakan perihal orang-orang sesat itu, namun saya berbeda dengannya tentang sebab yang menyebabkan mereka terjerumus dalam keadaan ini.
Maka, bisa jadi karena kejahilan yang bertumpuk selama bertahun-tahun menyebabkan mereka terjerumus dalam kondisi tersebut plus disebabkan sedikitnya ulama Rabbani yang memiliki aqidah yang benar.
Kami memohon kepada Allah azza wajall dengan nama-nama-Nya yang terbaik dan sifat-sifat-Nya yang termulia semoga Dia mengembalikan kita dan mereka semua kepada al-hak dan semoga dia mengilhami kepada kita petunjuk dan menampakkan kepada kita bahwa yang hak itu hak serta menganugerahkan kepada kami untuk mengikutinya dan menampakkan kepada kami bahwa yang batl itu batil serta menganugerahkan kepada kami untuk menjauhinya. Sesungguhnya Dia-lah yang mengurusi itu yang Maha Kuasa untuk melaksanakannya.
Ditulis oleh Abu Bakar bin Haddar bin Ahmad al-Haddar Hadramaut - Inat Jumadul ula 1426 H.
Lanjutan Membongkar kedok sufisme di Hadramaut Segala puji bagi Allah yang telah berfirman : Artinya "Dan Demikianlah kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa." (QS. al-An'aam : 55), Dan yang telah berfirman pula : Artinya "Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih." (QS. At-Taubah : 34).
Semoga shalawat serta salam terlimpahkan kepada Rasulullah salallahu'alayhi wasallam yang bersabda : "Sesungguhnya saya takut kepada para pemimpin yang menyesatkan akan menimpa umatku". [Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya] ini adalah hadits yang shahih. Dan yang telah bersabda : "Para dai yang menyeru kepada pintu-pintu neraka jahanam, barang siapa yang memenuhi panggilan mereka, niscaya para dai-dai tersebut akan melemparkannya ke dalam jahanam", kemudian Hudzaifah ibnul Yaman (sahabat periwayat hadits ini) berkata : 'Siapakah mereka itu wahai Rasulullah, jelaskan sifat-sifat mereka kepada kami? Rasulullah salallahu'alahi wasallam bersabda : "Mereka adalah suatu kaum dari jenis kulit kita dan berbicara dengan bahasa kita". [Diriwayatkan oleh Muslim].
Wa ba'du :
Inilah tulisan yang ringkas, didalamnya ada penjelasan tentang sebagian aqidah Shufiyyah Ash-Shufiyyah : Mereka dinamakan demikian, untuk penisbatan atas pemakaian kain shuuf (wool), sebagai tanda menjauhi dunia, ada juga yang berpendapat lain. Mereka sendiri terpecah belah menjadi beberapa kelompok dan golongan, bersatu dan berselisih baik di dalam urusan yang bersifat pokok maupun yang bersifat cabang. Akan tetapi tasawuf dimulai dengan sikap zuhud di dunia dan mengkhususkan diri untuk beribadah, kemudian berubah menjadi suatu bentuk gerakan yang dingin dan dengungan-dengungan yang aneh, kemudian berubah lagi menjadi suatu kezindikan dan penyimpangan, sebagaimana yang ada pada al-Hallaj, Ibnul Faaridh, Ibnu 'Aroby dan selain mereka yang termasuk orang-orang sesat dari kalangan kaum sufi.
Diantara mereka ada orang-orang yang benar-benar zuhud dan banyak beribadah. di Hadhramaut (Yaman-pent.) yang kami ambil dari buku-buku dan sumber-sumber rujukan mereka sendiri. Pada pembukaan ini akan saya sebutkan di hadapan saudaraku pembaca sebagian contoh, yang dianggap oleh orang-orang sufi sebagai salah satu karamah orang-orang yang sholeh.
Contoh yang kesatu :
Di dalam buku "Tadzkiirin Naas" ada perkataan Ahmad bin Hasan Alatas yang dikumpulkan oleh Abu Bakar Alatas bin Abdillah bin 'Alwy al-Habsyi (1393 H), adapun teksnya sebagai berikut : Sayyidi (Tuanku) (Maksudnya : Ahmad bin Hasan Alatas) bercerita tentang al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya bahwasanya ketika beliau sampai di kota Malibar, beliau menemui al-Habib 'Alwy bin Sahl dan di dalam rumahnya beliau melihat gambar-gambar burung dan seekor ayam jantan dan juga yang lainnya. Lalu …. Al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya berkata : Wahai tuanku, sesungguhnya kakek kalian bersabda : "Pada hari kiamat nanti para pemilik gambar-gambar akan dipaksa untuk meniupkan ruh ke dalam gambar-gambar tersebut". Al-Habib 'Alwy bin Sahl berkata : Apakah anda masih memiliki perkataan lain selain perkataan ini? Al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya menjawab : Tidak. Lalu dia mengatakan : Maka Al-Habib 'Alwy bin Sahl meniup gambar-gambar tersebut dan tiba-tiba ayam jantan berkokok dan burung-burung berkicau. Maka al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya menyerahkan keadaan tersebut dengan pasrah kepada Al-Habib 'Alwy bin Sahl. [buku "Tadzkiirin Naas" hal. : 155].
Subhanallahu (Maha Suci Allah) Yang Maha Agung !!! Dongeng ini telah mengingatkanku dengan kisah Namrud yang mendebat nabi Allah, Ibrahim, sehingga dia mengaku bisa menghidupkan dan mematikan : "Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) Karena Allah Telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) Telah roboh menutupi atapnya. dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri Ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, Kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu Telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan Lihatlah kepada keledai kamu (yang Telah menjadi tulang belulang); kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan kami bagi manusia; dan Lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, Kemudian kami menyusunnya kembali, Kemudian kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala Telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang Telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Dan (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman : "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku Telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, Kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah : 258-260)
Wahai saudaraku pembaca yang budiman, marilah kita renungkan dongeng ini. Ketika al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya menemui seorang yang disangka sebagai wali, dan dia melihat ada kemungkaran yang tergantung pada rumah sang wali, lalu dia mengingkarinya seraya mengingatkan sang wali tadi dengan hadits : "Barang siapa menggambar satu gambar di dunia, dia akan dituntut pada hari kiamat untuk meniupkan ruh ke dalam gambar tersebut, dan dia pada saat itu tidak bisa meniup". [HR. Al-Bukhari (2112, 5618), Muslim (2110) dari Ibnu Abbas radliallahu'anhu]
Begitu banyak hadits-hadits yang mencela gambar-gambar, seperti hadits : "Manusia yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat nanti adalah para penggambar". (HR. Al-Bukhari (56o6), Muslim (2109) dari Ibnu Mas'ud) Hadits : "Allah melaknat para penggambar". (HR. An-Nasai (9785), Ibnu Hibban (2110) dari Ibnu Abbas, dengan lafadz : "Sesungguhnya Allah akan mengadzab para penggambar". Di dalam hadits Qudsi : "Siapakah yang lebih dhalim dari seorang yang meniru ciptaanku, maka hendaklah dia menciptakan sebutir biji, maka hendaklah dia menciptakan sebutir jagung, maka hendaklah dia menciptakan sebutir gandum" (HR. Al-Bukhari (1999, 4886,5616), Muslim (2107) dari Ibnu 'Aisyah tanpa penyebutan anjing), atau sebagaimana yang beliau katakan.
