أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Di dalam Ajaran agama islam itu di wajibkan mengetahaui apa Itu agama serta syarat sahnya Agama
Syarat sahnya dalam agama islam itu tidak semudah seperti yang kita fahami selama ini … dengan hanya cukup melakukan mengucapkan dua kalimah syahadat (أشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمد رسول الله )
itu sudah di katakan islam , sungguh sangat tidak layak menurut hukum & tata bahasa arabnya serta menurut al-qur’an serta hadist Rosululloh …
ISLAM
Secara lafadz itu berarti selamat , nah kata selamat itu bukan berarti selamat dari bencana / apa yang merugikan bagi pemeluknya , selamat di sini adalah selamat dari perkataan,fikirannya,serta hatinya dari sifat-sifat tercela yang timbul dari ajakan hawa nafsu syaithoniyah serta mematuhi aturan-aturan yang di atur oleh rosululloh SAW baik secara lahir maupun bathin,, yaitu mengamalkan ajaran ahlakul karimah (budi pekerti yang luhur ) untuk sesama ummat beragama.
syarat awal sebelum masuk ISLAM itu harus melakukan IQRAR (janji setia) kepada keagungan ALLOH SWT sesembahan (tuhan) untuk semesta alam …. jadi dalam hal ini kita di wajibkan untuk tahu siapa itu alloh dan siapa itu rosulloh Saw. Untuk mengenali siapa itu Alloh kita di wajibkan pengenalan yaitu melalui sifat wajib bagi alloh 20 dan sifat mustahil alloh 20
:Jadi, minimal kita harus memahami dan meyakini 20 sifat
tersebut agar tidak tersesat. Setelah itu kita bisa mempelajari sifat
Allah lainnya yang banyak. Sebagaimana wajib dipercayai akan sifat Allah
yang dua puluh maka perlu juga diketahui juga sifat yang mustahil bagi
Allah. Sifat yang mustahil bagi Allah merupakan lawan dari sifat wajib.
20 Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh seorang muslim mukallaf (akil baligh) yang terkandung di dalam al-Quran termasuk juga sifat-sifat Mustahil yang wajib diketahui. Untuk mempermudah mempelajarinya terlampir dibawah ini ringkasan sifat sifat Allah yang wajib dan mustahil
الصفات الواجبة : الصفات الواجبة لله سبحانه و تعالى عشرون صفة و هي : الوجود و القدم و البقاء والمخالفة للحوادث و القيام بالنفس و الوحدانية و القدرة والإرادة و العلم و الحياة و السمع و البصر و الكلام و كونه تعالى قادرا مريدا عالما حيا سميعا بصيرا متكلما . - الصفات المستحيلة : الصفات المستحيلة لله سبحانه و تعالى عشرون وهي : العدم و الحدوث و الفناء والمماثلة للحوادث و الاحتياج الى محل و مخصص والتعدد و العجز و الكراهة و الجهل و الموت و الصمم و العمى و البكم و كونه تعالى عاجزا مكرها جاهلا ميتا أصم أعمى أبكم ، تعالى الله عن ذلك علوا كبيرا . - الصفات الجائزة : يجوز في حق الله سبحانه و تعالى فعل كل ممكن أو تركه فلا يجب عليه فعل شيئ أصلا بل هو الفاعل المختار لما يريد { وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ }
1- Sifat Wajib: Wujud Artinya: Ada
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta’ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukanlah a’in (kenyataan) maujud dan bukan lain daripada a’in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan tiada) . Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu ‘ainu Al-maujud , karena wujud itu dzat maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan kepada dzat. Kepercayaan bahwa wujudnya Allah SWT. bukan saja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada. Firman Allah SWT. yang bermaksud : ” Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )
Sifat Mustahil: ‘Adam Aritnya : Tidak Ada dan ini ketentuan bagi mahluq Allah Taala itu ada. Mustahil Allah itu tiada. 2- Sifat Wajib: Qidam Artinya: Sedia/terdahulu/tidak ada permulaanya
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah SWT. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khos (husus) dan azali itu ‘am (umum). Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bagian : · Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala ) · Qadim dzati ( Tiada permulaan dzat Allah Ta’ala ) · Qadim Idhofi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapak di umpamakan kepada anak ) · Qadim Zamani ( dahulu masanya atas sesuatu sekurang-kurangnya 1000 tahun ) Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim dzati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta’ala. Sifat Mustahil: Huduts Artinya: Baru ( sesuatu yang ada permulaan dan ada akhir ) Allah Taala itu sedia/terdahulu, tidak ada permulaanya. Mustahil Allah itu didahului oleh ‘Adam (ada permulaanya). 3- Sifat Wajib: Baqa’ Artinya: Kekal (tetap)
ALLOH Senantiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada hakikatnya ialah menafikan adanya batasan akhir bagi wujud Allah Ta’ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta’ala , ada yang kekal dan tidak binasa tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar-benarnya ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang juga seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ). Perkara –perkara tersebut kekal secara azali namun tidak abadi tatkala ia berta’alluq (bergantung) dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala yang mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan ‘ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tulangng ekor manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana mereka adalah kekal aradhi juga. Disini nyatalah perkara yang dii’tibarkan (ibarat) permulaan dan akhir itu terbagi kepada 3 bagian : · Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu dzat dan sifat Alllah SWT. · Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi. · Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
Sifat Mustahil: Fana’ Artinya: Binasa (sirna ? dengan kata lain tidak ada) Allah itu bersifat kekal. Mustahil Ia dikatakan fana’ (binasa) 4- Sifat Wajib: Mukhalafah Lilhawadisi
Pada dzat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telah ada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan (meniadakan) Allah Ta’ala menyerupai dengan yang baru pada dzatnya , sifatnya atau perbuatannya. Sesungguhnya dzat Allah Ta’ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tidak sesekali dzatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis-jenis yang bisa larut , tumbuh-tumbuhan , tidak berpihak ,tidak bertempat dan tidak terikat dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta’ala itu tidak bersamaan dengan sifat yang baru karena sifat Allah Ta’ala itu qadim serta azali dan melengkapi ta’aluqnya. Sifat Sama’ ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta’ala berta’aluq ia pada segala maujudat(perkara yang maujud) tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara saja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadist yang menyebut muka dan tangan Allah SWT. , maka perkataan itu hendaklah kita i’tiqadkan tsabit ( tetap ) secara patut dengan Allah Ta’ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta’ala bersifat dengan segala sifat yang baru Artinya: Tidak sama dengan yang baru Sifat Mustahil: Mumatsalah Lilhawaditsi Artinya: Sama dengan yang baru Allah itu tidak mempunyai sifat-sifat yang baru yakni dijadikan dan dihancurkan. Mustahil Allah bersamaan dengan yang baru.
