أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Sebagaimana
disinggung di atas, bahwa orang yang mengenal Allah, ia akan memahami
hakekat kehidupannya. Oleh karenanya ia tidak akan mudah silau dan
tertipu oleh kemilaunya kehidupan dunia. Allah berfirman (QS. 51:56)
mengenai tujuan hidup manusia di dunia:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Berikut adalah beberpa poin penting mengenai urgensi (baca; ahamiyah) ma’rifatullah:
1. Tidak akan tertipu oleh kemilaunya kehidupan dunia.
Allah berfirman (QS. 6 : 130):
يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى
أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِينَ
“Hai
golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari
golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat Ku dan
memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka
berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia
telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri,
bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.”
2. Karena Allah SWT adalah Rab semesta alam.
Allah berfirman (QS. 13 : 16):
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ قُلِ اللَّهُ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لاَ يَمْلِكُونَ لأَفُسِهِمْ نَفْعًا
وَلاَ ضَرًّا قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ
تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ
خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللَّهُ
خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
“Katakanlah:
"Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah." Katakanlah: "Maka
patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal
mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi
diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang
dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah
mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan
seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan
mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah
Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".
3. Karena wujud (eksistensi) dan keberadaan Allah SWT didukung oleh dalil-dalil yang kuat:
a) Dalil Naqli (tekstual)
Allah berfirman (QS. 6 : 19):
قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُلْ لاَ أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
“Katakanlah:
"Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia
menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku
supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang
yang sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui
bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku
tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha
Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan
(dengan Allah)".
b) Dalil Akal
Allah berfirman (QS. 3 : 190):
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأََرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لأَيَاتٍ لأُولِي الألَبْاَبِ
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
c) Dalil Fitrah
Allah berfirman (QS. 7 : 172):
وَإِذْ
أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ
وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى
شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا
غَافِلِينَ
“Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
4. Memiliki manfaat atau faidah yang banyak:
Dengan
mengenal Allah secara baik dan benar, maka secara langsung atau tidak
langsung akan lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Dan jika
kita dekat dengan Allah, maka Allah pun akan dekat pula dengan kita. Hal
ini merupakan hal yang paling pokok bagi seorang hamba. Karena bagi
dirinya orientasinya hanya lah Allah dan Allah. Tiada kebahagiaan hakiki
baginya, selain cinta Ilahi. Namun di samping itu terdapat hal-hal
positif lainnya dengan adanya ma’rifatullah ini, diantaranya adalah:
a) Kebebasan (الحرية)
Allah berfirman (QS. 6 : 82)
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka
itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
b) Ketenangan (الطمأنينة)
Allah berfirman (QS. 13 : 28)
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.”
c) Barakah (البركة)
Allah berfirman (QS. 7 : 96):
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ
بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.”
d) Kehidupan yang baik (الحياة الطيبة)
Allah berfirman (QS. 16 : 97)
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
e) Syurga (الجنة)
Allah berfirman (QS. 10 : 25-26)
لِلَّذِينَ
أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلاَ يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ
وَلاَ ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Bagi
orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan
tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula)
kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”
f) Mardhatillah. (مرضاة الله)
Allah berfirman (QS. 98 : 8)
جَزَاؤُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
“Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha
terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”
Cara Untuk Mengenal Allah
Untuk
menuju tujuan tertentu, tentulah diperlukan cara atau metode yang telah
tertentu pula. Metode yang baik dan benar akan dapat mengantarkan kita
pada hasil yang baik dan benar pula. Demikian juga sebaliknya, cara atau
metode yang salah, akan membawa kita pada hasil yang salah pula. Dan
secara garis besar, terdapat dua cara untuk mengenal Allah SWT. Pertama,
melalui ayat-ayat Allah yang bersifat qauliyah. Kedua, melalui ayat-ayat Allah yang bersifat kauniyah.
Pertama : Melalui ayat-ayat qauliyah.
Ayat-ayat qauliyah adalah
ayat-ayat Allah SWT yang difirmankan-Nya dalam kitab suci Al-Qur’an.
Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek yang dapat menunjukkan kita untuk
lebih mengenal dan meyakini Allah SWT. Sebagai
contoh, Allah SWT berfirman dalam (QS. 88: 17 – 20), dimana Allah SWT
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sangat menghujam lubuk hati
seorang insan yang paling dalam, untuk membenarkan keberadaan Allah Yang
Maha Pencipta:
أَفَلاَ يَنْظُرُونَ إِلَى اْلإبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ * وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ* وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ * وَإِلَى الأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ*
“Maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia
ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”
Contoh
lain adalah bagaimana Allah SWT memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
sesungguhnya tiada jawaban yang dapat mereka berikan melainkan hanya
kesaksian mengenai Keagungan, Kebesaran dan Kekuasaan Allah SWT. Allah
berfirman (QS. 27 : 60 – 66)
أَمَّنْ
خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ
تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ *
أَمَّنْ جَعَلَ الأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ
لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَئِلَهٌ مَعَ
اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ *أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ
إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأَرْضِ
أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ *
أَمَّنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ
الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ
تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ* أَمَّنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ
يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ
اللَّهِ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ * قُلْ لاَ
يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّهُ وَمَا
يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ * بَلِ ادَّارَكَ عِلْمُهُمْ فِي
اْلآخِرَةِ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا بَلْ هُمْ مِنْهَا عَمُونَ*
“Atau
siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air
untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun
yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan
pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan
(sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan
yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan
gunung-gunung untuk (mengkokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah
antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan
(sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang
memperkenankan (do`a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo`a
kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu
(manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan
(yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya). Atau siapakah yang
memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula) kah
yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan)
rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi
Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). Atau siapakah
yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya
(lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan
bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah:
"Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang
benar". Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang
mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak
mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. Sebenarnya pengetahuan mereka
tentang akhirat tidak sampai (kesana) malahan mereka ragu-ragu tentang
akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya.”
Selain
dua contoh di atas, masih banyak sekali contoh-contoh lain yang dapat
mengantarkan kita untuk dapat mengenal dan lebih mengenal Allah SWT
lagi.
Kedua : Melalui ayat-ayat kauniyah
Ayat-ayat kauniyah adalah
tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat pada ciptaan-Nya, baik yang
berada di dalam diri manusia, di alam, di angkasa, di dalam lautan, di
jagad raya dan lain sebagainya. Karena pada hekekatnya, ketika manusia
merenungkan segala ciptaan Allah yang Maha Sempurna ini, akan membawa
pada pengenalan dan pengesaan (baca; pentauhidan) terhadap Allah SWT.
Allah berfirman dalam QS. 67 : 3 – 4:
الَّذِي
خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ
تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ*
ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ
“Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu
akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.”
Bahkan
dalam ayat lain, Allah seolah memberikan tantangan kepada orang yang
tidak mengakui ciptaan-Nya, untuk menunjukkan ciptaan-ciptaan
selain-Nya. Allah mengatakan (QS. 31 : 11)
هَذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلاَلٍ مُبِينٍ
“Inilah
ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah
diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah. Sebenarnya
orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.”
Pada
intinya adalah bahwa sesungguhnya segala apa yang ada di bumi, di
langit, di jagad raya, juga di dalam diri kita sendiri, merupakan
tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Tanda-tanda tersebut demikian banyaknya
hingga dapat dikatakan tak terbilang. Hanya karena keterbatasan
kitalah, kita tidak mampu untuk menghitung ayat-ayat Allah tersebut.
Berikut adalah diantara ayat-ayat kauniyah yang dapat mengenalkan kepada Allah SWT:
