أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Ma'rifatullah dr tembang Lir-Ilir...Subhanallah
Sunan Kalijaga
Setiap mendengarkan Lantunan tembang Lir-Ilir ini entah mengapa hati ini mendegum berdecak seolah ada makna yang mendalam dri syair ini...apalagi di tembangkan secara perlahan mendayuh disaat kita berada di tengah tengah Alam terbuka...baik dengan nada sholawat badar atau lainnya...maka lama kelamaan muncul sebuah stimulus ketenangan yang mengalir ke dalam darah menuju hati yang membuat tubuh menjadi sejuk...
Saya pernah dalam pendakian turun dari puncak gunung Pangrango, kebetulan saya berjalan paling akhir...ditengah kesunyian hutan basah setapak demi setapak, memecah kebuntuan saya coba menembangkan syair Lir-Ilir ini dengan tenang syahdu perlahan dan berulang ulang...sungguh aneh air mata menetes tanpa sadar dari mata ini...Ada kandungan kekuasaan Allah dengan Maha penciptaan ini dengan keimanan dan Islam didalamnya, sekillas terbesit kekaguman kepada Sunan Kalijaga dan Walisongo dengan Metodolgi dakhwah penyampaian Islamnya yang Lembut...ooh..betapa tinggi nilai sastranya tembang Lir-Ilir ini.
Dalam beberapa kesempatan akhirnya sy mencoba menelaah dan mencari tau semua tentang Lir-Ilir ternyata Subhanallah coba silahkan di renungkan...
Lir-ilir, lir-ilir, tandure wus semilir
tak ijo royo royo dak sengguh temanten anyar
(lihatlah kini waktu menyemai telah datang,
begitu hijau segar laksana pengantin baru)
bocah angon, bocah angon, penekna blimbing kuwi
lunyu lunyu penekna, kanggo mbasuh dodod ira
(wahai anak gembala petiklah blimbing,
walau licin tolong panjatkan untuk bebersih baju kebesaranmu)
dan bersoraklah gembira ….)dodod ira, dodod ira, kumitir bedah ing pinggir
dondomana jumetana, kanggo seba mengko sore
(baju kebesaranmu telah terkoyak
jadi jahitlah kembali untuk bertahta sore hari ini)
mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
ya suraka…. surak iya
(selagi terang bulan, selagi luas tempatnya)
secara arti saja sudah menggambarkan ketinggian nilai kandungan sastranya sebuah perumpamaan perumpaan pendekatan seorang hamba terhadap sang Khalik Allah SWT.
tembang ini diantara mengungkapkan.
Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.
Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)
Yaah...benar sekali apabila kita ini menjalani kehidupan dan melihat dunia dengan Kacamata Hikmah dan mengambil intisari positif dari suatu peristiwa kejadian atau apapun yang kita lihat dan kita dengar...Subhanallah, pantas saja seharusnya kita dianjurkan untuk terus bersyukur kepada Allah SWT dengan segala izinNya mengendalikan urusan kita...
Ma'rifatullah dr tembang Lir-Ilir...Subhanallah
Sunan Kalijaga
Setiap mendengarkan Lantunan tembang Lir-Ilir ini entah mengapa hati ini mendegum berdecak seolah ada makna yang mendalam dri syair ini...apalagi di tembangkan secara perlahan mendayuh disaat kita berada di tengah tengah Alam terbuka...baik dengan nada sholawat badar atau lainnya...maka lama kelamaan muncul sebuah stimulus ketenangan yang mengalir ke dalam darah menuju hati yang membuat tubuh menjadi sejuk...
Saya pernah dalam pendakian turun dari puncak gunung Pangrango, kebetulan saya berjalan paling akhir...ditengah kesunyian hutan basah setapak demi setapak, memecah kebuntuan saya coba menembangkan syair Lir-Ilir ini dengan tenang syahdu perlahan dan berulang ulang...sungguh aneh air mata menetes tanpa sadar dari mata ini...Ada kandungan kekuasaan Allah dengan Maha penciptaan ini dengan keimanan dan Islam didalamnya, sekillas terbesit kekaguman kepada Sunan Kalijaga dan Walisongo dengan Metodolgi dakhwah penyampaian Islamnya yang Lembut...ooh..betapa tinggi nilai sastranya tembang Lir-Ilir ini.
Dalam beberapa kesempatan akhirnya sy mencoba menelaah dan mencari tau semua tentang Lir-Ilir ternyata Subhanallah coba silahkan di renungkan...
Lir-ilir, lir-ilir, tandure wus semilir
tak ijo royo royo dak sengguh temanten anyar
(lihatlah kini waktu menyemai telah datang,
begitu hijau segar laksana pengantin baru)
bocah angon, bocah angon, penekna blimbing kuwi
lunyu lunyu penekna, kanggo mbasuh dodod ira
(wahai anak gembala petiklah blimbing,
walau licin tolong panjatkan untuk bebersih baju kebesaranmu)
dan bersoraklah gembira ….)dodod ira, dodod ira, kumitir bedah ing pinggir
dondomana jumetana, kanggo seba mengko sore
(baju kebesaranmu telah terkoyak
jadi jahitlah kembali untuk bertahta sore hari ini)
mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
ya suraka…. surak iya
(selagi terang bulan, selagi luas tempatnya)
secara arti saja sudah menggambarkan ketinggian nilai kandungan sastranya sebuah perumpamaan perumpaan pendekatan seorang hamba terhadap sang Khalik Allah SWT.
tembang ini diantara mengungkapkan.
Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.
Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)
Yaah...benar sekali apabila kita ini menjalani kehidupan dan melihat dunia dengan Kacamata Hikmah dan mengambil intisari positif dari suatu peristiwa kejadian atau apapun yang kita lihat dan kita dengar...Subhanallah, pantas saja seharusnya kita dianjurkan untuk terus bersyukur kepada Allah SWT dengan segala izinNya mengendalikan urusan kita...
No comments:
Post a Comment