MENGENAL SIFAT WAJIB ALLOH 20 DAN SIFAT MUSTAHILNYA 20
Di dalam Ajaran agama islam itu di wajibkan mengetahaui apa Itu agama serta syarat sahnya Agama
Syarat sahnya dalam agama islam itu tidak semudah seperti yang kita fahami selama ini … dengan hanya cukup melakukan mengucapkan dua kalimah syahadat (أشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمد رسول الله )
itu sudah di katakan islam , sungguh sangat tidak layak menurut hukum & tata bahasa arabnya serta menurut al-qur’an serta hadist Rosululloh …
ISLAM
Secara lafadz itu berarti selamat , nah kata selamat itu bukan berarti selamat dari bencana / apa yang merugikan bagi pemeluknya , selamat di sini adalah selamat dari perkataan,fikirannya,serta hatinya dari sifat-sifat tercela yang timbul dari ajakan hawa nafsu syaithoniyah serta mematuhi aturan-aturan yang di atur oleh rosululloh SAW baik secara lahir maupun bathin,, yaitu mengamalkan ajaran ahlakul karimah (budi pekerti yang luhur ) untuk sesama ummat beragama.
syarat awal sebelum masuk ISLAM itu harus melakukan IQRAR (janji setia) kepada keagungan ALLOH SWT sesembahan (tuhan) untuk semesta alam …. jadi dalam hal ini kita di wajibkan untuk tahu siapa itu alloh dan siapa itu rosulloh Saw. Untuk mengenali siapa itu Alloh kita di wajibkan pengenalan yaitu melalui sifat wajib bagi alloh 20 dan sifat mustahil alloh 20
20 Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh seorang muslim mukallaf (akil baligh) yang terkandung di dalam al-Quran termasuk juga sifat-sifat Mustahil yang wajib diketahui. Untuk mempermudah mempelajarinya terlampir dibawah ini ringkasan sifat sifat Allah yang wajib dan mustahil
الصفات الواجبة : الصفات الواجبة لله سبحانه و تعالى عشرون صفة و هي : الوجود و القدم و البقاء والمخالفة للحوادث و القيام بالنفس و الوحدانية و القدرة والإرادة و العلم و الحياة و السمع و البصر و الكلام و كونه تعالى قادرا مريدا عالما حيا سميعا بصيرا متكلما . - الصفات المستحيلة : الصفات المستحيلة لله سبحانه و تعالى عشرون وهي : العدم و الحدوث و الفناء والمماثلة للحوادث و الاحتياج الى محل و مخصص والتعدد و العجز و الكراهة و الجهل و الموت و الصمم و العمى و البكم و كونه تعالى عاجزا مكرها جاهلا ميتا أصم أعمى أبكم ، تعالى الله عن ذلك علوا كبيرا . - الصفات الجائزة : يجوز في حق الله سبحانه و تعالى فعل كل ممكن أو تركه فلا يجب عليه فعل شيئ أصلا بل هو الفاعل المختار لما يريد { وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ }
1- Sifat Wajib: Wujud Artinya: Ada
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta’ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukanlah a’in (kenyataan) maujud dan bukan lain daripada a’in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan tiada) . Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu ‘ainu Al-maujud , karena wujud itu dzat maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan kepada dzat. Kepercayaan bahwa wujudnya Allah SWT. bukan saja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada. Firman Allah SWT. yang bermaksud : ” Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )
Sifat Mustahil: ‘Adam Aritnya : Tidak Ada dan ini ketentuan bagi mahluq Allah Taala itu ada. Mustahil Allah itu tiada. 2- Sifat Wajib: Qidam Artinya: Sedia/terdahulu/tidak ada permulaanya
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah SWT. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khos (husus) dan azali itu ‘am (umum). Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bagian : · Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala ) · Qadim dzati ( Tiada permulaan dzat Allah Ta’ala ) · Qadim Idhofi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapak di umpamakan kepada anak ) · Qadim Zamani ( dahulu masanya atas sesuatu sekurang-kurangnya 1000 tahun ) Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim dzati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta’ala. Sifat Mustahil: Huduts Artinya: Baru ( sesuatu yang ada permulaan dan ada akhir ) Allah Taala itu sedia/terdahulu, tidak ada permulaanya. Mustahil Allah itu didahului oleh ‘Adam (ada permulaanya). 3- Sifat Wajib: Baqa’ Artinya: Kekal (tetap)
