أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
“Bukanlah
orang yang arif, orang yang suka memberi isyarat, lalu mangatakan
itulah wujud Al Haq (Allah Ta’ala) yang sangat dekat dengannya dari
isyaratnya sendiri. Akan tetapi orang yang bermakrifat sebenarnya
tidaklah mempunyai isyarat apa pun karena kefanaannya dalam wujud Allah.
Ia pun tidak mampu melihat Allah.”
Isyarat itu adalah suatu gerakan yang
berkaitan dengan batin hamba bermakrifat, sifatnya kinayah. Beberapa
paham tarikat berpendapat, apabila seorang hamba yang taqarrub kepada
Allah memberi semacam isyarat apabila menghadapi suatu masalah, atau
ada yang menanyakan sesuatu kepadanya. Gerakan yang dilakukan seperti
ini dianggap oleh manusia umumnya, adalah gerakan orang yang sudah
tinggi makrifatnya. Seakan-akan isyarat itu adalah isyarat Allah. Cara
seperti ini adalah cara para ahli tariqah yang merasa dekat dengan
Allah, sehingga isyarat darinya dianggap benar. Ia pun merasa
bahwasannya Allah Azza Wa Jalla lebih dekat kepadanya daripada
isyaratnya sendiri.
Akan tetapi sebenarnya yang disebut orang
yang bermakrifat itu tidaklah suka mempergunakan isyarat-isyarat, dan
tidak merasa mempunyai isyarat, meskipun tidak terasa ia telah
menyampaikan isyarat, akan tetapi ia tidak memandang isyarat itu sebagai
yang wajib diyakini kebenarannya. Ia lebih memandang bahwa segala
sesuatu adalah wujud Allah sendiri, dan sendiri fana dalam wujud Allah.
Sesungguhnya manusia dalam arti yang
luas, terikat dengan kehendak Allah. Ia tidak mampu memberi hidayah
kepada manusia secara sempurna. Akan tetapi hamba yang makrifat hanya
dapat memberi petunjuk sementara yang mengarah kepada kebaikan dan
ketaatan. Kalaupun ada isyarat yang dianggap sebagai hal-hal yang luar
biasa, tidaklah dapat dipastikan sebagai suatu yang tepat benar. Orang
yang arif dalam ketauhidan dan ilmu makrifatullah tidak
berkesimpulan seperti itu. Karena pengertian seperti itu tidak berasal
dari kearifan yang benar, akan tetapi merupakan ibarat yang halus untuk
membantu agar terlaksananya suatu kebaikan dan ketataan. Hamba Allah
yang dekat dengan-Nya, lebih memilih jalan yang sesuai dengan akidah,
sehingga ia tidak dianggap orang yang dapat mengetahui segala sesuatu
yang belum dan akan terjadi. Sikap seperti ini adalah sikap orang-orang
yang arif, agar terhindar dari sifat riya’ yang dapat menimbulkan syirik.
No comments:
Post a Comment