أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Syekh Siti Jenar menjawab,” Coba, tusuklah sekali lagi,”
Ketika tusukan kedua, Syekh Siti Jenar menghilang tidak ada ujud jasadnya.
Para Wali berkata kembali,” Masa matinya ALLAH seperti syaitan,?.
Secepat kilat Syekh Siti Jenar menampakan diri lagi, sambil berkata, ” Coba tusuk sekali lagi?”
Ketika tusukan ketiga, Syekh Siti Jenar membujur tergolek di lantai masjid, dari lukanya keluar darah merah, dan para Wali berkata kembali,” Masa matinya ALLAH seperti kambing.?
Syekh Siti Jenar bangun hidup kembali tanpa luka dan berkata,” Coba tusuk sekali lagi?”.
Kemudian pada tusukan keempat , Syekh Siti Jenar rebah, mati dan dari lukanya mengalir darah putih, seketika itu para wali berkata kembali,” Masa matinya ALLAH seperti cacing!”, karena berkali-kali tusukan selalu mati, hidup, mati, hidup, maka, Syekh Siti Jenar berkata, ” Lalu harus bagaimana mati saya menurut keinginan anda?”dan dijawab oleh seluruh Wali,” Biasa!”, seperti orang tidur badannya lemas, begitulah mati bagi seorang Insanul kamil,”
referensi : Babad Cirebon, P. Sulaiman Sulendraningrat, ketua umum lembaga kebudayaan wil III Jabar, th 1974 ),
Cara Syeikh Siti Jenar Mati dan Pesannya Yang Jadi Kenyataan

Pesan/ Dialog Syekh Siti Jenar ( Syekh Lemah Abang ) sblm wafat.
Syekh
Siti Jenar, berasal dari Bagdad beraliran Syi’ah Muntadar, beliau
menetap di Pengging Jawa Timur, disana Syekh Siti Jenar mengajarkan
agama kepada Ki Ageng Pengging ( Kebo Kenongo ) dan masyarakat, tetapi
para Wali Jawadwipa/ Wali Songo tidak menyetujui alirannya, oleh karena
itulah Syekh Siti Jenar dihukum mati th. 1506 M, dan dimakamkan di
Anggaraksa alias Graksan, Cirebon sekarang ini.Sebelum wafat, Syekh
Siti Jenar sempat berpesan kepada para dewan wali/ Wai Songo bahwa ” Kelak pada suatu zaman akhir, kalau ada kerbo bule mata kucing ( orang Belanda ) naik dari laut, itulah tandanya musibah kepada anak cucu anda,” katanya, sedang kenyataannya Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun dan banyak menyengsarakan rakyat Indonesia.
Syekh
Siti Jenar mempunyai efek khusus yang kita anggap sebagai “insiden”
diantara pemuka-pemuka Agama Islam pada abad ke 16 M, lambat laun
ketika itu banyak orang-orang yang mengaji tasawuf/ hakiki, misalnya :
perihal ilmu bedanya antara Kawula dan Gusti dan Tunggalnya Kawula dan Gusti.
Atas
tuduhan Syekh Maulana Maghribi, bahwa Syekh Siti Jenar mengaku dirinya
ALLAH, dan oleh Sunan kalijogo ditanyakan apakah benar tuduhan
tersebut, beliau mengakuinya benar adanya, maka dewan wali dalam
sidangnya sepakat untuk menjatuhkan hukuman mati bagi si tertuduh,
dan Sekh Siti Jenar menerima putusan tersebut agar segera
dilaksanakan, dan yang harus melaksanakan keputusan tersebut yaitu
Sunan Kudus dengan keris Ki Kantanaga yang diberikan oleh Sunan Gunung
Jati.
Sebelum eksekusi berlangsung, terjadilah kejadian yang sangat mencengangkan masyarakat karena memang disaksikan secara terbuka dihalaman masjid Agung Cirebon, dan dialog tersebut diantaranya sbb :
Menempelnya keris Ki Kantanaga
ke jasad Syekh Siti Jenar, terdengar suara yang sangat keras seprti
beradunya kedua besi yang sangat besar, lalu para Wali saling
tersenyum, sambil berkata,” Masa ada ALLAH seperti besi ?”.
Syekh Siti Jenar menjawab,” Coba, tusuklah sekali lagi,”
Ketika tusukan kedua, Syekh Siti Jenar menghilang tidak ada ujud jasadnya.
Para Wali berkata kembali,” Masa matinya ALLAH seperti syaitan,?.
Secepat kilat Syekh Siti Jenar menampakan diri lagi, sambil berkata, ” Coba tusuk sekali lagi?”
Ketika tusukan ketiga, Syekh Siti Jenar membujur tergolek di lantai masjid, dari lukanya keluar darah merah, dan para Wali berkata kembali,” Masa matinya ALLAH seperti kambing.?
Syekh Siti Jenar bangun hidup kembali tanpa luka dan berkata,” Coba tusuk sekali lagi?”.
Kemudian pada tusukan keempat , Syekh Siti Jenar rebah, mati dan dari lukanya mengalir darah putih, seketika itu para wali berkata kembali,” Masa matinya ALLAH seperti cacing!”, karena berkali-kali tusukan selalu mati, hidup, mati, hidup, maka, Syekh Siti Jenar berkata, ” Lalu harus bagaimana mati saya menurut keinginan anda?”dan dijawab oleh seluruh Wali,” Biasa!”, seperti orang tidur badannya lemas, begitulah mati bagi seorang Insanul kamil,”
Sesudah
itu ditusuklah jasadnya dan wafatlah Syekh Siti Jenar seperti umumnya
manusia, jasadnya mengecil sebesar kuncup bunga melati dan baunya semerbak mewangi bau harumnya melati ( Syekh Siti Jenar, wafat wajar dan tidak bunuh diri )
No comments:
Post a Comment