ALLOH Senantiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada hakikatnya ialah menafikan adanya batasan akhir bagi wujud Allah Ta’ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta’ala , ada yang kekal dan tidak binasa tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar-benarnya ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang juga seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ). Perkara –perkara tersebut kekal secara azali namun tidak abadi tatkala ia berta’alluq (bergantung) dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala yang mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan ‘ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tulangng ekor manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana mereka adalah kekal aradhi juga. Disini nyatalah perkara yang dii’tibarkan (ibarat) permulaan dan akhir itu terbagi kepada 3 bagian : · Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu dzat dan sifat Alllah SWT. · Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi. · Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
Sifat Mustahil: Fana’ Artinya: Binasa (sirna ? dengan kata lain tidak ada) Allah itu bersifat kekal. Mustahil Ia dikatakan fana’ (binasa) 4- Sifat Wajib: Mukhalafah Lilhawadisi
Pada dzat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telah ada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan (meniadakan) Allah Ta’ala menyerupai dengan yang baru pada dzatnya , sifatnya atau perbuatannya. Sesungguhnya dzat Allah Ta’ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tidak sesekali dzatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis-jenis yang bisa larut , tumbuh-tumbuhan , tidak berpihak ,tidak bertempat dan tidak terikat dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta’ala itu tidak bersamaan dengan sifat yang baru karena sifat Allah Ta’ala itu qadim serta azali dan melengkapi ta’aluqnya. Sifat Sama’ ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta’ala berta’aluq ia pada segala maujudat(perkara yang maujud) tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara saja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadist yang menyebut muka dan tangan Allah SWT. , maka perkataan itu hendaklah kita i’tiqadkan tsabit ( tetap ) secara patut dengan Allah Ta’ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta’ala bersifat dengan segala sifat yang baru Artinya: Tidak sama dengan yang baru Sifat Mustahil: Mumatsalah Lilhawaditsi Artinya: Sama dengan yang baru Allah itu tidak mempunyai sifat-sifat yang baru yakni dijadikan dan dihancurkan. Mustahil Allah bersamaan dengan yang baru.
5- Sifat Wajib: Qiyamuhu
Binafsihi
Artinya: Berdiri
dengan diri-Nya sendiri
القيام بالنفس : صفة سلبية لأنها سلبت و نفت القيام بالغير و معناه في
حقه تعالى انه لا يفتقر الى ذات يقوم بها أو موجد يوجده بل هو الغني عن كل ما سواه
. قال الله تعالى { إِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ } و الدليل العقلي على
ذلك انه لو لم يكن قائما بنفسه لكان محتاجا الى غيره و لو احتاج الى غيره لكان حادثا
و هو محال فيستحيل في حقه ضده و هو الاحتياج الى غيره
Al-Qiyam Binnafsi (Berdiri Sendiri) adalah sifat Salbiyyah
artinya sifat yang mencabut atau menolak adanya Allah berdiri dengan yang lain.
Dalam arti lain bahwa Allah tidak butuh dengan sesuatu dzat yang membantu-Nya
untuk berdiri. Berdirinya Allah tidak membutuhkan makhluk-Nya, tidak
membutuhkan tempat, tidak membutuhkan ruang dan tidak membutuhkan segala dzat,
sifat, dan perbuatan makhluk-Nya. Berbeda dengan makhluk yang selamanya
membutuhkan bantuan dari luar, Allah berfirman:إِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
”Sesungguhnya Allah SWT benar-benar
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (al-Ankabut : 6).
Sifat mustahilnya al-qiyam binnafsih
Ihtiyaj Ila Mahal Wa
Mukhashshash
al-ihtiyaj lighairihi
artinya berdiri dengan bantuan yang lain. Keberadaan makhluk Allah, di mana
saja dan kapan saja tidak bisa lepas dari bantuan yang lain. Manusia lahir
karena ada kedua orangtuanya, tumbuh dan berkembang karena dipelihara dan
dirawat oleh orangtuanya. Bahkan setelah besar pun, manusia tetap tidak bisa
hidup tanpa bantuan orang lain. Sedangkan Allah itu berdiri dengan sendirinya.
Mustahil Allah itu berhajat atau butuh pada makhluk-Nya.
Jelasnya, Di dunia ini semua orang saling membutuhkan. Butuh
bantunan, butuh dokter, butuh teman, butuh istri, butuh anak, butuh ini butuh
itu dan masih banyak lagi kebutuhan. Dari mulai manusia lahir sampai wafat
tidak bisa lepas dari bantuan dan kebutuhan. Saat bayi, ia butuh susu ibunya,
menjelang pertumbuhan ia butuh asuhan, butuh pendidikan. Setelah menanjak
dewasa ia butuh istri, butuh anak. Dan seterusnya dan seterusnya.
