أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Dzun Nuun al Mishry mengatakan, "Kerusakan merasuki diri manusia dikarenakan enam hal:
Mereka memiliki niat yang lemah dalam melakukan amal untuk akhirat;
Tubuh mereka diperbudak oleh nafsu;
Mereka tidak henti hentinya mengharapkan perolehan duniawi, bahkan menjelang ajal;
Mereka lebih suka menyenangkan makhluk, mengalahkan ridha Sang Pencipta;
Mereka memperturutkan hawa nafsunya, dan tidak menaruh perhatian yang cukup kepada Sunnah Nabi Saww.;
Mereka membela diri dengan menyebutkan beberapa kesalahan orang lain, dan mengubur prestasi pendahulunya. "
"Dan orang orang yang berjihad untuk (mencari) keridhaan Kami, benar benar akan Kami tunjukkan kepada merekajalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
(Q.s. Al Ankabut: 69)
Diriwayatkan
dari Abu Sa'id al Khudry, bahwa ketika Rasulullah saw. ditanya mengenai
jihad terbaik, beliau menjawab, "Adalah perkataan yang adil yang
disampaikan kepada seorang penguasa yang zallm."
(H.r. Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Maka air mata berlinang dari kedua mata Abu Sa'id ketika mendengar hal ini.
Syeikh Abu Ali ad Daqqaq r.a.
berkata, "Barangsiapa menghiasi lahiriahnya dengan mujahadah, Allah
akan memperindah rahasia batinnya melalui musyahadah. Siapa yang
permulaannya tidak memiliki mujahadah dalam tharikah ini, ia tidak akan
menemui cahaya yang memancar darinya."
Abu Utsman al Maghriby
mengatakan, "Adalah kesalahan besar bagi seseorang membayangkan bahwa
dirinya akan mencapai sesuatu di Jalan Nya atau bahwa sesuatu di Jalan
Nya akan tersingkap baginya, tanpa bermujahadah."
Syeikh Abu Ali ad Daqqaq
r.a. menegaskan, "Orang yang tidak berdiri dengan mantap di awal
perjalanan spiritualnya tidak akan diizinkan beristirahat pada akhir
perjalanannya." Dikatakannya pula, "Gerak adalah suatu berkat." Dan
katanya kemudian, "Gerakan-gerakan dzahir akan melahirkan barakah
barakah batin."
Hadhrat Maulana Syaikh Sari as Saqathi
berkata, "Wahai kaum muda, tekunlah kalian, sebelum kamu sekalian
menginjak usia seperti diriku, sehingga kalian lemah dan lengah seperti
diriku. " Padahal pada saat itu tidak seorang pun di antara para pemuda
yang mampu menyejajari langkah as Sari dalam bidang ibadat.
Saya mendengar al Hasan al Qazzaz berkata, "Jangan makan kecuali amat lapar, jangan tidur kecuali amat kantuk, jangan bicara kecuali dalam keadaan darurat.”
Ibrahim bin Adham mengatakan, "Seseorang baru akan mencapai deraiat kesalehan, sesudah melakukan enam hal:
Menutup pintu bersenang senang dan membuka pintu penderitaan;
Menutup pintu keangkuhan dan membuka pintu kerendahan hati;
Menutup pintu istirahat dan membuka pintu perjuangan;
Menutup pintu tidur dan membuka pintu jaga;
Menutup pintu kemewahan dan membuka pintu kemiskinan;
Menutup pintu harapan duniawi dan membuka pintu persiapan menghadapi kernatian."
Menutup pintu bersenang senang dan membuka pintu penderitaan;
Menutup pintu keangkuhan dan membuka pintu kerendahan hati;
Menutup pintu istirahat dan membuka pintu perjuangan;
Menutup pintu tidur dan membuka pintu jaga;
Menutup pintu kemewahan dan membuka pintu kemiskinan;
Menutup pintu harapan duniawi dan membuka pintu persiapan menghadapi kernatian."
Abu Amr bin Nujayd berkata, "Barangsiapa menghargai hawa nafsunya berarti meremehkan agamanya dan pendengarannya."
Abu Ali ar Rudzbary
mengatakan,"Apabila seorang Sufi - sesudah lima hari kelaparan berkata,
'Aku lapar,' kirimlah ia ke pasar untuk mencari nafkah.