Suatu ketika Nabi salallahu'alayhi wasallam masuk ke dalam kamar 'Aisyah, lalu beliau melihat didalamnya ada bantal yang bergambar, maka beliau berdiri di depan pintu dan tidak mau masuk. 'Aisyah menceritakan: 'Saya melihat pada wajah beliau tampak kemarahan dan kebencian, maka saya bertanya : Wahai Rasulullah, dosa apa yang telah saya perbuat? Beliau berkata : Kenapa bantal ini? 'Aisyah menjawab : Ini adalah bantal yang saya bawa untuk anda, agar anda bisa menggunakannya sebagai bantal serta beristirahat diatasnya. Maka Nabi bersabda : "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya para pembuat gambar-gambar ini akan disiksa pada hari kiamat seraya dikatakan kepada mereka : Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan". Kemudian beliau melanjutkan : "Sesungguhnya para malaikat tidak akan masuk ke dalam suatu rumah yang didalamnya ada anjing atau gambar". 'Aisyah berkata : Maka saya merobek-robek gambar-gambar tersebut.
Maka yang wajib dilakukan oleh al-Habib ini ketika dinasehati dan diingatkan tentang sebuah hadits adalah dia menaati perintah Rasulullah tersebut dan segera membuang gambar-gambar tersebut, jika dia benar-benar termasuk golongan orang-orang yang shalih : Firman Allah yg Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan." (QS. Al-Anfaal : 24)
Akan tetapi yang terjadi adalah dia menolak hadits Rasulullah tersebut dengan cara yang buruk melalui perkataannya : Apakah anda masih memiliki perkataan lain selain perkataan ini? Apakah ini, akhlaqnya para sahabat? Apakah ini, akhlaqnya kaum mukminin? Yaitu bahwasanya mereka tidak beradab ketika mensikapi hadits-hadits nabi mereka, kemudian setelah itu meniup gambar-gambar tersebut, maka serta merta ayam jantan berkokok dan burung-burung berkicau.
Maka saya katakan pertama : Ketahuilah bahwasanya laknat Allah itu akan menimpa para pendusta. Saya sama sekali tidak meragukan bahwasannya dongeng ini hanyalah bohong belaka, karena mereka ini amat terkenal kebohongannya dan sama sekali tidak takut untuk berbohong.
Jika seandainya dongeng ini benar, maka yang disangka wali tersebut hanyalah seorang tukang sihir, dan dia telah menyihir mata orang yang menasehatinya, serta memberikan suatu khayalan bahwa ayam jantan berkokok dan burung-burung berkicau. Dan janganlah anda sampai terperdaya oleh perkataan sebagian pengikutnya: Sesungguhnya keajaiban ini merupakan karamah orang-orang yang shalih. Bagaimana bisa orang seperti ini adalah seorang yang shalih? Padahal dia sekarang ini sedang bermaksiat dan menyelisihi Rasulullah dengan menggantungkan gambar-gambar tersebut. Jika dia bermaksiat dan menyelisihi perintah Rasulullah shollAllahu'alaihi wasallam, dan melanggar salah satu larangan syariat, maka bagaimana mungkin orang seperti ini dimuliakan oleh Allah dengan menghidupkan yang mati!!! Tidak diragukan lagi bahwa kisah ini merupakan bualan para pendusta, atau kreativitas para tukang sihir.
Kemudian Ahmad bin Hasan Alatas pada penghujung dongeng tersebut berkata : "Maka al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya menyerahkan keadaan tersebut dengan pasrah kepada Al-Habib 'Alwy bin Sahl". Sikap inilah yang sebenarnya mereka inginkan, mereka adalah orang-orang yang fasik dan suka berbuat maksiat, akan tetapi bergaya sebagai para wali. Mereka menginginkan agar manusia tidak mengingkari perbuatan mereka, bahkan agar manusia benar-benar pasrah menghadapi keajaiban-keajaiban dari setan ini, serta membuat alasan bahwa keajaiban-keajaiban mereka tersebut adalah karamah yang dimiliki oleh orang-orang yang shalih.
Suatu hal telah kita kenal dari perjalanan hidup mereka bahwasanya keshalihan ada di suatu lembah sedangkan mereka berada di lembah yang lain yaitu (mereka jauh dari keshalihan). Keshalihan tidak cukup hanya dengan pengakuan seseorang, dan dia mengaku-ngaku sebagai salah satu orang shalih, sedangkan perbuatan dan sepak terjangnya sangat bertentangan dengan keshalihan.
Karamah itu sendiri bukanlah seperti kemampuan sihir yang dimiliki oleh para tukang sihir, yang setiap kali para tukang sihir tersebut ingin menampakkannya maka mereka mampu melakukannya. Sedangkan karamah merupakan anugerah dari sisi Allah untuk memuliakan para wali-Nya tanpa diniatkan atau tidak, tantangan, kemampuan dan pengetahuan dari para wali Allah tersebut.
Contoh yang kedua :
Di dalam buku "al-Jawaahir" tentang manaqib (Kaum sufi banyak sekali menulis manakib dan berbagai kekeramatan para Syaikh mereka. Fungsinya adalah memperkuat keyakinan masyarakat umum terhadap para Syaikh tersebut, sehingga dengan itu akan semakin banyak kegiatan ziarah ke kuburan-kuburan mereka, dan akan menjadi banyak juga upeti yang dipersembahkan. Dan orang yang paling diuntungkan dalam hal ini adalah para juru kuncinya. Secara umum, para juru kunci tersebut adalah cucu-cucu Syaikh atau kerabat-kerabat mereka, kemudian mereka akan berbagi hasil, dan kadang-kadang terjadi perselisihan di antara mereka dalam urusan pembagian keuntungan, sehingga mereka saling bersitegang, gontok-gontokan dan mencari penyelesainnya kepada pihak lain di luar golongan mereka, sebagaimana yang akan anda buktikan sebentar lagi….)
asy-Syaikh Abu Bakr Taajul Akaabir, cetakan Darul Fikr al-Hadiits di Kairo, pada halaman : 28. Manakib ini dikumpulkan oleh Abdullah bin Ahmad al-Haddaar tahun 1391 H, dan dia adalah cucu yang keempat dari asy-Syaikh Abu Bakr bin Salim (yang dikenal dengan bangsa Bin Syeikh Abu Bakar).
Sang pengarang, Abdullah bin Ahmad al-Haddaar berbicara tentang asy-Syaikh Abu Bakr bin Saalim, seraya menyebutkan namanya, kemudian tempat dan tanggal lahirnya, dia juga menyebutkan siapa saja guru-gurunya serta menyebutkan berbagai pujian dari para ulama yang semasa dengannya.
Kemudian dia menyebutkan sebuah pembahasan dengan judul : "Pujian para ulama terhadap Syaikh Abu Bakr bin Saalim sebelum kelahirannya dari jalan Kasyf (menyingkap tabir ghaib)" Di antara orang yang memuji asy-Syaikh Abu Bakr bin Saalim sebelum kelahirannya adalah as-Sayyid al-Wali al-Mukaasyif al-'Aarifbillah Ahmad bin 'Alwy al-Majdzuub bin Abdirrahman as-Saqqaaf yang tinggal di daerah Maryamah, dikubur di kota Tarim, dia juga pernah mendatangi pinggiran kota 'Inaat arah barat daya sebelum kemakmurannya, daerah itu dipenuhi oleh pohon-pohon dan bebatuan yang banyak, baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Kemudian dia berdiri di tempat itu seraya mengatakan : (Akan lahir seorang anak yang akan memiliki kedudukan yang tinggi, dia akan tinggal di sini dan akan menolong masjid-masjidnya, tempat shalatnya, sebagaimana yang ada di buku "Faidhil Asraar") Di dalam buku "Az-Zahrul Baasim fi Rabaa al-Jannaat" yang dikarang oleh al-'Allaamah al-Muhaqqiq asy-Syaikh Abdullah bin Abu Bakar Qadary Basy'aib, dia mengatakan : (Disinilah, sesungguhnya as-Sayyid 'Alwy yang telah disebutkan diatas, mengatakan : (Inilah masjidnya, dan dia akan shalat disini, serta akan tinggal di tempat ini, seraya menunjuk ke arah sebagian lokasi. Ini rumah-rumah dan tempat tinggalnya, maka benar-benar asy-Syaikh Abu Bakr Saalim membangun rumah-rumah dan masjid pada lokasi yang telah ditunjukkan oleh as-Sayyid 'Alwy).
