Sekurang kurangnya ada lima tempat yang paling dicari jamaah haji
atau umrah usai tawaf di Ka’bah. Yakni Multazam, Maqam Ibrahim, Hijir
Ismail, area antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, dan Hajar Aswad.
Hajar Aswad merupakan area sempit dan tempat permulaan thoaf. Sebelum
thoaf kita harus memberi salam (disunahkan mengusap atau menciumnya),
karena itu diperebutkan jutaan orang saat berhaji atau umrah hanya
sekedar untuk menciumnya. Mencium atau mengusap Hajar Aswad di musim
haji penuh perjuangan yang dahsyat. Kesombongan dan kekuatan sama sekali
tak bisa diandalkan. Hanya pertolongan dan taufik dari Allah membuat
seseorang dapat menikmati kemurahan Nya.
hajar-aswad-2 hajar-aswad-3 hajar-aswad-4
Sekarang, kenapa batu Hajar Aswat itu dibesar besarkan dan dicium sedangkan ia hanya sebuah batu?
Pertanyaan ini sebetulnya sudah pernah dilontarkan khalifah kedua
Umar bin Khattab ra disaati mencium Hajar Aswad. Beliau berkata
kepadanya “Sesungguhnya aku tahu bahwa kamu adalah batu yang tidak
mendatangkan bahaya dan memberi manfaat, kalaulah bukan karena aku
pernah melihat Rasullah saw menciummu nistaya aku tidak akan memciummu”
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Memuliakan Hajar Aswad bukan adat orang orang Jahiliyah. Hajar Aswad
berada ribuan tahun sebelum orang orang Jahiliyah menduduki Makkah.
Hajar Aswad berada di sudut Ka’bah seumur dengan umur Ka’bah itu
sendiri. Disaat Nabi Ibrahim as membangun Ka’bah tinggal satu bagian
yang belum terpasang yaitu Hajar Aswad. Lalu nabi Ismail pergi mencari
suatu. Nabi Ibrahim as berkata “Carilah sebuah batu seperti yang aku
perintahkan”. Nabi Ismail mencarinya dan tidak mendapatkanya. Ia
kemudian kembali ke Ka’bah, dan ia melihat di tempat tersebut telah
terpasang Hajar Aswad. Maka ia berkata “Ayaku, siapa yang membawa batu
ini kepadamu?’ Ibrahim berkata “yang membawanya kepadaku adalah Jibril
dari langit (surga).
Sesungguhnya Hajar Aswad dan Maqam adalah dua buah batu diantara batu
batu Yaqut (batu mulia) diambil dari surga, andaikan Allah tidak
menghilangkan cahayanya niscaya sinarnya akan menerangi antara timur dan
barat. (H.R. Ahmad )
Kita adalah umat nabi Muhammad saw yang mengikuti segala perintahnya
tanpa pamrih. Apa yang dilakukan Nabi saw maka lakukanlah dan apa yang
dilarang Nabi saw jauhkanlah. Mencium atau mengusap Hajar Aswad saat
thoaf adalah anjuran Nabi saw karena beliau selalu menyentuhnya dengan
tangannya yang lembut atau menciumnya dengan bibirnya yang mulia.
Demi Allah, Hajar Aswad akan dibangkitkan pada hari kiamat, Allah
memberikanya mata dan lidah kepadanya agar dapat melihat dan berbicara
dan memberikan persaksian terhadap orang yang menyentuhnya dengan benar
dan ikhlas (Tirmidhi)
Itulah kemuliaan dan keluhuran Hajar Aswad disisi Allah dan Nabi Nya.
Maka tidak heran jika Abdullah putra Umar bin Khattab ra selalu
menyentuh Hajar Aswad kemudian mecium tanganya dan berkata “aku tak
pernah meninggalkan perbuatan ini semenjak aku melihat Rasulallah saw
menciumnya. (HR Muslim)
Jelasnya, ada beberapa ibadah yang kita tidak perlu mencari cari apa
hikmahnya dari ibadah itu. Seperti apa hikmahnya thoaf? Apa hikmahnya
sa’i? Apa hikmahnya melempar batu Jamarat? Apa hikmahnya wukuf di
Arafah? Apa hikmahnya mencium Hajar Aswad? Apa hikmahnya itu dan apa
hikmahnya ini. Ada beberapa ibadah yang kita tidak perlu tahu apa
hikmahnya, karena disitu tersimpan rahasia Allah yang tidak bisa
diketahu hambaNya. Maka apa yang diperintahkan Allah lakukanlah dengan
baik dan apa yang dilarangnya jauhkanlah sejauh jauhnya.