Allah Taala itu
berdiri sendiri. Mustahil tidak berdiri dengan dirinya sendiri atau berdiri
pada lainnya dan berdirinya tidak memerlukan tempat tertentu
Allah berdiri
sendiri. Dia tidak butuh pada ciptaan-Nya, tidak butuh bantuannya, tidak butuh
teman, tidak butuh istri, tidak butuh anak. Dia berdiri sendiri tidak beranak
dan tidak diperanakan, tidak butuh makan, tidak butuh minum, tidak butuh tidur,
tidak butuh istirahat, tidak butuh pujian dari makhluk-Nya. Seandainya seluruh
makhluk memuji-Nya, niscaya tidak bertambah sedikitpun kemuliaan-Nya.
Sebaliknya jika seluruh makhluk menghina-Nya, tidaklah berkurang sedikitpun
keluhuran-Nya. Maha Suci Allah dari segala kebutuhan dan bantuan.
6- Sifat Wajib: Wahdaniyah
Artinya: Esa
الوحدانية : هي صفة سلبية لانها سلبت و
نفت التعدد و معناها في حقه تعالى أنه واحد في ذاته و واحد في صفاته و واحد في أفعاله
، قال الله تعالى { لَوْ كَانَ فِيهِمَا ءَالِهَةٌ إِلاَّ اللهُ لَفَسَدَتَا } و الدليل
العقلي على ذلك انه لو لم يكن واحدا لكان متعددا و لو كان متعددا لأمكن التمانع و هو
يستلزم المحال لانه لو فُرِضَ وجود إلهين صانعين للعالم فلا بد إما أن يتفقا أو يختلفا
فإن اتفقا لزم عجز كل واحد منهما و إن اختلفا لزم اجتماع الضدين و هو محال أو عجز أحدهما
فالقادر هو الإله و العاجز باطل ، فثبت أنه سبحانه و تعالى واحد لا شريك له و يستحيل
عليه التعدد .
Wahdaniyah (Esa atau
Satu) adalah sifat Salbiyyah artinya sifat yang mencabut atau menolak
keberadaan Allah lebih dari satu. Dalam arti lain bahwa Allah itu satu atau esa
tidak ada Tuhan selain-Nya. Dia esa atau satu dalam Dzat, Sifat dan
perbuatan-Nya.
Allah itu esa dalam dzat-Nya. Artinya, bahwa dzat Allah
satu, tidak tersusun dari unsur unsur atau anggota badan dan tidak ada satupun
dzat yang menyamai dzat Allah. Allah itu satu dalam sifat-Nya artinya bahwa
sifat Allah tidak terdiri dari dua sifat yang sama, dan tidak ada sesuatupun
yang menyamai sifat Allah. Allah itu satu dalam fi’il atau perbuatan artinya
bahwa hanya Allah yang memiliki perbuatan. Dan tidak satupun yang dapat
menyamai perbuatan Allah.
Sedangkan sifat mustahilnya wahdaniyah bagi Allah yaitu
“Ta’addud” artinya banyak atau bilangan-Nya lebih dari satu, maka mustahil
Allah lebih dari satu. Firman Allah:
لَوْ كَانَ فِيهِمَا ءَالِهَةٌ إِلاَّ اللهُ
لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
“Sekiranya ada di langit dan di bumi
tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha
Suci Allah yang mempunyai ’Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”
(al-Anbiya’: 22).
Keesaan Allah itu mutlak. Artinya keesaan Allah meliputi
dzat, sifat, maupun perbuatan-Nya. Meyakini keesaan Allah merupakan mabda’ atau
prinsip, sehingga seseorang dianggap muslim atau tidak, tergantung pada
pengakuan tentang keesaan Allah. Makanya untuk pertama seseorang menjadi
muslim, ia harus bersaksi terhadap keesaan Allah, yaitu dengan membaca syahadat
yang berbunyi ”Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah”.
Meyakini keesaan Allah juga merupakan inti ajaran para nabi,
sejak nabi Adam as hingga nabi Muhammad saw. Jika keyakinan ini sudah
diterapkan dari dahulu maka mustahil Allah itu lebih dari satu
Sifat Mustahil:
Ta’addud
artinya: berbilangan
/ dua, tiga, empat dan seterusnya. Allah
itu Maha Kuasa. Jika ada Allah lebih dari satu, dan bekerjasama, berarti mereka
itu lemah dan tidak berkuasa. Dan jika mereka berselisihan maka terjadi
sengketa antara mereka. Jadi mustahil Allah itu lebih dari satu. Kalau lebih
dari satu maka Dia bukan yang Maha Kuasa lagi.
”Sekiranya ada di langit dan di bumi
ilah-ilah selain ALLAH, tentulah keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha
Suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (Al-Anbiya:
22)
Dengan menghayati sifat wahdaniyyah ini, kita insyallah akan
terhindar dari berbagai faham yang bisa menyesatkan tentang keesaan Allah.
Allah itu Maha Esa
Dzat-Nya, Esa sifat-Nya dan esa juga perangai-Nya. Mustahil ia mempunyai Dzat,
sifat dan perangai yang berbilang-bilang.