Di dalam buku "Majmu'atus Sayyid al-'Allaamah al-Kabiir al-Imam 'Ali ibn Muhammad al-Habsyi" secara ringkas dia mengatakan : Pada permulaan tanah al-Mushif di kota al-Qasam al-Imam al-'Aarif billah Shahibul Kasyf al-Jaly al-Khariq al-Habib Muhammad bin Ahmad Jamalullail menunjuk ke arah kota 'Inaat seraya mengatakan : Nah disinilah akan muncul keturunan kita, tempat-tempat ziarah, dan kubah-kubah. Perkataan ini sebelum kelahiran asy-Syaikh Abu Bakr bin Saalim radhiallahu'anhum ajma'in). Syaikhul Haqiqah dan Imaamut Thariqah serta Raja, berkata : semua wali pada masanya yaitu al-Habib Abu Bakar bin Abdillah al-'Iddrus penguasa 'Adn berkata: Purnama kebahagian telah dekat kemuculannya Dan benar-benar akan nampak Jika dia telah muncul, maka bintang-bintang yang meluncur akan mentaatinya Meskipun agak terlambat Cabang dan pokok pertumbuhan akan bersatu Sedangkan bunganya akan berbuah. Yang di maksud di dalam bait-bait syair ini adalah asy-Syaikh Abu Bakr bin Saalim berdasarkan kasfyf rabbany (penyingkapan ketuhanan).
Asy-Syaikh Abu Bakr bin Salim menyenandungkan sebuah syair untuk mengingat kenikmatan dan dukungannya dalam hal penyingkapan ghaib yang dilakukan oleh para imam tersebut, semoga Allah menjadikannya bermanfaat sebagai suatu penetapan dan pengakuan: Cahaya purnama telah menyinari langit dan bumi Sungguh telah disebutkan keutamaanku sebelum aku disebut
Allahu Akbar!! Wahai hamba-hamba Allah! Abu Bakr bin Saalim, yang dilahirkan pada tahun 919 H, di kota Tarim, telah dipuji oleh para ulama sebelum kelahirannya?! Apa sih jasa-jasa Abu Bakr bin Saalim yang kekal?! Apakah dia memerangi Ramawi, Parsia, lalu menghancurkan kekuatan mereka?! Apakah dia telah mendirikan Khilafah Islamiyyah?! Apakah laut menjadi terbelah karenanya?! Sebagaimana laut telah terbelah karena nabi Musa dan bani Israel?!
Kemudian, apakah pujian-pujian seperti ini, diperoleh juga oleh orang-orang yang lebih mulia darinya?! Seperti khalifah yang zuhud Umar bin Abdul 'Aziz, dan para pemimpin petunjuk lainnya, semisal : Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah, Shalahuddin al-Ayyubi?! Lebih dari itu.
Orang-orang yang memuji Abu Bakr bin Saalim dengan pujian yang selangit ini, sebelum kelahirannya, apakah mereka mendapatkan wahyu dari langit?! Apakah malaikat Jibril telah turun dari langit, kemudian mewahyukan hal ini kepada mereka?!…. Jawabannya : Tidak!!! seribu kali tidak!!!
Karena wahyu telah terputus dengan wafatnya Rasulullah salallahu'alayhi wasallam, dialah penutup para nabi dan rasul, dan tidak ada nabi setelah beliau. Jadi, bagaimana mereka bisa mengetahui hal-hal seperti ini? Apakah mereka mempunyai ilmu ghaib?! Allah Ta'aala berfirman : Artinya "Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan." (QS. an-Naml : 65)
Allah azza wajall berfirman : Artinya "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS. al-An'aam : 59)
Allah azza wajall berfirman : Artinya "Katakanlah : Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) Aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) Aku mengatakan kepadamu bahwa Aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (QS. Al-An'am:50]
Allah azza wajall berfirman : Artinya "Katakanlah : "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan sekiranya Aku mengetahui yang ghaib, tentulah Aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan Aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al-A'raaf : 188)
Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar radliallahu'anhu, dari Nabi salallahu'alayhi wasallam, bahwasanya beliau bersabda : Artinya "Kunci-kunci keghaiban itu ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Tidak ada yang mengetahui apa yang disembunyikan oleh rahim-rahim kecuali Allah. Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari kecuali Allah. Tidak ada yang mengetahui kapan datangnya hujan kecuali Allah. Tidak ada satu jiwapun yang mengetahui di belahan bumi yang mana dia akan mati kecuali Allah. Tidak ada yang mengetahui kapan datangnya hari kiamat kecuali Allah".
Renungilah sabda Nabi salallahu'alayhi wasallam di dalam hadits ini yang berbunyi : "Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari kecuali Allah". Jika Utusan umat manusia yang jujur lagi terpercaya mengatakan : Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari kecuali Allah. Maka bagaimana bisa, Abdullah al-Haddar mengaku-ngaku bahwa ada banyak pujian terhadap Abu Bakr bin Saalim sebelum kelahirannya dan sebelum dia keluar dari perut ibunya.
Seorang penyair jahiliyah mengatakan : Dan saya mengetahui ilmu hari ini dan kemaren Akan tetapi tentang kejadian esok hari saya buta. Demi Allah! tiada ada sesembahan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya kecuali Dia. Seandainya kedajjalan (kebohongan) ini tidak tertulis di depan mata saya, niscaya saya tidak akan mempercayai bahwa seorang yang berakal mau mengucapkannya, lebih-lebih menuliskannya di dalam sebuah buku, kemudian dia membagi-bagikannya kepada manusia.
Ketika Abu Hayyan al-Andalusy -penulis tafsir "al-Bahru al-Muhith"- menafsirkan firman Allah ta'aala : "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)." (QS. Al-An'aam : 59)
Beliau berkata : Inilah pembatasan : bahwasanya tidak ada yang mengetahui dan melihat kunci-kunci tersebut selain Allah ta'aala. Dari orang-orang yang menisbatkan diri mereka kepada kain wool (sebagai tanda kezuhudan, alias sufi), sungguh telah muncul berbagai pengaku-ngakuan akan pengetahuan mereka tentang hal-hal yang ghaib, mereka juga mengaku-ngaku mengetahui balasan yang akan diterima oleh para pengikutnya, yaitu bahwasanya para pengikut tersebut pasti akan masuk surga bersama dengan tokoh-tokoh sufi mereka. Hal ini mereka beritakan di atas mimbar-mimbar, dan tidak ada seorangpun yang mengingkarinya. Ini semua bersamaan dengan hakekat keadaan mereka yang tidak berilmu, akan tetapi tokoh-tokoh sufi tersebut menipu manusia seakan-akan mereka mengetahui hal-hal yang ghaib.
