أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Dalam QS. Al- Maidah surat kelima ayat 15 Allah SWT berfirman :
Dalam QS. Al- Maidah surat kelima ayat 15 Allah SWT berfirman :
"... Qad jaa akum min allahi nuurun wa kitaabun mubiin"
artinya : "... Sungguh telah datang padamu dari Allah, Nuur (cahaya) dan kitab yang jelas dan menerangkan.
cahaya maksudnya Nabi Muhammad dan Kitab maksudnya Al-Qur'an
Kemudian dalam QS.An-Nuur 24 : 35 Allah berfirman :
"...Matsalu
nuurihi kamisykaatin fiihaa mishbaab, al mishbaabu fii zujaajah; az
zujaajatu kaannahaa kaukabun durriyyun yuuqadu min syajaratin
mubaarakatin zaituunatin laa syarqiyyatin wa laa gharbiyyatin yakaadu
zaituhaa yudhii-u wa lau tamsashu naarun; nuurun 'alaa nuurin..."
artinya : "...Perumpamaan
cahaya-Nya adalah seperti suatu misykat (bundel) di mana di dalamnya
ada suatu lampu, lampu itu ada dalam gelas, dan gelas itu seperti
bintang yang berkelip, dinyalakan dari pohon yang terberkati, suatu
zaitun yang tak terdapat di timur maupun di barat, yang minyaknya saja
hampir-hampir sudah menerangi(bercahaya) sekalipun api belum
menyentuhnya; cahaya di atas cahaya(berlapis-lapis)..."
Dalam QS. AL- AHzab 33 ayat 45-46, Allah berfirman :
" Ya Ayyuhan Nabiyyu inna arsalnaaka Syahiidan wa Mubassyiriran wa Nadziiran(.45)"
Wa daa 'iyan ila Allahi bi idznihii wa Sirajan Muniiran."(46)
artinya : " Hai Nabi,
Sesungguhnya KAMI mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira
dan pemberi peringatan,dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allah
dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang meneranginya" ( lampu yang
menebarkan cahaya).
Dalam kitab " Kashf al- Al-Khafa'wa Muzil al-Ilbas 'Amman Ishtahara min al- Ahadith 'Ala Alsinatin- Nas', Oleh
Al-'Aljuni (men.1162 Hijrah): Hadist yang artinya: " Yang pertama
dijadikan Allah ialah nur Nabi engkaumwahai Jabir". Diriwayatkan oleh
'Abd al-Razzaq dengan sanadnya dari Jabir bin 'Abd Allah dengan lafaz :
Katanya: Aku berkata : Wahai Rasulullah,Kedua orang tua hamba menjadi
tebusan, beritahu kepada hamba tentang perkara terawal yang dijadikan
Allah sebelum segala sesuatu. Jawab Baginda : Wahai jabir, sesungguhnya
Allah jadikan sebelum segala sesuatu nur Nabi engkau dari Nur-Nya.
Dan dari " Irbad bin sariyah dari Nabi saw
'Sesungguhnya aku( NABI) di sisi Allah sebagai Khatam al-Nabiyyin
penutup sekalian nabi- Walhal Adam masih terbujur dalam tanahnya(sebelum
roh ditiupkan ke dalamnya); "Riwayat Ahmad dan baihaqi serta al-hakim.
Seterusnya kata beliau: Dari Maisarah al-dabbi katanya, bahwa katanya
:'Aku berkata, wahai rasullullah, bilakah tuan menjadi nabi? jawabnya
nabi saw bersabda : "waktu Adam masih antara ruh dan jasad.' Ini lafaz
riwayat Ahmad dan al-Bukhari dalam '; Tarikh'nya serta Abu Nu'aim dalam
"al-Hilyah", al-Hakim menyatakan ia sahih.
Nabi saw memiliki nur, yaitu nur risalah dan hidayah yang dengannya Allah swt memberikan pentunjuk kepada mata hati hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa cahaya risalah dan hidayah ini berasal dari Allah swt, sebagaimana firman-Nya :
Artinya : ”Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (yaitu) jalan Allah yang Kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.” (QS. As Syuraa : 51 – 53)
Cahaya itu bukanlah didapat dari penutup para nabi sebagaimana anggapan sebagian orang-orang ingkar. Adapun jasmani Rasulullah saw terdiri dari darah, daging, tulang dan lainnya. Beliau saw makhluk yang diciptakan dari seorang ayah dan ibu dan beliau saw belum pernah diciptakan terlebih dahulu sebelum kelahirannya.
Adapun riwayat yang menyatakan bahwa yang pertama kali diciptakan Allah adalah nur (cahaya) Nabi Muhammad saw atau bahwa Allah swt memegang segenggaman cahaya wajah-Nya dan bahwa genggaman itu adalah Muhammad saw, Allah memperhatikan genggaman tersebut lalu meneteslah beberapa tetesan darinya dan diciptakan dari setiap tetesan itu seorang Nabi atau makluk-Na yang seluruhnya berasal dari cahaya Rasulullah saw.” maka hadis yang seperti ini maupun sejenisnya adalah tidak benar berasal dari Nabi saw, sebagaimana dikatakan Ibnu Taimiyah didalam Majmu’ Fatawa juz XII hal 366. (al Lajnah ad Daimah Lil Buhuts al Ilmiyah wa al Ifta’ juz II hal 10 – 120)
Adapun pertanyaan selanjutnya tentang membaca al fatehah dalam jumlah tertentu yang dibagi kepada jumlah tertentu lalu diletakkan di pojok-pojok sawah agar hasil panennya baik maka saya belum mendapatkan dalil atau landasan syar’inya (wallahu a’lam).