7- Sifat Wajib:
Qudrah
Artinya: Kuasa
القدرة : هي صفة وجودية قديمة قائمة بذاته
تعالي يحصل بها ايجاد الممكن و إعدامه على وفق الإرادة فالله سبحانه و تعالى هو القادر
على كل شيئ المنفرد بالايجاد و الإعدام قال الله تعالى { وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ
مِن شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيماً قَدِيراً
} ، فالدليل العقلي على ذلك وجود العالم لانه لو لم يكن قادرا لكان عاجزاو لو كان عاجزا
لما وجد شيئ من هذا العالم فيستحيل عليه العجز
Qudrat (Kuasa) adalah sifat pasti ada pada dzat Alllah yang
mungkin dengan kekuasaan-Nya, Dia berkehendak mewujudkan atau meniadakan segala
sesuatu. Kekuasaan-Nya yang tidak terbatas. Kekuasaan-Nya meliputi terhadap
segala sesuatu. Dia kuasa untuk mewujudkan segala sesuatu sesuai dengan
kehendakn-Nya atau Dia juga kuasa untuk meniadakan segala sesuatu yang
dikehendaki-Nya.
Sudah menjadi hal yang pasti bahwa kekuasaan Allah berbeda
dengan kekuasaan manusia yang mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Kekuasan
Allah tidak ada yang bisa menghalangi-Nya. Jika Allah telah berkehendak
melakukan atau tidak melakukan sesuatu, maka tidak ada suatu pun makhluk yang
bisa mencegah-Nya atau memberi saran kepada-Nya.
Makanya tidak patut bagi manusia bersifat sombong, angkuh
dan bangga dengan kekuasaan yang dimilikinya, karena sebesar apa pun kehebatan
kekuasaan manusia, tetap kekuasaan Allah pasti lebih besar dan lebih hebat.
Bahkan jika Allah berkehendak menghilangkan kekuasaan manusia, maka dalam
sekejap mata saja kekuasaanya bisa hilang dan ia tidak berdaya untuk
mempertahankannya.
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِن شَيْءٍ
فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيماً قَدِيراً
”Dan tiada sesuatu pun yang dapat
melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (al-Fatir: 44)
Sifat Mustahil:
’Ajzun
Artinya: Lemah
(tidak kuasa atau
lemah), tentu Ia tidak akan kuasa meciptakan alam raya yang sangat menakjubkan
ini. Karena itu, mustahil bagi Allah memiliki sifat lemah.
Alah Taala itu Maha
Berkuasa, apapun bisa dilakukannya. Mustahil Allah itu lemah atau tidak
berkuasa.
8- Sifat Wajib:
Iradah
Artinya: Menentukan
إلارادة : هي صفة قديمة قائمة بذاته تخصص الممكن ببعض ما يجوز عليه كالعلم
و الجهل و الطول و القصر و نحوها فالله سبحانه و تعالى هو المبدئ المعيد الفعال لما
يريد لا راد لامره قال الله تعالى { إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَآ أَرَدْنَاهُ
أَن نَّقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ } و الدليل العقلي على ذلك وجود العالم لأنه لو لم
يكن مريدا لكان مكرها و لو كان مكرها لكان عاجزا و لو كان عاجزا لما وجد هذا العالم
فيستحيل عليه سبحانه و تعالى ضدها و هو الكراهة
Iradah (Berkehendak) adalah Sifat Ma’ani yang artinya Allah
berdiri dengan dzat-Nya dan menentukan sesuatu dengan kemungkinan-Nya. Dalam
arti lain bahwa Allah mungkin (boleh atau tidak boleh) berkehendak untuk
bertindak atau menentukan segala sesuatu sesuai keinginan-Nya. Allah memiliki
kehendak yang sangat luas. Dia mungkin berkendak memberikan kekayaan kepada
orang yang Dia kehendaki dan Dia bisa pula mencabut kekayaannya. Dia mungkin
berkehendak memberi kemuliaan kepada orang yang Dia kehendaki dan pula Dia
mungkin mencabut kemuliaannya. Di tangan Allah segala kehendak. Allah maha
kuasa atas segala sesuatau yang Dia kehendaki, tidak seorangpun yang mampu
menahan kehendak-Nya. Dan segala yang terjadi di dunia berjalan sesuai dengan
keinginan dan kehendak Allah.إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَآ أَرَدْنَاهُ
أَن نَّقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
” Sesungguhnya perkataan Kami
terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya:
“Kun (jadilah)”, maka jadilah ia.” (an-Nahl: 40).
Sifat Mustahil:
Karahah
Artinya: Terpaksa
maksudnya mustahil Allah berbuat sesuatu karena dengan
paksaan atau terpaksa atau tidak dengan keinginan dan kehendak-Nya sendiri.
Allah memiliki sifat selalu berkeinginan atau berkehendak. Keinginan dan
kehendak Allah sesuai dengan kemauan-Nya sendiri, tak ada rasa terpaksa atau
dipaksa oleh pihak lain, tidak ada tekanan atau mengharap imbalan. Kehendak
Allah juga tidak dipengaruhi oleh pihak lain, kehendak-Nya tidak terbatas, dan
dapat melakukan apa saja tanpa memberi kuasa kepada yang lain. Begitu pula Allah
mungkin mencegah kehendak-Nya dengan kehendak-Nya sendiri, tidak ada satu
makhlukpun yang bisa mencegah kehendak-Nya.