Di dalam shahih Muslim ada riwayat dari 'Aisyah radliallahu'anha : "Barangsiapa menyangka bahwa Muhammad memberitakan apa yang akan terjadi esok hari, maka sungguh dia telah membuat kebohongan yang paling besar atas nama Allah". Dan Allah Ta'aala berfirman : Artinya "Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah."" (QS. An-Naml : 65)
Sungguh pengaku-ngakuan dan dongeng-dongeng seperti ini amat banyak di negara Mesir, hal ini dilakukan oleh manusia-manusia yang berakal anak-anak, dijuluki dengan julukan syeikh, padahal mereka tidak mampu mengetahui hal-hal yang terjangkau oleh akal dan yang ada pada nash-nash dalil. Mereka juga telah kalah di hadapan para penuntut ilmu : Mereka begitu banyak mengaku-ngaku perkara agung Yang belum pernah dimiliki oleh Ibrahim dan Musa Padahal dia adalah seorang yang dungu diantara mereka Dia melihat lauhulmahfudz dengan nomor-nomor Maka ilmu mendatanginya dengan sangat mudah Lalu dia mengetahui sesuatu sebelum terjadinya Sungguh akalku pasti terbelenggu, jika aku Tidak mempercayai bahwa ini adalah kebohongan yang besar.
Contoh yang ketiga :
Penulis buku "al-Masyra' ar-Rawy" (Buku "al-Masyra' ar-Rawy fi Fadhooil Aali Baa'alwy" ) penuh dengan dongeng-dongeng khurafat. Seandainya ada seorang penuntut ilmu yang mumpuni, mau mengkhususkan diri untuk membacanya, lalu mengeluarkan darinya dongeng-dongeng khurafat, kemudian membantahnya dengan metode ilmiah, niscaya didalamya ada kebaikan yang besar).
Menyebutkan bahwasanya asy-Syaikh Abdullah Ba'abbaad bertanya kepada 'Alwy bin al-Faqiih al-Muqaddam tentang yang dia lihat melalui kasyf (penyingkapan tabir ghaib) setelah bapaknya wafat, maka 'Alwy bin al-Faqiih al-Muqaddam berkata : "Nampak bagiku tiga perkara : Saya menghidupkan dan mematikan. Saya mengatakan kepada sesuatu : "kun (jadilah)", maka akan jadi. Dan saya mengetahui perkara yang akan terjadi". [Dinukil dari buku "Ziaroh Hud 'alaihissalaam lisy-Syaikh Ahmad al-Mu'allim" (kunjungan nabi Hud 'alaihissalaam kepada asy-Syaikh Ahmad al-Mu'allim-pent.]. Abdullah Ba'abbaad berkata : "kami menghadap yang lebih dari ini semua" (2/21).
Wahai umat Islam -betapa dahsyatnya-, dengarkanlah! Apa yang dikatakan oleh 'Alwy bin al-Faqiih al-Muqaddam bahwasanya dia bisa menghidupkan dan mematikan dengan seizin Allah. Dia juga mengatakan kepada sesuatu : "kun (jadilah)", maka akan jadi, serta dia juga mengaku mengetahui perkara yang akan terjadi.
Adapun yang pertama :
maka dia menjadi seorang Namrud (Jika memang benar dia yang mengatakan hal ini, maka dialah Namrud. Namun apabila bukan dia yang mengatakannya, maka kita tidak akan mendhaliminya.) yang lain, dan betapa banyak Namrud-Namrud di kota Hadhramaut (Yaman), serta termasuk golongan Namrud yang pertama adalah Al-Habib 'Alwy bin Sahl yang telah meniupkan ruh ke dalam gambar seekor ayam jantan dan burung-burung, sebagaimana yang telah kita bicarakan.
Adapun yang kedua :
maka dia telah berusaha menyaingi berbagai kekhususan Rabb semesta alam, Allah Ta'aala berfirman : Artinya "Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, dia berkuasa. dan dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya : "Jadilah!" Maka terjadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. Yasin : 81-83]. Sama sekali tidak diragukan bahwa perkataan ini lemah dan kebatilannya amat jelas, bahkan ini merupakan aib yang amat besar bagi suatu kaum, yang terbongkar kesesatan mereka, sehingga tidak perlu lagi dibantah dan didiskusikan. Akan tetapi hukuman atas orang seperti ini adalah diperintahkan untuk bertaubat jika mau bertaubat, dan jika tidak mau bertaubat maka harus dibunuh.
Adapun yang ketiga :
Yaitu perkataannya "dia juga mengetahui perkara yang akan terjadi" maka telah kita bicarakan ketika kita membahas tokoh mereka yang menyatakan bahwasanya para ulama telah memberikan pujian kepada Abu Bakar bin Saalim sebelum kelahirannya. Wahai saudaraku pembaca yang budiman, tiga contoh ini sudah cukup untuk membuktikan kesesatan kaum ini, dan bahwasanya mereka meniti suatu jalan yang berbeda dengan yang ditempuh oleh pemuka para utusan Allah, (Nabi Muhammad salallahu'alayhi wasallam). Jika anda ingin lebih luas mengetahui apa yang ada pada kaum ini, silahkan anda baca tulisan singkat ini, yang akan menyingkap hakekat kaum tersebut, dan juga akan menjelaskan tipu daya setan yang mereka miliki, serta berbagai metode makar mereka. Allahlah yang memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Ditulis oleh: Ali Ba Bakar bin Yahya Maraji': Majalah adz-dzakhirah
Muqaddimah Asy-Syaikh Shaleh bin Bakhit bin Salim Muala Dawilah
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah kepada kami untuk memeluk agama Islam "Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk." (QS. Al-A'raf : 43) Demikian pula Dia telah mengajarkan kepada kita al-Hikmah (Sunnah Rasulullah salallahu'alayhi wasallam) dan al-Qur'an serta menjadikan kita sebagai umat terbaik yang ditampakkan kepada manusia, dan mengenakan kepada kita pakaian ketaqwaan sebaik-baik pakaian. Aku memuji-Nya (Yang Maha Suci), aku bersyukur kepada-Nya, bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya. Dan aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang hak kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah, uluhiyah dan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Aku bersaksi pula bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya, Rasul-Nya dan manusia terpilih diantara makhluq ciptaan-Nya. Dia adalah sebaik-baik manusia untuk manusia, lentera yang menyala, cahaya serta pelita, rahmat dan kesejukan. Semoga shalawat dan salam-Nya senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarganya dan para shahabatnya serta orang-orang yang berjalan diatas jalan mereka dan mengikuti jejak mereka sampai hari kiamat kelak.
Wa ba'du :
Bahwasanya bencana tashawwuf benar-benar telah merebak dan membesar di Timur dan di Barat, menimpa berbagai belahan umat. Sampai-sampai hampir tiada suatu lembah dan suatu bukitpun yang lengang dari bencana tasawwuf ini. Tasawwuf ini, meskipun sebuah peringatan sial dan petunjuk kepada penyimpangan. Namun demikian menurut orang-orang yang bodoh dan lalai ia adalah tolak ukur/barometer bagi sebuah pembenaran dan pengakuan [sebuah kebenaran, pent].