1. Fenomena adanya alam.
Jika
terdapat sesuatu yang sangat indah dan mempesona, maka pastilah ada
yang membuatnya. Sebagai contoh, ketika kita melihat ada sebuah rumah
yang sangat bagus dan indah. Tentulah rumah tersebut ada yang
membangunnya. Karena tidak mungkin, rumah itu ada dan berdiri sendiri
dengan kebetulan, tanpa ada yang menciptakannya. Demikian juga dengan
alam yang sangat indah ini, dengan berbagai siklus alamnya yang demikian
sempurna. Ada sinar matahari yang tidak membakar kulit, ada oksigen
yang kadar dan komposisinya sangat sesuai dengan manusia, ada air yang
merupakan sumber kehidupan, ada pepohonan, ada hewan, ada bakteri dan
demikian seterusnya. Sesungguhnya hal seperti itu merupakan tanda-tanda
yang jelas mengenai Allah SWT. Bila ciptaan-Nya saja begitu indah dan
sempurna, maka apatah lagi dengan Penciptanya.? Mengenai hal ini, Allah
berfirman (QS. 3 : 190):
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأُولِي الأَلْبَابِ
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
Kita
dapat membayangkan, sekiranya dunia ini tidak diselimuti oleh atmosfer,
atau tiada pepohonan yang mengeluarkan oksigen, atau tiada penawar
kotoran seperti lautan, atau hal-hal lain yang menyeimbangkan siklus
perputaran kehidupan di dunia? Barangkali kita semua saat ini sudah
punah. Belum lagi jika kita menengok ke angkasa raya, di mana seluruh
planet berserta gugusan bintang-bintang, semua berjalan sesuai dengan
‘jalurnya’ masing-masing. Sehingga tiada yang saling bertabrakan satu
dengan yang lainnya. Lagi-lagi sebuah pertanyaan muncul, siapakan yang
dapat mengatur segalanya dengan sangat teliti, sempurna dan tiada cacat?
(Biarkanlah relung hati kita yang paling dalam untuk menjawabnya
sendiri..)
2. Fenomena kehidupan dan kematian
Kehidupan
dan kematian juga merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT. Di
mana hal ini ‘memaksa’ manusia untuk berfikir keras tentang fenomena
hidup dan mati. Jika seluruh makhluk itu hidup dan kemudian mati,
tentulah di sana terdapat Dzat yang Menghidupkan dan Mematikan. Jika
seseorang, Allah kehendaki untuk mati, maka apapun yang dilakukan untuk
menolongnya akan menjadi sia-sia. Demikian juga dengan fenomena
kehidupan; terkadang seseorang yang telah terfonis ‘mati’ oleh medis,
ternyata dapat dan mampu bertahan hidup hingga beberapa tahun ke depan.
Dan menyikapi hal seperti ini, manusia terpaksa harus mengakui
‘kekerdilannya’, meskipun tekhnologi canggih telah mereka kuasai. Namun
mereka sama sekali tidak kuasa menghadapi fenomena ini. Mereka akhirnya
harus mengembalikan segala sesuatunya hanya kepada Allah. Karena
pada-Nyalah kita semua akan kembali. Mengenai hal ini Allah berfirman
(QS. 2 : 28)
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Mengapa
kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”
Penghalang Dalam Mengenal Allah
Meskipun
demikian, manusia tetaplah manusia dengan segala sifat baik dan buruk
yang terdapat dalam dirinya. Bagi mereka yang dapat memenejemen dirinya
mengikuti sifat baiknya, maka hal ini tidak akan menjadi masalah. Namun
manakala mereka mengikuti sifat buruk dalam dirinya, tentulah hal ini
dapat menjadi penghalang dalam menempuh jalan menuju pengenalan terhadap
Allah SWT. Secara garis besar terdapat beberpa hal (yang harus kita
hindari) yang menghalangi manusia untuk mengenal Allah, diantaranya
adalah:
1. Kefasikan (الفسق)
Fasik
adalah orang yang senantiasa melanggar perintah dan larangan Allah,
bergelimang dengan kemaksiatan serta senantiasa berbuat kerusakan di
bumi. Sifat seperti ini akan menghalangi seseorang untuk mengenal Allah
SWT. Allah menggambarkan mengenai sikap fasik ini dalam (QS. 2 : 26 –
27):
إِنَّ
اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلاً مَا بَعُوضَةً فَمَا
فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ
رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ
اللَّهُ بِهَذَا مَثَلاً يُضِلُّ
بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ
الْفَاسِقِينَ* الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ
مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ
وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ*
“Sesungguhnya
Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih
rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin
bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir
mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?"
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak
ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (yaitu)
orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu
teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk
menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah
orang-orang yang rugi.”