Semoga Allah memberikan kepada kita jalan yang lurus dan memudahkan
kita bisa sampai ke tempat yang mulia Makkah agar bisa mecium Hajar
Aswad sebagaimana Rasulallah saw menciumya dengan bibirnya yang lembut.
Amin
Wallahua’lam.
SEKEDAR INFO:
Ilmuwan Minta Sampel Batu Untuk Buktikan Hajar Aswad Dari Surga
Ilmuwan Muslim asal Mesir, Prof. Dr. Zaghlul An-Najjar, meminta dunia
Islam untuk mengambil sampel satu atau dua micro Hajar Aswad untuk
penelitian dan pembuktian hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa
batu Ka’bah itu tidak berasal dari bumi, tapi berasal dari surga.
Dalam seminar yang diselenggarakan Ikatan Wartawan, Senin (17/11),
dengan tema Mukjizat Ilmiah dalam Haji itu, An-Najjar meyakinkan dunia
Islam bahwa pengambilan sampel itu tak akan merusak Hajar Aswad.
Lebih jauh ilmuwan Mesir itu menegaskan, Hajar Aswad itu terdiri
dari potongan-potongan kecil yang tertanam di dalam zat yang merekat.
An-Najjar juga meginsyaratkan bahwa Lembaga Geografi Inggris pernah
mengutus seorang perwira tinggi untuk mencermati Hajar Aswad.
Lalu sang perwira itu terkesan dengan perlakuan baik dari para jamaah
haji yang mengantarkannya ke Masjid Rasulullah, kemudian ia pergi ke
Makkah karena dirinya ditugasi untuk mencermati Hajar Asad. Sang perwira
mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menyaksikan pemandangan dalam
hidupnya yang begitu menggoncangkannya amat dalam kecuali pemandangan
Ka’bah di kemuliaan kota Makkah.
An-Njjar juga berbicara tentang Makkah Mukarramah yang menurutnya
merupakan lokasi paling mulia di muka bumi. Paslnya, sambung dia,
sebagaimana Allah telah memberikan kelebihan kepada beberapa nabi dan
rasul, Allah juga telah memberikan kelebihan atas bumi yaitu Makkah
kemudian Madinah dan ketiganya Baitul Maqdis.
Terkait ibadah haji, profesor geologi itu memaparkan sebagian
tanda-tanda kekuasaan Allah dalam haji di mana dijelaskan bahwa haji
akan mengingatkan anak manusia kepada akhir ajalnya. Selain itu, Thawwaf
juga menggambarkan keharmonisan gerakan bumi dengan pergerakan setiap
planet di langit menuju satu arah.
Terkait bangunan Ka’bah, An-Najjar menjelaskan bahwa ketika Ka’bah
dibangun, saat itu belum ada peralatan-peralatan pengukuran. “Siapakah
yang secara detil dan tepat dalam menentukan (posisi Ka’bah) ini kecuali
Allah,” ujar dia.
Adapun terkait Sumur Zamzam, An-Najjar menjelaskan bahwa sumur itu
merupakan bebatuan panas yang bermetamorfosis yang tidak beracun. Zamzam
juga sumur yang mengalirkan air selama lebih dari 4.000 tahun. Lamanya
umur aliran air zamzam itu belum dapat diketahui kecuali setelah membuat
terowongan di sekitar Makkah yang ketika itu ditemukan garis-garis
seperti mie yang sangat detil, lalu mereka dapat mengetahui sumber air
itu.
An-Najjar juga mengungkapkan dalil sumber air itu dari hadits
Rasulullah yang menyebutkan bahwa “Itu merupakan lubang terowongan
Jibril di Aqobah dan siraman Allah untuk Ismail”.
An-Najjar juga menjelaskan Kota Makkah sebagai Ummul Qura seperti
tertera dalam surat Al-An’am ayat 92, di mana bukti-bukti ilmiah
menyebutkan bahwa Makkah terletak di tengah-tengah bola dunia
No comments:
Post a Comment