Dan bukan ini tempatnya untuk menjelaskan kebrobrokan barometer ini. Dan cukuplah bagi saya ayat yang termaktub dalam al-Qur'an : "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah". (QS. Al-An'am : 116). Dan firman Allah (yang artinya) : "Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya." (QS. Yusuf : 103)
Sebagaimana saya-pun tidak bermaksud dengan bala ini tashawwuf mawalid dan hadrah karena hal itu terlalu kecil untuk menyingkap kepalsuannya dan menjelaskan kebatilannya serta keterputusannya dari agama Allah dan petunjuk Rasulullah. Dan tidak pula saya maksudkan dengan bala ini, tasawwuf suluk, ar-riyadhah dan akhlaq, karena semua umat dimuka bumi ini ikut andil padanya, ia dibutuhkan menurut pendapat orang-orang berakal dialam ini.
Sementara manusia dalam tasawwuf suluk, riyadhah dan akhlaq ada yang meremehkannya dan ada pula yang bersungguh-sungguh [melaksanakannya]. Dalam masalah ini orang-orang yang mendapat taufiq dan mengikuti petunjuk, mereka berjalan diatas jalan Al-habib Al-Musthafa yang mana beliau telah dibina oleh Rabbnya sebaik-baik binaan dan mensucikannya serta mengindahkan. "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qolam:4)
Sementara orang-orang selain mereka menaiki/menempuh jalan-jalan dan madzhab-madzhab lain, lalu mereka-pun berbuat jelek dan berbuat baik, berbuat yang benar juga berbuat yang salah. Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". (QS. Al-Israa' : 84). Dan tidak juga yang saya maksudkan dengan bala disini adalah tasawwuf zuhud, karena orang-orang yang zuhud begitu mulia lagi bertakwa, begitu benar lagi suci, mereka rela berlapar-lapar dan tidak mengenakan alas kaki serta menyendiri dan mengasingkan diri dari manusia : "Apabila ia berada di pos penjagaan-ketika perang- ia terus menjaga, dan apabila ia di garis belakang pertahanan ia terus disana, apabila ia meminta izin tidaklah diizinkan dan apabila memberikan perantara tidak diterima perantaraannya".
Mereka menganggap karomah sebagai sebuah peringatan dan ancaman, penghormatan sebagai sebuah tipuan, pujian sebagai sebuah ujian dan fitnah, walaupun mereka memperoleh itu semua. Barangsiapa yang mencintai mereka, maka haruslah lebih mencintai kebenaran diatas cintanya kepada mereka, perkataan mereka bisa diterima juga disa ditolak, mereka tidak mendakwakan bahwa diri mereka ma'shum, dan tidaklah yang mengaku ma'sum kecuali ia termasuk pembohong atau orang yang menyimpang. Sesungguhnya yang aku maksudkan disini adalah sufisme yang merupakan sebuah musibah dan ancaman , yang mana mereka [orang-orang tasawuf] tersebut bersembunyi dari fenomena -fenomena yang telah kami singgung diatas. Yang mana mereka itu menyembunyikan dalam hati mereka hal-hal yang bertentangan dengan apa yang mereka tampakkan.
Allah telah berfirman (yang artinya) : "Dan sesungguhnya kamu dapat mengenal mereka dari hiasan perkataan mereka." (Muhammad : 30) Allah juga berfirman (yang artinya) : "Mengapa kamu mencampurkan yang hak dengan yang batil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui." (Ali Imran : 71) Sufisme yang berbentuk paganisme dan penyatuan aliran-aliran kepercayaan syirik.
Sufisme yang meyakini "Al-Hulul" (Al-hulul menurut kaum sufi adalah : Bahwasanya Allah memilih sejumlah tubuh manusia kemudian bersemayam (hulul) disana sehingga tubuh-tubuh tersebut memiliki esensi ketuhanan, lepas dari esensi ke"manusiaan"nya, seperti tubuh orang-orang yang arif dari kalangan para wali dan orang-orang yang suci jiwanya.
Ini adalah persangkaan kelompok hululiyah, 'abdul qoohir Al-Baghdadi menyebutkan bahwa hululiyah memiliki sepuluh sekte yang berinduk kepada ekstremis rafidhah, Ibnu Taimiyah membaginya kedalam dua kelompok, yang pertama : mereka yang menyebutnya sebagai hulul khusus, ini adalah pendapat para penganut Kristen Nestorian dan ekstremis rafidhah yang mengatakan bahwasanya Allah bersemayam di tubuh 'Ali bib Abi Thalib dan para imam Ahlil-bait juga sebagian ekstremis lainnya yang mengatakan bahwa Allah bersemayam di tubuh para waliNya .( Mu'jam Mushtotholah As-shufiyah hal.86, Al-farqu bainal firoq 253,Majmu' fatawa 2/171-172. Dinukil dari Ma'aalimil jarh wa ta'dil karya Abu 'Abdurrohman Muhammad Al-mahdi.) dan meyakini bahwa Allah bersatu dengan makhluknya, dan paham-paham sufistik yang lancang dan melenceng. Sufisme yang penuh dengan kedustaan, khurofat (cerita-cerita bohong) dan tercela. Mereka datangi semua agama yang dianut semua manusia dan pemikiran-pemikirannya dan meminta saling berlomba untuk menutup-nutupi ciri asli agama-agama tersebut . Setelah itu merekapun bergegas untuk memutar balikkan fakta, mencoba meninjau kembali syari'at ini dan mendirikan lembaga-lembaga untuk kemudian menjebak manusia kedalam faham tersebut.
Sebuah bentuk persaingan yang gila-gilaan dan melampaui batas. Yang mana sebahagian dari mereka mengaku mampu untuk merubah apa yang tercatat di lauhul mahfudz, yang lainnya mengaku mampu untuk memadamkan api neraka dan menutupnya. Yang lainnya mengaku sebagai penyanding Allah dan dekat bersama-Nya di Arsy. Maha suci Allah dari itu semua, sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar dari ucapan dan perbuatan yang itu semua tidakklah mungkin muncul dari seorang yang berakal apalagi dari seorang muslim yang beilmu lagi terhormat.
Dari Daud bin Sholih, ia berkata : Aku berkata kepada Abdurrahman bin Mahdi : "wahai Aba Sa'id sesungguhnya di negara kita ini ada orang-orang sufi". Abdurrahman berkata : "Jangan sampai engkau dekati mereka, sesungguhnya kita telah melihat diantara mereka kaum yang suatu hal [sufisme] telah menjadikan mereka gila sedangkan sebahagian yang lain telah menjadi zindiq. Parahnya lagi, mereka menyandarkan perkataan batil dan perbuatan rusak mereka kepada orang-orang terdahulu yang memiliki kemuliaan, seperti penyandaran kebatilan dan pencampuradukan yang mereka buat kepada imam ahli bait, semua itu adalah upaya untuk melariskan yang batil dan menghiasinya.
Adapun orang-orang yang benar dari kalangan Ahlul-bait, maka mereka seperti manusia lainnya yang mencari kebenaran dengan metode dari umat terbaik yaitu para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti dan meneladani mereka. Para ahlul-bait itu mengikuti dan mencontoh dan mereka bukanlah orang-orang yang membuat kebid'ahan dan mengada-ada dalam agama.
Mereka adalah orang yang paling bersemangat mengikuti sunnah dan paling memperhatikan serta terdepan membela sunnah dan orang-orang yang mengikutinya, dari rumah-rumah mereka muncul pengamalan terhadap sunnah dan dengan tenaga -tenaga mereka sunnah ini ditampakkan. Kemudian sesudah itu, mereka ini seperti manusia pada umumnya - selain dalam hal yang Allah memberikan kekhususan bagi mereka -, diantara mereka ada orang alim dan bodoh, ada yang diberi pentunjuk, ada juga yang sesat, ada yang memperoleh hidayah, dan juga ada yang menyimpang, bahkan ada yang muslim dan ada juga yang kafir, "Barangsiapa yang lamban amal perbuatannya maka nasabnya tidak akan dapat mendahuluinya" (Muslim 2699, dari Abu Hurairah) Nasab mereka sebenarnya lebih tepat sebagai sebuah beban daripada sebuah penghormatan, dan sikap mereka yang acuh tak acuh terhadap upaya untuk menyebarkan dan membela sunnah akan menjerumuskan mereka kedalam kehinaan.