2. Kesombongan (الكبر)
Kesombongan
merupakan suatu sikap dimana hati seseorang ingkar dan membantah
terhadap ayat-ayat Allah, dan mereka tidak beriman kepada Allah SWT.
Allah berfirman (QS. 16 : 22):
إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَالَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ قُلُوبُهُمْ مُنْكِرَةٌ وَهُمْ مُسْتَكْبِرُونَ
“Tuhan
kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman
kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan
mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong.”
3. Kedzaliman (الظلم)
Sifat
kedzaliman merupakan sifat seseorang yang menganiaya, baik terhadap
dirinya sendiri, terhadap orang lain, ataupun terhadap ayat-ayat Allah
SWT. Mengenai sifat ini, Allah berfirman dalam (QS. 32 : 22):
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ
“Dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya?
Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang
berdosa.”
4. Kedustaan (الكذب)
Kedustaan
merupakan sikap bohong dan pengingaran. Dalam hal ini adalah membohongi
dan mengingkari ayat-ayat Allah SWT. Allah berfirman QS. 2 : 10
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
5. Banyak melakukan perbuatan maksiat (dosa) (كثرة المعاصي)
Allah berfirman (QS. 83 : 14):
كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.”
6. Kejahilan/ kebodohan (الجهل)
Allah berfirman (QS. 29 : 63) :
وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأَرْضَ
مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ
أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ
“Dan
sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang
menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah
matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji
bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami (nya).”
7. Keragu-raguan (الإرتياب)
Allah berfirman dalam (QS. 22 : 55) :
وَلاَ
يَزَالُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي مِرْيَةٍ مِنْهُ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ
السَّاعَةُ بَغْتَةً أَوْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَقِيمٍ
“Dan
senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap
Al Qur'an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan
tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat. Dan senantiasalah
orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al Qur'an,
hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau
datang kepada mereka azab hari kiamat.”
8. Penyimpangan (الإنحراف)
Allah berfirman (QS. 5 : 13):
فَبِمَا
نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً
يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا
بِهِ وَلاَ تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلاَّ قَلِيلاً
مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Tetapi)
karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan
hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari
tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang
mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa
akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka
(yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka,
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
9. Kelalaian (الغفلة)
Allah berfirman dalam (QS. 7 : 179):
وَلَقَدْ
ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ
لاَ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ
لاَ يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَاْلأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Tauhidullah
Tauhidullah
berarti mengesakan Allah SWT, dari segala apapun yang ada di dunia ini.
Dan secara garis besar, tauhid dibagi menjadi tiga bagian; pertama
Tauhid Rububiyah. Kedua; Tauhid Mulkiyah, dan Ketiga; Tauhid Uluhiyah.
1. Tauhid Rububiyah.
Dari segi bahasa, Rububiyah berasal dari kata rabba yarubbu (ربّ - يربّ) yang memiliki beberapa arti, yaitu : ( المربي /al-Murabbi) Pemelihara, ( النصير/al-Nashir) Penolong, ( الملك /al-Malik) Pemilik, ( المصلح / al-Muslih) Yang Memperbaiki, ( السيد /al-Sayid) Tuan dan ( الولي / al-Wali) Wali.
Sifat
rububiyah bagi Allah merupakan sifat Allah sebagai Maha Pencipta, Maha
Pemilik, dan Maha Pengatur seluruh alam. Dalam tauhid ini, kita diminta
untuk mengesakan Allah sebagai Pencipta yang telan mencipta segala
sesuatu dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Hanya Allah-lah
yang memberikan rizki dan hanya Allah lah sebagai Penguasa yang
menguasai seluruh alam ini.
Menurut fungsinya, tauhid rububiyah pada Dzat Allah terbagi menjadi tiga:
a) Allah sebagai Pencipta (خالقا)
Allah SWT berfirman (QS. 2 : 21-22):
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ * الَّذِي
جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلاَ
تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ*
“Hai
manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
b) Allah sebagai Pemberi rizki (رازقا)
Allah berfirman (QS. 51 : 57-58):
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ* إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ*
“Aku
tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah
Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.”
c) Allah sebagai Pemilik (مالكا)
Allah berfirman (QS. 284) :
لِلَّهِ
مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي
أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ
يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Kepunyaan
Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan
jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.”