Manusia juga berkehendak, tapi kehendak manusia adalah
terbatas pada kemampuannya sendiri. Manusia boleh berkehendak, namun Allah juga
yang menentukan hasilnya. Berapa banyak seseorang berkehendak menginginkan
sesuatu tapi ia tidak memperolehnya karena Allah berkehendak yang lain. Bercita
cita adalah suatu hal yang baik tapi keberhasilan cita cita itu berada pada
kehendak Allah. Di atas kehendak manusia masih ada kehendak Allah.
Uraian di atas menunjukkan bahwa manusia itu lemah dan
memiliki keterbatasan, sedang Allah Maha Kuasa memiliki segala kehendak yang
tidak terbatas. Meskipun demikian, Allah menyukai manusia yang berusaha dan berkehendak,
namun semua kembali kepada kehendak Allah dan kita harus menerima apapun
hasilnya.
Allah itu Menentukan
segala-galanya, semua terjadi dengan ketentuan Allah, Mustahil Allah Taala itu
terpaksa dan dipaksa menentukan segala galanya.
9- Sifat Wajib:
’Ilimu
Artinya: Mengetahui
العلم : هو صفة وجودية قديمة قائمة بذاته
تعالى ينكشف بها المعلوم على ما هو به من غير سبق خفاء فالله سبحانه و تعالى يعلم كافة
الاشياء إجمالا و تفصيلا ، قال الله تعالى { وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَآ
إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ
إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ
إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ } و الدليل العقلي على ذلك وجود هذا العالم و ما هو عليه
من النظام المحكم و الصنع البديع الذي يعجز كل مخلوق عن إدراك حقيقته فضلا عن إيجاده
فصانع هذا العالم بهذه الصفة لا بد أن يكون عالما بالكليات و الجزئيات لانه خالقها
و لو كان الصانع جاهلا لما وجد شيئ من هذا العالم و عدم وجوده باطل بالبداهة فيستحيل
عليه ضده و هو الجهل
Ilmu (Mengetahui) adalah Sifat Ma’ani artinya sifat Allah
yang qadim (dahulu) dan berdiri dengan dzat-Nya, dimana sesuatu bisa diketahui
oleh Allah dengan nyata tanpa tertutup oleh apapun. Dalam arti lain Allah
adalah dzat yang Maha Menciptakan, Ia sudah pasti mengetahui segala sesuatu
yang diciptakan-Nya secara terperinci. Allah mengetahui dengan jelas semua
perkara yang bersangkutan dengan ciptaan-Nya tanpa ada perbedaan apakah itu
nampak, apakah itu tersembunyi atau apakah itu samar samar. Semua diketahui-Nya.
Allah SWT berfirman:
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَآ
إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ
إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ
إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan Allah memiliki kunci semua yang
ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak
sesuatu basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfudz)” [Al An’aam:59]
Segala yang ada di alam raya ini, baik yang besar maupun
yang kecil, yang terlihat maupun yang tersembunyi, pasti diketahui Allah. Ilmu
Allah maha luas, begitu luasnya sehingga jika seluruh air di lautan ini
dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah maka ia tidak akan mampu menulisnya.
Kita sering kagum atas ilmu yang dimiliki manusia di dunia
ini. Kita sering ta’ajub akan kecanggihan teknologi yang diciptakan manusia.
Tapi kadang kadang kita tidak sadar, bahwa ilmu yang kita saksikan itu hanyalah
sebagian kecil saja yang diberikan Allah pada manusia.
Semoga dengan memahami sifat ilmu Allah, kita akan terdorong
untuk terus mencari ilmu, karena semakin ilmu kita bertambah, semakin kita
rasakan kebodohan kita, semakin banyak pula kekurangan dan kelemahan kita,
karena masih lebih banyak lagi ilmu Allah yang belum kita ketahui. Betapa
hebatnya ilmu Allah, betapa tinggi ilmu Allah. Dan betapa ilmu yang kita miliki
ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ilmu Allah.
Sifat Mustahil: Jahil
Artinya: Bodoh
Mustahil bahwa Allah
itu bodoh atau tidak mengetahui atas apa yang diciptakan. Allah Maha Mengetahui
karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Sedangkan manusia hanya bisa
melihat, mendengar dan mengamati. Itu pun terbatas pengetahuannya sehingga
manusia tetap saja tidak mampu menciptakan meskipun hanya seekor semut.
Alkisah, nabi Musa as pernah mengikuti nabi Khidhir as. Konon
ceritanya mereka duduk bersama sama di tepi pantai menunggu perahu nelayan yang
akan datang membawa mereka ke tempat yang tidak diketahui. Disaat duduk nabi
Khidir as melihat seekor burung kecil terbang hilir mudik di atas permukaan air
laut. Lalu burung itu turun ke permukaan laut dan mematuk air. Pada saat itu
Khidir as berkata kepada nabi Musa as “Kamu lihat air laut yang tersisa di
patuk burung kecil itu? Itulah ibarat ilmu manusia dibanding dengan ilmu Allah,
semumpama setetes air dibanding lautan yang luas”.
Sungguh, ilmu Allah jauh melampaui semua ilmu ilmu manusia,
begitu tingginya ilmu Allah sehingga terkadang kita tak mampu untuk mengikuti
dan memahaminya.