Adapun karomah maka ia adalah pokok bahasan tulisan ini, sebagaimana pembahasan lainnya mengenai aqidah. Dimana manusia terbagi antara yang berlebih-lebihan dan yang menyepelekan. Ada yang ke-timur dan ada yang ke-barat, ada yang setuju dan ada yang mengingkari, masing-masing kelompok itu tercela.
Yang benar adalah (sikap tengah) berada diantara sikap berlebih-lebihan dan menyepelekan. Hanya saja cacat yang ada pada orang-orang sufi dalam masalah aqidah ini dapat ditinjau dari beberapa segi :
Pertama :
Mereka suka menggembar-gemborkan masalah karomah. Padahal seharusnya para ahlul 'ilmi memiliki rasa takut dan rendah hati - sebagaimana sikap para salaf- seperti dalam perkataan Umar berikut ini ( Demi Allah.. seandainya aku memiliki emas sebesar bumi ini, akan aku pergunakan untuk menebus diriku ini dari azab neraka sebelum aku menghadap Allah) Adapun mereka, hampir-hampir ada tidak akan mempercayai bahwa yang berbicara tentang karomah ini adalah orang Islam, yang menyerah, mengagungkan dan memuliakan untuk Allah Rabbul Alamin.
Perhatikan perkataan Abu Yazid al-Bustami (tokoh sufi yang sesat dan menyesatkan) ini, ketika ia berkata : Aku berharap agar kiamat itu terjadi, sehingga tempat tinggalku ini terperosok kedalam neraka. Ada seorang bertanya : Mengapa demikian wahai Abu Yazid ? Aku tahu bahwa neraka akan padam jika melihatku sehingga aku menjadi anugerah untuk penghuni neraka yang lain, jawabnya.
Kedua :
Mereka bermain-main dan bersenda gurau dalam masalah karomah ini, bahkan seringkali hanya untuk memuaskan selera dan hawa nafsu saja . seakan-akan salah seorang diantara mereka di restoran atau hidangan, ia meminta apa saja yang diinginkannya. An-nuuri (tokoh sufu sesat) berkata : Ketika aku berada disebuah kolam, ada beberapa orang mendatangiku dan mereka berkata : kami datang kesini untuk memancing ikan , lalu mereka berkata kepadaku : Wahai Abu Hasan (An-Nuuri), tunjukkan kepada kami ikan seberat 3 pound, tidak lebih dan tidak kurang, sebagai hasil ibadah dan kesungguhanmu dalam beramal ! Akupun berkata kepada waliku : Seandainya engkau tidak memberikanku seekor ikan seperti yang mereka pinta maka aku akan menceburkan diriku kedalam kolam ini, lalu keluarlah seekor ikan dan ketika aku timbang ternyata beratnya 3 pound tepat.
Hal seperti ini terjadi karena kebodohan mereka terhadap hikmah dibalik karomah itu sendiri, padahal tujuan dari karomah adalah guna menolong agama Allah, menegakkan sunnah serta mengokohkan agama ini. Bukannya sebagai gurauan, pemuasan terhadap hawa nafsu, pamer otot, menakut-nakuti umat ataupun untuk memperoleh kedudukan dan melariskan objek-objek wisata rohani/religi.
Ketiga :
Penjiplakan cerita tentang karomah, silahkan anda melihat buku-buku peninggalan sufisme dari masa dan tempat yang berbeda-beda niscaya anda akan melihat bagaimana "karomah" mereka ini hanya berkisar seputar permasalahan yang sama, nama dan tempatnya berbeda namun kejadiannya serupa, hal ini dapat anda temukan pada sufisme yang biasa di Hadramaut, Sudan, Mesir atau Maroko bahkan dimana-mana saja (termasuk di tanah Melayu).
Keempat :
Menisbatkan karamah dengan dugaannya : (Diantara mereka ada yang melihat seberkas cahaya di angkasa. Jika terjadi pada bulan Ramadhan maka ia akan berkata : Aku telah melihat lailatul qadar sedangkan jika terjadi pada selain bulan Ramadhan maka ia akan berkata pintu langit telah terbuka untukku). Mungkin saja sesuatu yang diinginkan itu terjadi, lalu ia menyangka hal itu sebuah karamah, padahal bisa saja kejadian yang ia lihat itu sebagai sebuah ujian atau tipu daya Iblis.
Seorang yang berakal tentulah tidak akan mempercayai sepenuhnya hal tersebut walaupun hal itu adalah karamah. Ini semua adalah buah dari sikap terlalu berlebih-lebihan mereka terhadap karamah, sehingga mereka menjadikan tujuan pengikut mereka mencari karamah, padahal yang diperhatikan orang-orang shalih itu adalah mencari keistiqamahan bukan mencari karamah.
Ibnul Jauzi rohimahullahu ta'ala berkata : Iblis telah memasukkan perangkapnya kepada suatu kelompok manusia, dimana mereka membuat dongengan-dongengan tentang karamah-karamah para wali untuk menyokong keadaan mereka, padahal kebenaran tidak membutuhkan sokongan dari kebatilan, dan Allah akan menyingkap perbuatan mereka ini melalui para ulama-ulama sunnah. Mereka akan terus menerus seperti itu sampai-sampai mereka mengaku memiliki sesuatu yang sebenarnya khusus dimiliki oleh Allah saja. Seperti mengetahui hal-hal ghoib dan dapat mengetahui isi lauhul mahfud dan dapat membacanya, serta mengatur alam semesta beserta galaxinya, atau mereka berbuat keharaman lalu mengatakannya sebagai karamah. Ibnul Jauzi rohimahullahu ta'ala melanjutkan : dari Abdul Aziz al-Baghdadi (tokoh sufi sesat), ia berkata : aku membaca hikayah-hikayah sufisme, suatu hari aku naik atap, tiba-tiba aku mendengar suara berkata : "Dan Dia-lah yang melindungi orang-orang yang shalih" (al-Araf : 196) Aku menoleh, namun tidak kujumpai suatu apapun, lalu aku meloncat dari atap dan berdiri di udara.
Komentar saya : ini kedustaan serta mustahil, dan akal akan meragukan kedustaan ini, kalaupun kita menganggap benar maka loncatnya ia dari atap adalah haram, dan dugaannya bahwa Allah akan menolong orang yang melakukan hal terlarang adalah hal batil, Allah berfirman (yang artinya) : "Dan janganlah dirimu menjatuhkan kedalam kebinasaan" (al-Baraqah : 195)
Bagaimana mungkin orang seperti ini adalah seorang yang sholeh, sedangkan ia menyelisihi Tuhannya? Maka dapat diperkirakan bahwa barangsiapa yang memberitakan hal-hal seperti ini maka maka ia dari golongan mereka?! Telah menyempal dalam tubuh sufisme ini suatu kelompok yang serupa dengan mereka dan bersikap sama dengan mereka dalam permasalahan karomah dan dakwaan-dakwaan mereka lainnya yang mereka ini menunjukkan kepada orang-orang awam berbagai kedustaan yang membuat hati orang awam ini mati.