Berdoa adalah ibadah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Anas bin Malik bahwa “Doa adalah otak ibadah.” Dan sebagaimana umumnya suatu ibadah maka pada dasarnya ia adalah perkara tauqifiy yang tidak dibolehkan bagi seseorang melakukan suatu ibadah dengan cara-cara yang tidak disyariatkan Allah swt karena dapat menjatuhkannya kedalam perkara bid’ah.
Didalam urusan dunia, termasuk hasil panen, maka tidaklah lepas dari hukum alam yang kemudian dikembalikan kepada pengetahuan dan usaha manusia (si petani) tentangnya. Semakin dirinya mengetahui cara merawat sawahnya dengan baik serta bekerja keras untuk itu maka ia akan mendapatkan hasil penen yang baik. Selain itu, bagi seorang petani yang beriman kepada Allah swt maka ia meyakini bahwa selain kerja keras maka ia juga dituntut untuk senantiasa berdoa kepada Allah swt memohon kepada-Nya agar hasil panennya baik dan berkah.
Didalam doa-doanya maka ia akan berdoa dengan doa-doa matsur yang berasal Al Qur’an maupun hadits-hadits Rasulullah saw dan jika memang dirinya tidak mampu menggunakan bahasa arab maka diperbolehkan baginya berdoa dengan menggunakan bahasanya (selain arab) jika dilakukannya diluar shalat. Setelah itu semua dilakukan maka tidaklah ada yang terbaik baginya kecuali menyerahkan sepenuhnya hasil panennya kepada Allah swt (bertawakal kepada-Nya).
Wallahu A’lam
Nabi saw memiliki nur, yaitu nur risalah dan hidayah yang dengannya Allah swt memberikan pentunjuk kepada mata hati hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa cahaya risalah dan hidayah ini berasal dari Allah swt, sebagaimana firman-Nya :
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللَّهُ
إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِن وَرَاء حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ
بِإِذْنِهِ مَا يَشَاء إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ ﴿٥١﴾
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَنْ نَّشَاء مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿٥٢﴾
صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ أَلَا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الأمُورُ ﴿٥٣﴾
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَنْ نَّشَاء مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿٥٢﴾
صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ أَلَا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الأمُورُ ﴿٥٣﴾
Artinya : ”Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (yaitu) jalan Allah yang Kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.” (QS. As Syuraa : 51 – 53)
Cahaya itu bukanlah didapat dari penutup para nabi sebagaimana anggapan sebagian orang-orang ingkar. Adapun jasmani Rasulullah saw terdiri dari darah, daging, tulang dan lainnya. Beliau saw makhluk yang diciptakan dari seorang ayah dan ibu dan beliau saw belum pernah diciptakan terlebih dahulu sebelum kelahirannya.
Adapun riwayat yang menyatakan bahwa yang pertama kali diciptakan Allah adalah nur (cahaya) Nabi Muhammad saw atau bahwa Allah swt memegang segenggaman cahaya wajah-Nya dan bahwa genggaman itu adalah Muhammad saw, Allah memperhatikan genggaman tersebut lalu meneteslah beberapa tetesan darinya dan diciptakan dari setiap tetesan itu seorang Nabi atau makluk-Na yang seluruhnya berasal dari cahaya Rasulullah saw.” maka hadis yang seperti ini maupun sejenisnya adalah tidak benar berasal dari Nabi saw, sebagaimana dikatakan Ibnu Taimiyah didalam Majmu’ Fatawa juz XII hal 366. (al Lajnah ad Daimah Lil Buhuts al Ilmiyah wa al Ifta’ juz II hal 10 – 120)
Adapun pertanyaan selanjutnya tentang membaca al fatehah dalam jumlah tertentu yang dibagi kepada jumlah tertentu lalu diletakkan di pojok-pojok sawah agar hasil panennya baik maka saya belum mendapatkan dalil atau landasan syar’inya (wallahu a’lam).
Berdoa adalah ibadah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Anas bin Malik bahwa “Doa adalah otak ibadah.” Dan sebagaimana umumnya suatu ibadah maka pada dasarnya ia adalah perkara tauqifiy yang tidak dibolehkan bagi seseorang melakukan suatu ibadah dengan cara-cara yang tidak disyariatkan Allah swt karena dapat menjatuhkannya kedalam perkara bid’ah.
Didalam urusan dunia, termasuk hasil panen, maka tidaklah lepas dari hukum alam yang kemudian dikembalikan kepada pengetahuan dan usaha manusia (si petani) tentangnya. Semakin dirinya mengetahui cara merawat sawahnya dengan baik serta bekerja keras untuk itu maka ia akan mendapatkan hasil penen yang baik. Selain itu, bagi seorang petani yang beriman kepada Allah swt maka ia meyakini bahwa selain kerja keras maka ia juga dituntut untuk senantiasa berdoa kepada Allah swt memohon kepada-Nya agar hasil panennya baik dan berkah.
Didalam doa-doanya maka ia akan berdoa dengan doa-doa matsur yang berasal Al Qur’an maupun hadits-hadits Rasulullah saw dan jika memang dirinya tidak mampu menggunakan bahasa arab maka diperbolehkan baginya berdoa dengan menggunakan bahasanya (selain arab) jika dilakukannya diluar shalat. Setelah itu semua dilakukan maka tidaklah ada yang terbaik baginya kecuali menyerahkan sepenuhnya hasil panennya kepada Allah swt (bertawakal kepada-Nya).
Wallahu A’lam