Tauhid
rububiyah ini merupakan landasan bagi seluruh kaum muslimin untuk
bersyukur kepada Allah SWT. Karena pada hakekatnya dalam menempuh
kehidupan dunia, mereka senantiasa bertemu dengan ciptaan Allah, dengan
pemberian rizki dari Allah dan juga menggunakan segala ‘fasilitas’
miliki Allah SWT. Mereka tidak mungkin lari dari kenyataan ini.
2. Tauhid Mulkiyah.
Dari segi bahasa, mulkiyah berasal dari kata malika yamliku (ملك - يملك),
yang artinya memiliki dan berkuasa penuh atas yang dimiliki. Sedangkan
dari segi istilahnya adalah mengesakan Allah SWT sebagai satu-satunya
penguasa, pemimpin, satu-satunya pembuat hukum (aturan) dan pemerintah.
Tauhid mulkiyah pada Allah meliputi
a) Allah sebagai pemimpin (وليا)
Allah berfirman (QS. 7 : 196):
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ
“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.”
Dalam ayat lain Allah menggambarkan (QS. 18 : 50)
وَإِذْ
قُلْنَا لِلْمَلآئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاّ إِبْلِيسَ
كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ
وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً
“Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari
golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu
mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain
daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu
sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim.”
b) Allah sebagai pembuat hukum/ undang-undang (حاكما)
Allah berfirman (QS. 6 : 57):
إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ لِلَّهِ
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. “
c) Allah sebagai pemerintah/ yang berhak memerintah (آمرا)
Allah berfirman (QS. 7 : 54)
بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
3. Tauhid Uluhiyah.
Uluhiyah berasal dari kata Aliha ya’lihu, (أله - يأله)
artinya menyembah. Sedangkan dari segi istilah adalah mengesakan Allah
SWT dalam penyembahan/ peribadahan. Tauhid uluhiyah pada Allah ini
mencakup tiga hal:
a) Allah sebagai tujuan (غاية)
Allah berfirman (QS. 6 : 162):
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
b) Allah sebagai Dzat yang kita mengabdikan diri pada-Nya (معبودا)
Allah berfirman (QS. 109: 1-6)
قُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ* لاَ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ* وَلاَ أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ * وَلاَ أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ* وَلاَ أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ* لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ*
“Katakanlah:
"Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan
untukkulah, agamaku".
Dengan mentauhidkan Allah melalui tiga bentuknya ini, insya Allah akan membawa kita untuk menjadikan Allah sebagai:
1. (ربا مقصودا)
Rab
yang menjadi tujuan segala amalan dan aktivitas kita, baik yang
bersifat ibadah ataupun muamalah, bersifat individu maupun secara
bersama-sama. Karena tiada tujuan lain dalam hidup kita selain hanya
Allah dan Allah.
2. (ملكا مطاعا)
Penguasa
yang senantiasa kita taati segala undang-undang dan aturan hukum yang
Allah berikan kepada kita, baik yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun
yang terdapat dalam sunnah Rasulullah SAW.
3. (إلها معبودا)
Tuhan
yang senantiasa kita sembah, di mana tiada sesembahan lain dalam hati
kita, dalam fikiran kita dan dalam jasad kita selain hanya untuk
pengabdian kepada Allah SWT.
Penutup
Dengan
mengenal Allah SWT, kita akan lebih dapat untuk mendekatkan diri kita
kepada-Nya secara baik dan benar. Karena pemahaman yang baik akan
mengantarkan pada amalan yang baik. Amalan yang baik akan mengarah pada
hasil yang baik. Dan hasil yang baik, insya Allah akan mendapatkan
keridhaan Allah SWT. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai
hamba-hamba-Nya yang benar-benar mentauhidkannya dalam segenap aspek
kehidupan kita. Dan kita berlindung kepada-Nya dari
kemusyrikan-kemusyrikan, baik yang kita sadari ataupun yang tidak kita
sadari…
اللهم إنا نعوذ بك من أن نشرك بك شيئا نعلمه ونستغفرك لما لا نعلمه
Wallahu A’lam Bis Shawab.