Kelima :
Mereka menjadikan "karomah" sebagai syarat ataupun tanda sebuah kewalian, dan mengantarkan sikap pengagungan dalam hati terhadap orang diberikan karomah, dan melegitimasi, mengkultuskan dan menyetujui apa yang mereka katakan dan apa yang mereka perbuat. Ibnu Taimiyah rohimahullahu ta'ala berkata : Kebanyakan manusia mengalami kerancuan dalam masalah ini, sehingga ia menyangka seorang tokoh tertentu adalah wali Allah, dan wali Allah tersebut dapat diterima seluruh perkataan maupun perbuatannya, walaupun bertentangan dengan al-Qur'an dan sunnah, sehingga orang ini mengikuti tokoh tersebut dan menyelisihi apa yang Rasulullah diutus dengannya, padahal Allah telah mewajibkan kepada seluruh manusia agar membenarkan ajaran yang disampaikannya dan mentaati perintahnya, dan Allah juga telah menjadikan Rasulullah salallahu'alayhi wasallam sebagai pembeda antara wali Allah dan musuh-musuh-Nya, antara penghuni surga dan penghuni neraka, dan antara orang-oarang yang bahagia dan yang celaka, barangsiapa yang mengikutinya maka ia adalah wali Allah yang bertakwa dan tentaranya yang berjaya, serta hamba-hambanya yang sholeh, dan barangsiapa yang tidak mengikutinya maka ia termasuk musuh-musuh Allah yang merugi dan pendosa. Sikap orang seperti ini (yang menyelisihi Allah dan rasulNya namun malah mengikuti tokoh ini) akan menjerumuskannya kedalam dua hal ini : yang pertama, kedalam bid'ah dan kesesatan, kedua, kedalam kekufuran dan kemunafikan. Maka orang seperti ini layak mendapat ancaman dari firman Allah (yang artinya) : "Dan (ingatlah) hari(ketika itu) orang-orang yang dzalim menggigit kedua tangannya(( menyesali perbuatannya)) seraya berkata "aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama rasul. Kecelakaan besarlah bagiku kiranya aku tidak menjadikan sifulan itu sebagai teman karibku. Sesungguhnya ia telah menyesatkan aku dari Al-qur'an ketika al-qu'an itu datang kepadaku, dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia" (al-furqon 27-29 )
Ibnu Taymiyah rohimahullahu ta'ala melanjutkan : Segala orang yang dianggap wali Allah yang menyelisihi ajaran Rasulullah, dan ia diikuti dalam perbuatannya yang menyelisihi syariat itu, dan ia menetapkan bahwa dirinya adalah wali Allah, padahal seorang wali Allah itu tidak akan menyelisihi perintah Allah sedikitpun, seandainya orang ini termasuk diantara wali-wali Allah yang terkemuka, seperti para sahabat dan tabi'in (orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik), maka Allah tidak akan menerima amalan-amalan mereka yang menyelisihi al-Qur'an dan sunnah, lalu bagaimana halnya jika ia tidak termasuk wali Allah? Anda akan menjumpai sebagian dari mereka yang pijakan mereka dalam meyakini bahwa ia adalah seorang wali adalah tersingkapnya kepada mereka perkara-perkara masa depan, atau kejadian-kejadian supranatural seperti menyantet orang hingga mati, atau ia mampu terbang di udara menuju kota mekkah atau tempat lainnya, atau kadang-kadang berjalan diatas air, memenuhi ceret dari udara, atau berbicara hal-hal gaib, atau dapat menghilang dari pandangan manusia, atau ketika seseorang memohon pertolongan kepadanya padaha ia tidak disitu atau bahkan telah mati kemudian pemohon tersebut melihatnya mendatanginya dan mengabulkan permohonannya, atau memberitahukan manusia tentang barang-barang mereka yang dicuri, keadaan orang yang tidak ada dihadapan mereka, atau orang yang sakit, dan berbagai perkara lainnya. Yang menunjukkan bahwa pelakunya merupakan wali Allah, padahal para wali Allah (yang sebenarnya) telah bersepakat dan mengatakan bahwa jika ada seseorang yang mampu terbang atau berjalan diatas air janganlah kita tertipu, sampai kita menyaksikan sejauh mana ia mengikuti sunnah Rasulullah, mengerjakan perintahnya dan menjauihi apa yang dilarangnya. Karomah para wali Allah sesunggahnya lebih agung dari itu semua, ini adalah masalah supranatural, bisa saja pelakunya adalah seorang wali Allah atau bisa saja ia adalah musuh Allah, hal-hal tersebut bisa saja dimiliki oleh orang-orang kafir, orang musyrik, ahli kitab dan orang-orang munafik, dan bisa saja dimiliki oleh para ahli bid'ah bahkan oleh syaitan, maka tidak boleh menduga bahwa barangsiapa yang memiliki sebagian kemampuan tersebut sebagai wali Allah, namun hendaklah seorang wali Allah itu diakui dengan sejauh mana sifat, perbuatan maupun keadaannya yang lain yang sesuai dengan al-Qur'an dan Sunnah, dan mereka dapat dikenali berdasarkan cahaya iman dan al-Qur'an yang mereka miliki dan dengan hakikat keimanan yang ada dalam hati mereka serta syari'at-syari'at Allah yang mereka tampakkan. Dan saya menukil perkataan diatas secara panjang lebar karena begitu berharga dan menyeluruh. Karena dalam masah ini yang terlarang bukanlah cerita tentang karomah-karomah, walaupun cerita tersebut dipenuhi dengan kemungkaran, akan tetapi yang terlarang adalah syariat-syariat, istighasah-isthigasah, ziarah-ziarah, pengkultusan, perayaan-perayaan, mimpi-mimpi, dongeng-dongeng yang dibangun dari karamah-karamah itu, mereka membesar-besarkan keanehan hal-hal tersebut dan menyibukkan manusia dengannya demi mempopulerkan kesyirikan-kesyirikan serta kebidahan-kebidahan yang mereka lakukan, "Maka hati-hatilah kalian terhadap mereka." (at-Thaghabun : 14)
Syaikh Ali Babakar - semoga Allah memberinya taufiq - dalam karya beliau ini memfokuskan pembicaraannya mengenai sejumlah cerita-cerita dusta, khurofat, propropaganda-propaganda sufi, dan kemungkaran-kemungkaran yang mereka nisbatkan atau mereka jiplak, atau riwayat-riwayat dengan sanad yang majhul. Beliau mebongkar itu semua, yang semua itu menunjukkan bahwa sikap beliau, saya yakini sejalan dengan perkataan ibnu Jauzy rohimahullahu ta'ala : Seandainya cerita-cerita tersebut benar datang dari orang-orang shalih maka kita harus menolaknya jika tidak sejalan dengan "al-haq", apalagi kalau hal tersebut hanya dusta belaka, maka kita harus memperingatkan manusia dari hal tersebut, dan sikap seperti ini berlaku kepada siapapun juga….Allah Maha Mengetahui bahwa ketika kami menjelaskan penyimpangan-penyimpangan tersebut semata-mata hanyalah untuk menyucikan syari'at, dan karena didorong oleh rasa cemburu terhadapnya dari berbagai bentuk pengkhianatan, bukan karena didorong oleh rasa benci kepada para pelaku penyimpangan tersebut, karena sesungguhnya kami melakukan ini semua dalam rangka memenuhi amanah ilmiah, para ulama senantiasa menerangkan kesalahan masing-masing mereka dengan tujuan menerangkan kebenaran dan bukan bertujuan menampakkan aib orang yang salah, dan perkataan orang bodoh yang mengatakan seperti ini tidak dianggap : "Bagaimana dia membantah fulan yang