Allah Taala itu amat
mengetahui segala-galanya. Mustahil Allah tidak mengetahui atau bodoh.
9. Qudrat , “ اَلْقُـــدْرَةُ “
Artinya “kuasa“ dan mustahil lemah. Maksudnya adalah , Allah Ta’ala mempunyai sifat qudrat yang berdiri pada Zat-Nya atau qudrat itu memang sifat bagi Zat Allah Ta’ala . Dalilnya :
a. Dalil naqli
Firman Allah Ta’ala dalam Q.S.. Al – Baqarah : 30
إِنَّ اللهَ عَـلَى كُـلِّ شَـيْءٍ قَـدِيْـرٌ
Artinya : “ Sesungguhnya Allah Ta’ala atas segala sesuatu Maha Berkuasa ”.
b. Dalil ‘aqli
Alam semesta dan isinya adalah, ciptaan Allah Ta’ala ,
sebagaimana keterangan yang lalu. Maka sesungguhnya mustahil jika IA
sendiri tidak menguasainya. Sebab andaikata Tuhan lemah tidak berkuasa, tentu tidak akan ada makhluk-Nya atau IA bukan Tuhan yang Maha berkuasa. Oleh karena itu, mustahil menurut akal , jika Allah Ta’ala lemah dan wajib pada akal bahwa, Allah Ta’ala Maha Berkuasa untuk menciptakan sesuatu atau meniadakannya. Maka patut bagi setiap mu’min mengi’tiqadkan bahwa ia senantiasa tawaddlu’ tidak takabbur atau sombong bahkan ia sangat takut kepada Allah Ta’ala yang Maha Kuasa
10. Irâdat , “ اَلإِرَادَةُ “
Artinya “ berkehendak “ dan mustahil dipaksa, Maksudnya adalah, dalam menentukan sesuatu atau memilih sesuatu , Allah Ta’ala berbuat menurut sekehendak-Nya . Dalilnya :
a. Dalil naqli
Firman Allah Ta’ala dalam Q.S.. Al-Buruj : 16
فَـعَّـالٌ لِـمَـا يُـرِيْـدُ
Artinya : “(Allah Ta’ala itu) Maha berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya”.
b. Dalil ‘aqli
Dalam menciptakan sesuatu ,
Allah Ta’ala tetap menurut kehendak-Nya. Demikian juga dalam
menentukan atau memilih. Mustahil Allah Ta’ala diatur atau dipaksa oleh
kekuatan yang lain. Kalau Allah Ta’ala dapat dipaksa atau diatur oleh
kekuatan yang lain, maka Ia lemah dan berarti Ia bukan tuhan. Oleh karena itu patut bagi setiap mu’min mengi’tiqadkan bahwa ia senantiasa bersyukur atas ni’mat Allah dan sabar atas ujianNya
11. Sama’ , “ اَلسَّـمْـعُ “
Artinya “ mendengar “. Mustahil Allah Ta’ala bersifat tuli . Maksudnya adalah , Zat Allah Ta’ala bersifat sama’ artinya , mendengar segala sesuatu atau sifat mendengar adalah , salah satu sifat yang tetap ada pada Zat Allah Ta’ala . Dalilnya :
a. Dalil naqli
Firman Allah Ta’ala dalam Q.S.. An-Nisa’ : 184
وَكَـانَ اللهُ سَـمِـيْعًـا عَـلِيْـمًـا
Artinya :“Dan adalah Allah Ta’ala itu Maha Mendengar dan Maha Mengetahui“.
b. Dalil ‘aqli
Allah Ta’ala mempunyai sama’, yaitu pendengaran dan mustahil tuli, sebab tuli adalah , sifat kekurangan. Allah Ta’ala mustahil bersifat kekurangan, karena sifat kekurangan itu adalah, sifat bagi zat baharu. Padahal kita yakin sepenuhnya bahwa, Allah Ta’ala itu bukan baharu , sebaliknya Allah Ta’ala adalah, pencipta segala yang baharu. Maka mustahil IA tuli , seperti yang baharu itu. Maka
patut bagi setiap mu’min mengi’tiqadkan bahwa ia takut dan waspada
dalam berkata-kata, karena Allah Ta’ala Maha Mendengar segala perkataan
yang baik maupun yang buruk
12. Bashar , “ اَلْبَـصَـرُ “
Artinya “ penglihatan “ , mustahil buta atau tidak dapat melihat. Maksudnya adalah , Zat Allah Ta’ala bersifat bashar atau mempunyai penglihatan dan sifat ini adalah , salah satu sifat yang berdiri pada Zat-Nya. Dalilnya :
a. Dalil naqli
Firman Allah Ta’ala dalam Q.S.. Al-Hujarârat : 18.
وَاللهُ بَـصِيْـرٌ بِـمَـا تَـعْـمَـلُوْنَ
Artinya : “ Dan Allah Ta’ala maha melihat segala apa saja yang kamu kerjakan ”.
b. Dalil ‘aqli
Semua gerak gerik dari segala pekerjaan manusia , dilihat oleh Allah Ta’ala, mustahil IA buta, sebab buta adalah, sifat kekurangan. Padahal sifat kekurangan adalah, sifat makhluk-Nya . Apabila Tuhan juga buta, maka IA adalah makhluk , padahal mustahil tuhan menjadi makhluk , sebagai mana yang diterangkan pada awal kajian ini. Maka
patut bagi setiap mu’min mengi’tiqadkan bahwa ia tidak akan berbuat
dosa dan maksiat, sebab Allah Ta’ala Maha Melihat segala perbuatannya.