Prinsip
mujahadah pada dasarnya adalah mencegah jiwa dari kebiasaan
kebiasaannya dan memaksanya menentang hawa nafsunya separijang waktu.
"Jiwa mempunyai dua sifat yang menghalanginya dalam mencapai kebaikan:
keberlarutan dalam memuja hawa nafsu dan penolakan pada tindak
kepatuhan.
Manakala jiwa menunggang nafsu, maka Anda harus mengendalikannya dengan kendali takawa.
Manakala
jiwa bersikukuh menolak untuk selaras dengan kehendak Tuhan, maka Anda
harus mengendalikannya agar menolak hawa nafsunya.
Manakala jiwa bangkit memberontak, maka Anda harus mengendalikan keadaan ini.
Tiada
satu hal pun yang berakibat lebih utama selain sesuatu yang muncul
menggantikan kemarahan yang kekuatannya telah dihancurkan dan yang
nyalanya telah dipadamkan oleh akhlak mulia.
Manakala
jiwa menemukan kemanisan dalam anggur kecongkakan, niscaya ia akan
merana bila tidak sanggup menunjukkan kemampuannya dan menghiasi
perbuatan- perbuatannya kepada siapa pun yang melihatnya.
Orang
harus memutuskannya dari kecenderungan seperti ini dan menyerahkannya
pada hukuman kehinaan yang akan datang tatkala diingatkan akan harga
dirinya yang rendah, asal usulnya yang hina dan amal amalnya yang
menjijikkan.
Perjuangan
kaum awam berupa pelaksanaan tindakan tindakan; tujuan kaum khawash
adalah menyucikan keadaan spiritual mereka. Bertahan dalam lapar dan
jaga, adalah sesuatu yang mudah. Sedangkan membina akhlak dan
membersihkan semua hal negatif yang melekat padanya sangatlah sulit.
Satu dari sekian sifat jiwa yang merugikan dan paling sulit dilihat adalah ketergantungannya pada pujian manusia. Orang
yang bermental seperti ini berarti menyangga beban langit dan bumi
dengan satu alisnya. Satu pertanda yang mengisyaratkan mental seperti
ini adalah bahwa apabila pujian orang tidak diberikan kepadanya, niscaya
la menjadi pasif dan pengecut.
Dikabarkan bahwa Abu Muhammad al Murta'isy berkata, "Aku berangkat haji berkali kali seorang diri. Pada
suatu ketika aku menyadari bahwa segenap upayaku terkotori oleh
kegembiraanku dalam melakukannya. Hal ini kusadari saat ibu memintaku
menarikkan seguci air untuknya. Jiwaku merasakan hal ini sebagai beban
yang berat. Saat itulah aku mengetahui bahwa apa yang kusangka merupakan
kepatuhan kepada Allah swt. dalam hajiku selama ini tidak lain hanyalah
kesenanganku semata, yang datang dari kelemahan dalam jiwa, karena
apabila nafsuku sirna, niscaya tidak akan mendapati tugas kewajibanku
sebagai sesuatu yang memberatkan dalam hukurn syariat."
Pada
suatu ketika seorang wanita lanjut usia ditanya mengenai keadaan
ruhaninya. la menjawab, "Semasa muda, aku berpikir bahwa keadaan keadaan
ruhani itu berasal dari kekuatan dan semangat yang tak kujumpal saat
ini, ketika sudah tua, semua itu sirna sudah."
Dzun Nuun al Mishry
berkata, "Penghormatan yang Allah berkenan memberikannya kepada seorang
hamba, maka Allah menunjukkan kehinaan dirinya; penghinaan yang Allah
berkenan menimpakannya kepada seorang hamba, maka Allah menyembunylkan
kehinaan dirinya dari pengetahuan akan kehinaan itu sendiri.
Ibrahim al Khawwas menegaskan, "Aku tidak menghadapi seluruh ketakutanku, kecuali secara langsung menghadapinya dengan menunggangnya."
Muhammad bin Fadhl mengatakan, "Istirahat total adalah kebebasan dari keinginan hawa nafsu."
Saya
mendengar Abu Ali ar Rudzbary berkata, "Bahaya yang menimpa manusia
datang dari tiga hal: Kelemahan watak, keterpakuan pada kebiasaan, dan
mempertahankan teman yang merusak." Saya bertanya kepadanya, "Apakah
kelemahan watak itu?" la menjawab, "Mengonsumsi hal hal yang haram."