zuhud". Karena tunduk itu adalah kepada syariat agama dan bukan tunduk kepada seseorang, bisa jadi seseorang itu termasuk dari kalangan para wali Allah dan calon penghuni surga namun ia mempunyai kesalahan-kesalahan, maka keadaannya itu tidak menghalangi untuk dijelaskan ketergelincirannya …..dst. Banyaknya orang-orang yang berkeyakinan salah seperti ini bukanlah hal penting bagi pengarang kitab ini, - menurut dugaan saya - namun tujuan pengarang kitab ini hanyalah menyingkap penyimpangan mereka, serta menunjukkan kebatilan mereka kepada orang-orang yang mempunyai fitrah yang lurus dan akal yang sehat, yang tertipu dengan ucapan dan hiasan kata-kata mereka, adapun mereka itu adalah seperti apa yang di hikayatkan oleh Ibnul Jauzi rohimahullahu ta'ala tentang syaikh mereka al-Qusyairi (tokoh sufu sesat), yang berkata (dengan kebathilan) : "Hujjah-hujjah sufisme lebih nyata dari hujjah siapapun, dan kaidah-kaidah madzhab mereka lebih kuat dari kaidah-kaidah madzhab manapun, karena manusia itu bisa jadi ia pengikut al-Qur'an dan sunnah atau sebagai pendewa akal pikiran, para syaikh dari golongan sufiyah lebih tinggi derajatnya dari apa yang telah disebutkan ini." Mereka itu tidak berakal, dan tidak mempunyai dasar, bagaimana mungkin petunjuk diharapkan dari orang yang menyingkapkan keadaannya dengan perkataannya yang jelek, semoga Allah menjaga syariat ini dari kejelekan kelompok ini. Barangsiapa yang mengharapkan keselamatan hari esok dan berkumpul bersama para imam yang memperoleh petunjuk dan selamat dari jalan yang sesat, maka ia harus berpegang pada kitabullah, mengamalkannya, dan hendaknya mengikuti Rasulullah salallahu'alayhi wasallam dan para sahabatnya ridlwanullahu 'alayhim ajma'in, dan dan hendaknya melihat ajaran Rasulullah dan para sahabatnya, dan janganlah ia membenci ajarannya baik melalui ucapan maupun perbuatan, dan hendaknya ia menjadikan segala ibadah dan kesungguhannya di atas sunnah Rasulullah dan para sahabatnya, dan berperilaku dengan akhlak mereka, dan sesantiasa semangat untuk berjumpa dengan mereka, karena sesungguhnya jalan yang mereka tempuh adalah jalan yang lurus, yang Allah mengajarkan kita untuk memohon jalan yang lurus ini, dan menjadikan sholat kita berisikan permintaan terhadapnya, Allah berfirman "Tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang yang telah engkau beri ni'mat atas mereka, bukan jalannya orang orang yang engkau murkai dan bukan pula jalan orang orang yang tersesat." Amin (Al-fatihah 6-7) Barangsiapa yang meragukan bahwa Rasulullah salallahu'alayhi wasallam berada diatas jalan yang lurus, sungguh ia telah keluar dari agama ini dan keluar dari jama'ah kaum muslimin. Dan barangsiapa yang mengetahui hal tersebut dan meyakininya serta ridho terhadap Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagi nabinya, dan ia mengetahui bahwasanya Allah telah memerintahkan kita untuk mengikuti nabi-Nya, melalui firmanNya "Ikutilah ia (Muhammad) niscaya kalian akan memperoleh petunjuk" (Al-a'raf 158 ), Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan hal tersebut. Dan sabda Nabi (yangartinya) : "Hendaknya kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin sepeninggalku, gigitlah sunnah dengan gigi geraham kalian, dan hati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru (dalam agama), karena hal itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah tempatnya di neraka" Dan sabda beliau (yang artinya) : "Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad dan sejelek-jelek perkara adalah perkara baru (dalam agama)" Lalu bagaimana halnya dengan orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri dari jalan Nabi, dan berpaling darinya setahap-setahap, dan mencari jalan penyampai kepada Allah dengan selain jalan Nabi, dan mengharap ridha Allah dengan menempuh selain jalannya? Apakah dia melihat jalan yang lebih memberi petunjuk dari Jalan Nabi? Dan mengikuti petunjuk manusia yang lebih mulia dari Rasulullah? Sekali-kali tidak, ia tidak akan mendapatkan selain jalan Allah kecuali jalan syaitan, dan ia tidak akan sampai tanpa jalan Allah melainkan akan mendapatkan kemurkaan Allah, Allah berfirman : "Dan inilah jalan-Ku yang lurus ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikanmu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa" (al-An'am : 153) Dan diriwayatkan dari Nabi bahwasanya beliau menggaris garis yang lurus, lalu bersabda : inilah jalan Allah. Dan beliau menggaris garis yang lain, dan bersabda : "Ini adalah jalan-jalan syaitan, setiap jalan itu ada syaitan yang menyeru untuk menempuhnya, barangsiapa memenuhi seruan syaitan untuk menempuh jalan itu, maka akan dilemparkan kedalam api neraka." (HR Ahmad dan Nasai) Nabi memberitahukan bahwa selain jalan Allah adalah jalan-jalan syaitan, barangsiapa menempuhnya maka akan dilemparkan dalam api neraka, adapun jalan Allah yang telah ditempuh Nabi dan para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat, Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha pada Allah, dan Allah sediakan bagi mereka surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai dan itulah kemenangan yang besar, maka barangsiapa menempuhnya pasti bahagia, dan barangsiapa meninggalkannya pasti akan jauh. Dan jalan Rasulullah salallahu'alayhi wasallam, beserta sunnah, ahklak, sejarah beliau, beserta ibadah-ibadah dan keadaan beliau sudah mashur d kalangan ulama, nampak jelas bagi orang yang cinta untuk mengikuti dan menempuh manhaj beliau, dan kebenaran itu jelas bagi orang yang menghendaki petunjuk dan keselamatannya: "Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya" (al-Kahfi : 17) (Kitab "Fi dzammi ma a'lanahu ahlut tashawwuf" hal 18-21) Dan pengarang kitab ini - semoga Allah memberi petunjuk kepadanya - meminta kepada kami al-fakir untuk menulis muqaddimah ini lantaran kencintaannya kepada ahli-bait, dan kecemburuannya atas mereka karena kebatilan, kebid'ahan dan khurafat telah tersebar dengan nama mereka, sekaligus lantaran keinginannya untuk menjelaskan hakikat kedudukan mereka di tengah banyaknya keyakinan-keyakinan, ucapan-ucapan serta garis keturunan yang ada. Ya Allah perlihatkanlah yang haq itu berupa yang haq dan berilah kami rezki untuk mengikutinya, dan perlihatkanlah yang batil itu batil dan berilah kami rezki untuk menjauhinya, dan janganlah kebatilan itu menyelubungi kami sehingga kami tersesat Dan semoga shalawat, salam serta barakah tercurahkan kepada Muhammad bin Abdillah, keluarga, sahabat dan siapa yang menolongnya. Shaleh bin Bakhit bin Salim Maulad-Dawilah 26/1/1424 H (bersambung Insya Allah) Maraji': Adz-Dzakhirah edisi 18
No comments:
Post a Comment