13. Kalâm , “ اَلْكَـلاَمُ “
Artinya “ berkata-kata “ dan mustahil Allah Ta’ala bisu. Maksudnya adalah , Allah Ta’ala mempunyai sifat kalâm atau mempunyai tutur kata. Dalilnya :
a. Dalil naqli
Firman Allah Ta’ala dalam Q.S.. An-Nisa’ : 164
وَكَـلَّمَ اللهُ مُـوْسَى تَـكْلِيْـمًـا
Artinya : “ Dan telah berkata-kata Allah Ta’ala dengan (Nabi Musa) sebenar – benar perkataan “
b. Dalil ‘aqli
Kalau saja Allah Ta’ala bisu , tentu tidak dapat memerintah dengan baik. Sedangkan sifat bisu adalah, sifat kekurangan. Jika IA bisu, maka Bagaimana mungkin dapat berfirman kepada para Rasul-Nya. Oleh sebab itu , sifat kalâm adalah, sifat kesempurnaan Allah Ta’ala yang wajib lagi qadîm yang berdiri pada Zat-Nya. Maka
patut bagi setiap mu’min mengi’tiqadkan bahwa ia senantiasa
memperbanyak zikir dengan harapan agar ia juga disebut Allah Ta’ala
sebagai hambaNya.
14. Kaunuhu Haiyan, “ كَـوْنُـهُ حَـيََّـا “
Artinya “Zat Allah Ta’ala tetap dalam keadaan Maha Hidup“, mustahil Allah Ta’ala dalam keadaan mati. Sebab IA mempunyai sifat hayât yang telah ada dan berdiri pada Zat-Nya, maka Zat tersebut haiyun. Dalilnya sama dengan dalil sifat hayât.
15. Kaunuhu ‘Âliman, “ كَـوْنُـهُ عَـالِـمًـا “
Artinya “Zat Allah Ta’ala tetap dalam keadaan Maha Mengetahui.” Maksudnya adalah, mustahil jahil (dalam keadaan tidak mengetahui). Oleh karena, IA bersifat tahu dan dalam keadaan mengetahui. Mustahil tidak tahu, apalagi dalam keadaan tidak mengetahui. Dalilnya sama dengan dalil sifat ‘ilmu
16. Kaunuhu Qâdiran. “ كَـوْنُـهُ قَـادِرًا “
Artinya “Zat Allah Ta’ala tetap dalam keadaan Maha Kuasa,“ maka mustahil dalam keadaan lemah, karena IA mempunyai sifat qudrat. Dalilnya sama dengan dalil sifat qudrat.
17. Kaunuhu Murîdan, “ كَـوْنُـهُ مُـرِيْـدًا “
Artinya “ Zat Allah Ta’ala tetap dalam keadaan Maha Menghendaki,” atau Maha Menentukan, maka mustahil dalam keadaan terpaksa atau tidak berkehendak, karena IA mempunyai sifat irâdat. Dalilnya sama dengan dalil sifat irâdat.
18. Kaunuhu Sami’an, “ كَـوْنَـهُ سَـمِـيْـعًا “
Artinya “ Zat Allah Ta’ala senantiasa dalam keadaan Maha Mendengar,” maka mustahil dalam keadaan tuli atau tidak mendengar, karena Ia mempunyai sifat sama’ yang tetap ada pada zat-Nya. Dalilnya sama dengan dalil sifat sama’
19 Kaunuhu Basîran, “ كَـوْنُـهُ بَصِيْـرًا “
Artinya “ Zat Allah Ta’ala tetap dalam keadaan Maha Melihat, “ maka mustahil dalam keadaan buta ataupun tidak melihat, karena Ia mempunyai sifat bashar yang tetap berdiri pada Zat-Nya . Dalilnya sama dengan sifat bashar.
20. Kaunuhu Mutakalliman, “ كَـوْنُـهُ مُـتَـكَلِّمًـا “
Artinya “ Zat Allah Ta’ala tetap dalam keadaan Maha Bertutur Kata ,” maka mustahil Allah Ta’ala dalam keadaan bersifat bisu atau tidak dapat bertutur kata, karena IA mempunyai sifat kalâm. Dalilnya sama dengan sifat kalâm.
Demikianlah, dua puluh sifat kamãlãt Allah Ta’ala serta mustahilnya, yang telah didukung oleh dalil-dalil naqli dan ‘aqli, secara rinci dan jelas.
1 Husein Nasir al-Banjari Hidâyat al-Mutafakkirîn, ( Penang : Firma 85-88 Acin Strit ), 1937
4 Sifat Mudrik seperti merasa, tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok sifat-sifat kamâlât yang dua puluh, karena : a. Masih diperselisihkan oleh ulama-ulama terdahulu. b. Belum ditopang secara rinci oleh dalil naqli dan dalil ‘aqli. Lihat as-Sanusi, Syarah as-Sanûsiah al-Kubra, (Kuweit: Dar al- Qalam , t.t, ) hlm : 167 demikian juga takwin artinya, menjadikan
No comments:
Post a Comment