Lalu saya tanyakan, "Apakah keterpakuan pada kebiasaan itu?" la berkata,
"Memandang dan mendengarkan segala sesuatu yang haram dan melibatkan
diri dalam fitnah." Saya bertanya, "Apakah mempertahankan teman yang
merusak itu?" Dijawabnya, "Itu terjadi ketika Anda menuruti hasrat nafsu
dalam diri, lalu diri Anda mengikutinya."
An Nashr Abadzy
mengatakan, "Penjara adalah jiwa Anda. Apabila Anda melepaskan diri
darinya, niscaya akan sampai pada kedamaian." la juga berkata, "
Aku mendengar Muhammad al Farra' berkisah, bahwa Abul Husain al Warraq
mengatakan, 'Ketika kami mulai menempuh jalan Nya lewat tasawuf di
Masjid Abu Utsman al Hiry, praktik terbaik yang kami lakukan adalah
bahwa kami memprioritaskan kemudahan bagi orang lain; kami tidak pernah
tidur dengan menyimpan sesuatu tanpa disedekahkan; kami tidak pernah
menuntut balas kepada seseorang yang menyinggung hati kami, bahkan kami
selalu memaafkan tindakannya dan bersikap rendah hati kepadanya; dan
jika kami memandang hina seseorang dalam hati kami, maka kami akan
mewajibkan diri kami untuk melayaninya sampai perasaan memandang hina
itu lenyap'."
Abu ja'far
berkata, "Nafsu, seluruhnya gelap gulita. Pelitanya adalah batinnya.
Cahaya pelita ini adalah taufiq. Orang yang tidak disertai taufik dari
Tuhannya, maka kegelapan akan menyelimutinya." Ketika mengatakan,
"Pelitanya adalah batinnya," dimaksudkan adalah rahasia antara dirinya
dan Allah swt, yakni tempat keikhlasannya. Dengannya si hamba tersebut
mengetahui bahwa semua peristiwa adalah karya Tuhan; peristiwa peristiwa
bukanlah ciptaan dirinya, tidak pula berasal darinya. Bila mengetahui
hal ini, la akan bebas dalam setiap keadaannya, dari kekuatan dan
kekuasaannya sendirl dalam melestarikan manfaat waktunya. Orang yang
tidak disertai taufik tidak akan memperoleh manfaat dari pengetahuan
tentang jiwanya atau tentang Tuhannya. Itulah sebabnya mengapa para
syeikh mengatakan, "Orang yang tidak mempunyai sirr akan terus
bersikeras menuruti hawa nafsunya."
Abu Utsman
berkata, "Selama orang melihat setiap sesuatu baik dalam jiwanya, la
tidak akan mampu melihat kelemahan-kelemahannya. Hanya orang yang berani
mendakwa dirinya terusmenerus selalu berbuat salahlah yang akan sanggup
melihat kesalahannya itu."Abu Hafs mengatakan, "Tidak ada jalan yang
lebih cepat ke arah kerusakan, kecuali jalan orang yang tidak mengetahui
kekurangan diriya, karena kemaksiatan kepada Tuhan adalah jalan cepat
menuju kekafiran."
Abu Sulaiman
berkata, "Aku tahu bahwa tidak sedikit pun kebaikan dapat ditemukan
dalam suatu perbuatan yang kulakukan sendiri, aku berharap diberi pahala
karenanya."
Syaikh
Sari as Saqathi berkomentar, "Waspadalah terhadap orang yang suka
bertetangga dengan orang kaya, pembaca pembaca Qur'an yang sering
mengunjungi pasar, dan ulama ulama yang mendekati penguasa."
Mereka memiliki niat yang lemah dalam melakukan amal untuk akhirat;
Tubuh mereka diperbudak oleh nafsu;
Mereka tidak henti hentinya mengharapkan perolehan duniawi, bahkan menjelang ajal;
Mereka lebih suka menyenangkan makhluk, mengalahkan ridha Sang Pencipta;
Mereka memperturutkan hawa nafsunya, dan tidak menaruh perhatian yang cukup kepada Sunnah Nabi Saww.;
Mereka membela diri dengan menyebutkan beberapa kesalahan orang lain, dan mengubur prestasi pendahulunya. "
No comments:
Post a Comment